NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:25.3k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Entah sudah berapa lama Mia membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur.

Malam ini ia kesulitan terpejam. Duduk bersandar, ia memandangi seisi kamar.

Malam ini ia menempati kamar utama yang lebih luas, sementara Rafa menempati kamar sebelah.

"Ya Allah, kenapa harus ada perasaan seperti ini?" gumamnya pelan.

Kepingan rindu menyusup ke hati. Ada dorongan dari dalam yang mendesak untuk bertemu sosok tak jauh dari kamar itu.

Entah ini bawaan janin dalam kandungan yang merindukan ayahnya, atau hal lain. Mia tak tahu.

"Semoga aku kuat, Ya Allah."

Mendesah panjang, Mia meraih ponsel miliknya.

Membuka pesan rahasia yang dikirim seseorang ke ponselnya.

Pesan yang membawa bukti-bukti yang menunjuk Rafa sebagai dalang dari kejadian di vila. Juga bukti lain bahwa suaminya itu menyimpan dendam terhadap keluarganya.

Mulai dari bukti sidik jari, obat perangsang yang ditemukan di dalam tas Rafa.

Hingga Foto Rafa yang beberapa kali berkunjung ke rumah tahanan untuk menjenguk ayahnya.

Menutup ponsel, Mia bangkit menuju kamar mandi.

Dalam hitungan detik ia sudah keluar dengan keadaan lebih segar. Berdiri menghadap kiblat dan membalut tubuhnya dengan mukena.

Sepanjang menjalankan shalat, air matanya terus berderai. Masih segar dalam ingatan semua kenangan mereka di masa lalu.

Bagaimana Rafa kecil melindungi dan menjaganya.

Ketika Rafa menggandeng tangannya di bawah terik matahari. Ketika Rafa memeluknya saat anak lain menghina dirinya.

Lalu, bagaimana bisa jiwa penyayang itu berubah menjadi seseorang yang penuh dendam dan ambisi?

"Ya Allah ... kembalikan Kak Rafa yang dulu. Dia yang selalau menjagaku."

Selembar pakaian bayi yang sudah cukup usang dipeluknya dengan derai air mata. Pakaian itu diambilnya dari lemari bunda beberapa waktu lalu.

Kata bunda, pakaian itu milik Rafa, pakaian itulah yang pertama kali membungkus tubuh kecil Mia di hari kelahirannya.

"Mia takut, Bunda," gumamnya terisak.

Takut Rafa menyakiti orang tuanya. Karena itulah ia memilih untuk tinggal bersama Rafa, agar dapat mengawasi dan menjauhkan Rafa dari orang tuanya.

Bahkan, ia takut makan apapun yang diberikan Rafa, dan merasa takut setiap kali Rafa mendekat padanya.

Di sisi lain, hatinya malah terus merindukan sosok itu.

Merindukan pelukannya, perhatian dan sentuhannya.

Sesuatu yang sangat berlawanan dengan logika.

"Kenapa lampu kamarnya masih menyala? Apa Mia belum tidur?" pikir Rafa saat melihat lampu kamar sebelah menyala terang.

Ia beranjak menuju kamar.

Perlahan mendorong pintu dan mendapati Mia berbaring di ujung tempat tidur dengan memakai mukena. Sementara sajadah masih membentang di lantai.

Sudut bibirnya melengkung tipis. Melangkah ke dalam kamar dan mengusap kepala.

Duduk di tepi tempat tidur, membuka mukena dan membalut tubuh istrinya dengan selimut.

Melihat deretan bulu mata yang basah dan sembab, ia yakin jika Mia habis menangis dalam waktu yang lama.

"Maafkan aku. Kamu pasti sangat tertekan," bisik Rafa pelan ke telinga. Lalu, membenamkan kecupan di kening.

Ketika akan beranjak, Rafa tertahan oleh tangan Mia yang memeluk lengannya erat. Membuatnya menyusup di bawah selimut hingga keduanya saling memeluk.

Rafa memandangi wajah yang sedang tertidur dalam peluknya.

Membenamkan kecupan di kening dan mengusap rambutnya perlahan. Sementara satu tangan lain mengusap perut yang masih rata.

"Hey, Sayang... yang kuat di perut Bunda, ya. Bunda bukan tidak sayang sama kamu. Hanya saja Bunda butuh waktu untuk bisa menerima semuanya."

Ia bergerak turun mencium perut. Mengusap perlahan.

Setelah menghabiskan hampir satu jam di kamar itu, ia segera beranjak. Melepas tangan Mia yang melingkar pada tubuhnya dan menggeser perlahan.

Jika Mia terbangun dan mendapati dirinya di kamar, ia pasti akan mengamuk dan mengusirnya.

Setelah meniupkan sebaris doa di ubun-ubun, barulah ia bangkit dari tempat tidur.

Hendak keluar, namun pandangannya tertuju pada ponsel milik Mia yang baru saja berdering menandai adanya pesan baru masuk.

Ragu-ragu ia meraih benda pipih tersebut, kening berkerut melihat nomor tak asing yang tertera pada layar atas disusul dengan potongan sebuah pesan.

"Dia sengaja begitu supaya kamu...." Isi potongan pesan yang terlihat pada layar.

Namun, saat menggeser layar untuk melihat isi pesan seluruhnya, ponsel milik Mia ternyata menggunakan password.

Rafa terdiam beberapa saat.

Kemudian meletakkan kembali ponsel tersebut dan segera keluar kamar.

Menyambar ponsel miliknya yang tergeletak di meja dan melakukan panggilan. Butuh beberapa saat hingga panggilan terhubung.

"Kita harus bicara!" ucapnya pada seseorang.

**

**

Pagi harinya Mia keluar kamar dengan keadaan lebih baik dari kemarin.

Untuk pertama kali saat terbangun, ia sama sekali tidak merasakan gejala awal kehamilan seperti kemarin. Hal yang membuat tubuhnya terasa lebih segar.

"Aku buat sarapan untuk kamu. Di makan, ya." Sebuah catatan kecil yang ditinggalkan Rafa dengan beberapa menu sarapan yang lezat, lengkap dengan segelas susu yang masih hangat.

Mia mendesah panjang. Memikirkan segala bentuk perhatian Rafa padanya.

Tapi, segera kembali ke kamar tanpa menyentuh menu sarapan yang telah disiapkan dengan susah payah. Duduk di tempat tidur dan membuka ponselnya.

"Aku hanya mengingatkan. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Begitu dia berhasil, dia akan meninggalkan kamu dan memilih Dina. Kamu tahu, kan sedekat apa mereka? Orang bodoh saja bisa melihatnya."

Deretan pesan dan foto kebersamaan Rafa dengan Dina menghiasi layar ponsel.

Rasanya Mia benar-benar ingin menghempas benda itu ke dinding hingga hancur berkeping.

"Aku harus apa sekarang?" gumamnya dengan tatapan kosong.

Sepanjang hari ini suasana hatinya benar-benar buruk.

Memikirkan kebersamaan Rafa dengan Dina di kampus, memikirkan keduanya makan bersama di sebuah restoran dan hal lainnya.

**

**

"Tidak dimakan lagi." Rafa hanya mendesah panjang melihat menu sarapan di meja yang sama sekali belum tersentuh oleh Mia.

Ia memandangi kamar istrinya yang tertutup rapat.

Ingin menyusul ke dalam namun ragu. Sehingga memilih segera ke kamar. Menghempas tubuhnya ke tempat tidur dengan pikiran yang kusut.

Berbagai masalah datang bergantian. Ia bahkan tak tahu harus menghadapi yang mana lebih dulu.

Di sisi lain ia tak ingin keluarganya terpecah, di sisi lain ia harus melindungi istri dan anaknya.

Maka, shalat adalah cara yang selalu dipilih Rafa untuk menenangkan hati. Hingga beberapa menit berlalu ....

Suara Mia dari kamar sebelah terdengar di telinga.

Seperti biasa, ia memuntahkan isi perut jika tidak di pagi hari, kadang malam menjelang tidur.

"Astaghfirullah, Mia." Lelaki itu langsung bangkit dan menyusul ke kamar sebelah.

Membuka pintu kamar mandi dan berdiri di belakang istrinya. Memijat punggung leher dan mengusap punggung.

"Kamu muntah lagi?"

Tak ada jawaban.

Hingga saat selesai, Rafa meraih handuk kecil dan mengusap bibir istrinya yang basah.

Juga keringat yang mengembun di dahi. Merasa sedih, sebab Mia akan tampak lemas dan pucat setelah muntah.

"Kita ke dokter saja, ya."

Namun, Mia menggeleng.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Tapi obat dari dokter yang kemarin terus diminum, kan?"

"Iya," jawab Mia singkat dan lemas.

Rafa membawanya untuk duduk di kamar. Mengeluarkan minyak kayu putih dari laci dan melakukan pijatan-pijatan lembut di kaki dan tangan. Mia terus menatapnya tanpa berkedip.

"Butuh sesuatu? Mau makan apa? Aku buatkan. Atau, mau aku pesankan makanan? Kamu belum makan seharian, kan?" tanya Rafa, mengingat menu sarapan dan makanan yang dikirimnya siang tadi sama sekali tak disentuh.

"Aku tidak mau makan apa-apa."

"Tapi kamu bisa sakit kalau tidak makan. Kasihan juga bayinya. Dia butuh asupan dari Bundanya."

"Aku bilang aku tidak mau! Tidak selera!" sentak Mia, matanya berkaca-kaca dengan ujung hidung memerah.

"Ya sudah, aku buatkan teh hangat saja, ya. Biar perut kamu enakan."

Tanpa menunggu jawaban dari Mia, Rafa langsung keluar kamar.

Menuju dapur untuk membuatkan teh hangat dan juga roti panggang dengan selai stroberi yang setahunya adalah kesukaan sang istri.

Begitu kembali ke kamar, Mia masih duduk bersandar di tempat tidur. Rafa meletakkan nampan ke meja dan duduk di tepi tempat tidur.

"Aku buatkan ini untuk kamu. Makan ya, sedikit saja. Paling tidak perut kamu jangan kosong," bujuknya lembut.

Mia hanya melirik teh yang masih mengeluarkan uap panas dan juga roti panggang selai stroberi yang tampak lezat dengan taburan keju di atasnya.

"Aku suapin, mau?"

***********

***********

1
Dwi Winarni Wina
Mia tidak akan membiarkan ulet bulu masuk dlm rumahtangganya, dina sangat terkejut ternyata rafa telah menikah sm mia, dina patah hati pria incarannya ternyata telah menjadi milik orglain dan lagi hamil pula....
Ayu Kerti
bener2 lupa ta kamu mia sma kejadian awal stlh munum jus jeruknya
Widia Ningsih
aku ikut mewek/Sob//Cry//Cry/
Dwi Winarni Wina
Bagus mia jgn kasih celah pelakor msk merebut suamimu, jaga baik-baik suami itu dina suka sm rafa...

Dina sangat terkejut mia berkata istrinya dan mengandung anaknya, dina patah hati....
Dwi Winarni Wina
cie-cie mia sangat rafa pdhal ada disampingnya kangen ingin dipeluk kl..
Dwi Winarni Wina
Dasar mia bikin heboh dan panik dan khawatir pergi tanpa pamit kpd orgtuanya...
Dwi Winarni Wina
orgtua dan mertuanya lg paknik dan khawatir mencari keberadaan mia yg menghilang, ternyata keduanya lg melepas rindu
Dwi Winarni Wina
Gilang sangat paknik skl putri kesayangan menghilang takutnya diculik sm leon, pdhal susul suaminya ke apartemen...
Dwi Winarni Wina
mia lagi merawat rafa lagi sakit di apartemen, semua paknik mia menghilang..
Dwi Winarni Wina
mia menyesal telah menyakiti hati suaminya, baru berasa mia disaat org tulus mencintai pergi...
Dwi Winarni Wina
Rafa butuh waktu menenangkan diri tenang aja mia rafa tidak meninggalkanmu, apalagi ada jalin akan berkembang dirahim pasti tidak tega meninggalkanmu, rafa pria bertanggungjawab....
Ayu Kerti
hrsnya mia ingat kejadian sebelum obt bereaksi keras.

waktu interaksi dgn leon.
Ayu Kerti
mia, masa g ingat sama sekali kejadian di villa.
Dwi Winarni Wina
jangan2 dina yg datang
Dwi Winarni Wina
mia rafa sangat tulus mencintaimu
Dwi Winarni Wina
makan aja mia tidak beracun kok kasian calon dedek bayinya...
Dwi Winarni Wina
raka tidak berpaling istrinya zahra sangat cantik skl bsgai boneka barbie..
Dwi Winarni Wina
Mia sadar suami itu org baik
Dwi Winarni Wina
paling sileon itu yg mengadu domba mia dan rafa
Dwi Winarni Wina
Dengarkan nasehat ayahmu mia rafa bukan org jahat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!