Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Dengan mata berbinar-binar Ellen menatap secarik kertas yang ada di tangannya. Dia tidak percaya jika David benar-benar melayangkan surat gugatan cerai. Hanya butuh tanda tangan, maka beberapa hari lagi surat resmi perceraian akan keluar.
Cepat-cepat Ellen membubuhkan tanda tangan seraya bersenandung kecil. Walaupun beberapa kali adegan mengerikan di lihat, tapi pertemuan dengan Yuan membawanya menemukan jalan keluar dari permasalahan.
"Kenapa tidak Pak Rey yang datang?" Tanya Ellen. Hanya mendengar kalimat itu, Yuan terdengar mendengus kesal. Oh iya lupa. Tuan pasti cemburu. "Pasti Pak Rey sibuk ya. Sampaikan terimakasih ku padanya." Imbuh Ellen. Dia melipat kertas lalu memasukkannya ke dalam amplop dan memberikannya pada Johan.
"Nanti ku sampaikan."
"Satu lagi Jo. Eum suruh dia berhati-hati. Lelaki itu pasti memburu Pak Rey." Pinta Ellen yang langsung di balas Yuan dengan tatapan tajam." Maaf Tuan. Hanya memperingatkan. Kalau Pak Rey mati, Tuan juga yang sedih." Lanjutnya tersenyum canggung. Cemburunya keterlaluan. Batin Ellen.
"Perkerjaan mu hanya tanda tangan dan selesai. Kenapa banyak mulut?!"
"Ya kan saya terlalu senang. Tidak ada maksud merebut Pak Rey. Saya juga tidak berminat." Jawab Ellen.
"Merebut? Maksudnya?" Tanya Johan.
"Sok lupa ya." Ellen tertawa kecil." Tenang saja, rahasia terjamin aman. Saya bukan orang yang suka bergosip." Yuan melirik malas sementara Johan kebingungan menangapi perkataan Ellen.
"Jangan dengarkan Jo. Sebaiknya kau cepat pergi."
"Ya sudah." Johan tersenyum lalu berjalan keluar melalui pintu samping.
Saat Ellen berpamitan kembali, Yuan memintanya membuatkan kopi. Niat untuk melupakan perasaan tidak sejalan dengan perintah otak sehingga hampir semalam penuh, Yuan duduk di samping jendela hanya untuk memantau kamar Ellen.
"Untuk kali ini takaran pasti benar. Silahkan Tuan." Ellen meletakkan secangkir kopi seraya bersenandung kecil. Dia sangat bahagia bisa berpisah dengan David.
"Yakin tidak menyesal? Lelaki itu kaya raya dan cukup tampan." Tapi tidak lebih hebat dari aku!
"Siapa?"
"Mantan mu." Jawab Yuan sambil menyeruput kopi yang takarannya sudah benar.
"Tidak. Menyesal kenapa?"
"Memangnya dulu kalian di jodohkan?" Ellen menggeser kursi lalu duduk di hadapan Yuan. Keduanya tengah berada di ruang makan.
"Kenapa Tuan ingin tahu?" Ellen malah lebih penasaran dengan rasa perduli Yuan.
"Aneh saja melihatmu begitu senang berpisah. Bukankah jika benar-benar cinta akan sulit melepas?"
Yuan sendiri ingin memahami bagaimana hubungan pernikahan berjalan. Akankah ada rasa bosan pada pasangan atau yang terparah, perasaan musnah tak berbekas seperti yang terjadi pada pernikahan Ellen.
"Hubungan pun butuh timbal balik Tuan. Jika tempat itu sudah tidak nyaman bagi saya, untuk apa memaksa tetap tinggal."
Padahal sejak tahun pertama pernikahan, Ellen sudah merasa kecewa pada sikap plin-plan serta tak tegas David dalam mengambil keputusan. Tapi saat itu dia berusaha menerima kekurangan dengan tetap bertahan walaupun beberapa kali Ellen menerima dampaknya.
"Terlalu gampang menurut ku." Ujar Yuan.
"Terlihat gampang tapi sulit. Saya yakin Tuan benci penghianatan."
"Hum. Tidak ada pengampunan bagi pengkhianat." Jawab Yuan lirih." Tapi yang tampak mencolok, segampang itukah kau melupakannya?" Yuan masih belum mendapatkan jawaban yang pas atas pertanyaannya.
"Terserah bagaimana pendapat Tuan. Yang pasti saya senang akhirnya bisa berpisah."
"Begitu." Yuan mengangguk-angguk. Kalau memang segampang itu? Kenapa aku sulit membunuh ketertarikan ku? Kata Johan permasalahannya berbeda dengan penghianatan anak buah. Tapi dia mudah melupakan bahkan terlihat sangat bahagia.
Yuan tidak memahami jika penghianatan yang terjadi pada Ellen sudah berbulan-bulan lamanya. Awalnya Ellen memiliki sisa rasa untuk David, tapi seiring berjalannya waktu, rasa cinta terkikis dan hanya meninggalkan trauma. Wajar, jika Ellen menyambut kebebasannya dengan suka cita sebab bisa di dapatkan tanpa melibatkan orang baru. Ellen hanya perlu berkerja sebaik-baiknya, menuruti perintah Yuan.
"Eh tapi..." Saat nama Reyhan terlintas di pikiran, Ellen mempertanyakan tujuannya memberikan bantuan." Apa perintah ini berasal dari Tuan?" Tanya Ellen penasaran.
"Memangnya kau mengenal Rey sebelum datang ke sini?" Ellen menggelengkan kepalanya." Itu berarti ada campur tangan ku." Ellen tersenyum simpul.
"Melegakan rasanya. Berarti Pak Rey melakukannya bukan atas dasar ketertarikan." Ekspresi Yuan seketika berubah.
"Mustahil terjadi! Ketertarikan Rey akan jadi masalah besar!"
"Bukan begitu Tuan. Saya sekedar menebak saja. Tapi saya paham kalau Pak Rey tidak mungkin tertarik pada saya sebab beliau..."
"Jangan berani-berani menyebut nama nya!!!" Teriak Yuan memperingatkan.
"Baik Tuan maaf. Saya permisi." Ternyata benar. Pasangan sesama jenis lebih mengerikan kalau cemburu.
Yuan membuang nafas kasar seraya menatap kepergian Ellen. Bagaimana mungkin dia bersiap melupakan ketertarikan kalau nyatanya kecemburuan terasa meledak-ledak saat Ellen menyebut nama lelaki lain di hadapannya.
Sementara di sebuah Apartemen, Johan menyempatkan mampir untuk melihat keadaan Reyhan yang kini menjadi buruan orang suruhan David. Terpaksa perkerjaan harus di handle dari apartemen karena Yuan tidak ingin terjadi sesuatu dengan Rey.
Terlihat Rey tengah duduk sambil menikmati televisi dan secangkir kopi. Johan terkekeh kecil sebab akibat kejadian ini, Rey punya waktu istirahat dan bersantai.
"Wah sudah seperti Tuan muda saja." Rey tersenyum simpul lalu mempersilahkan Johan duduk.
"Sering-sering saja Jo." Ucap Rey sambil membuat secangkir kopi untuk Johan." Terus sampai kapan aku harus bersembunyi?" Imbuhnya.
"Sampai lelaki itu sadar." Rey menghela nafas panjang lalu meletakkan secangkir kopi di hadapan Johan.
"Aku baru mendengar ada lelaki seburuk itu. Nama Nona Ellen sudah terkenal di kalangan pengusaha tapi menjurus ke hal negatif. Tadinya ku pikir hanya gosip murahan." Tutur Rey menjelaskan.
Sikap murahan Ellen yang menawarkan dirinya pada sembarangan lelaki membuatnya terkenal di kalangan pengusaha dan petinggi. Namun di balik itu, gosip kegilaan David membuat para lelaki yang akan mendekat mempertimbangkan dengan matang. Banyak nama-nama yang tiba-tiba menghilang setelah berurusan dengan David. Saat kasus di serahkan pada polisi, tidak pernah ada titik temu sehingga kasus di lupakan begitu saja.
Rey pun tidak sengaja mendengar dari beberapa bawahannya. Mereka bahkan menunjukkan foto Ellen yang terlihat sangat cantik. Para bawahan sempat menawarkan, mungkin Rey ingin mencoba. Namun saat itu Rey tidak berminat karena keterbatasan waktu. Para bawahan yang mengira Rey sebagai pemilik perusahaan, merasa yakin jika David hanya bisa di kalahkan oleh orang yang punya kekuasaan lebih tinggi.
"Bagaimana ceritanya Nona bisa mengenal mu?" Tanya Rey penasaran.
"Sama. Tidak sengaja bertemu saat Tuan di kejar beberapa kacung si pengecut."
"Oh. Jadi dia berkerja di rumah utama?" Johan mengangguk." Kenyataannya, dia lebih cantik dari fotonya. Sekarang aku tahu kenapa mereka selalu gila saat membicarakan nya." Rey menyeruput kopi seraya tersenyum simpul." Kapan aku bisa berkunjung ke rumah?" Rey beralih menatap Johan.
"Mau apa ke rumah?"
"Bertemu Nona dan berkompetisi. Cara ku bertahan hidup cukup tangguh kan? Tak masalah harus menghadapi David dan kacungnya." Jawab Rey.
Johan terkekeh-kekeh sampai hampir tersedak. Rey menghela nafas panjang dan menjelaskan keseriusan perkataannya.
"Minta itu pada Tuan Yu."
"Akan ku lakukan."
"Ya lakukan kalau kau bosan hidup." Jawab Johan cepat.
"Apa salahnya..."
"Menurut mu perintah kemarin adalah permintaan ku?" Sahut Johan.
"Tuan memang selalu menjaga keselamatan anak buahnya."
"Kecuali wanita."
Rey baru mengingat bahwa tidak ada wanita muda yang bisa bertahan berada di sekitar Yuan. Satu-satunya wanita hanyalah Mbok Lela yang memang sudah berkerja sejak kedua orang tua Yuan masih ada. Selain Mbok Lela, pekerja wanita selalu berakhir tewas atau di usir.
Menurut Yuan, memperkerjakan wanita muda hanya akan melemahkan pertahanan anak buah. Apalagi almarhum Ayah nya menganggap jika wanita adalah sumber masalah meski tidak semuanya. Seratus banding satu, Almarhum Ayahnya menyarankan agar Yuan memperkerjakan lelaki agar nantinya tidak menyusahkan. Beliau pun mewanti-wanti Yuan untuk selektif dalam memilih pasangan hidup. Daripada susah-susah menyeleksi, Yuan lebih memilih tidak mencari pasangan sampai membuat hatinya membatu karena terbiasa hidup tanpa wanita.
"Menginginkan Nona Ellen berarti cari mati." Lanjut Johan menjelaskan.
"Hahaha benarkah Jo?" Johan mengangguk." Pak David menemukan lawan yang sepadan." Terpatri kekecewaan pada mimik wajah Rey meski berusaha di tutupi dengan gelak tawa.
"Ya. Hanya saja Tuan Yu masih terlalu angkuh."
"Bukan angkuh tapi belum terbiasa." Terdengar helaan nafas panjang nan berat.
"Terlanjur suka ya." Ledek Johan.
"Itu kenapa aku tertarik sebab Nona Ellen milik Tuan Yu yang super selektif."
"Akupun tertarik." Rey menoleh lalu terkekeh-kekeh.
"Pilih saja salah satu kekasihmu."
"Mana ada Rey. Mereka itu pellacur bukan kekasih. Bayar lalu pergi." Jawab Johan menjelaskan." Nona Ellen itu beda. Meski awalnya dia merendahkan diri selayaknya pellacur, tapi aku tahu kalau itu terpaksa di lakukan." Lanjut Johan.
"Wanita terhormat lain kan banyak. Tinggal rubah penampilan dan jelaskan soal gaji mu. Mereka pasti akan mau."
"Membosankan melihat wanita yang terlalu menjaga penampilan. Wajib tampil perfect lah, harus nongkrong di tempat berkelas dan lain-lain. Nona Ellen tidak seperti itu. Dia wanita sederhana tapi tampak Elegan." Tutur Johan menjelaskan.
"Sudah terlihat tanpa di tunjukkan ya."
"Hum begitulah hehe." Johan meneguk sisa kopinya." Aku pergi ya. Ingat jangan berkeliaran. Kalau butuh sesuatu tinggal telepon. Biar anak buah ku yang menyiapkan." Rey mengangguk seraya tersenyum simpul lalu kembali menikmati acara televisi bersama sisa kopinya.
Untuk pertama kalinya, hatiku patah. Batin Rey.
🌹🌹🌹