Ana & Andin

Dalam perjalanan Sean dan Andin saling terdiam karena tak ingin suasana canggung Sean bertanya

" Apa lututmu masih sakit?" tanya Sean

" Ya sedikit perih" ucap Andin

" nanti kamu harus minum obat pereda nyeri" ucap Sean

" baiklah dan kenapa kamu tak menanyakan alamat rumahku?" tanya Andin karena dari sekolah Sean bahkan tak menanyakan alamat Andin

" Aku tau" ucap Sean santai tapi mendengar itu Andin terkejut kenapa Sean mengetahui alamatnya dan sejak kapan pikir Andin

" kamu sejak kapan mengetahui alamat rumahku?" tanya Andin penasaran

" Aku bahkan tau semua tentang kamu Andin " ucap Sean yang berhasil membuat Andin kembali terkejut

" Apa selama ini kamu mencari tau tentang aku" ucap Andin curiga

" ya kamu benar " ucap sean selalu santai menjawab tapi berhasil membuat Andin terkejut

" tapi untuk apa kamu mencari tau itu semua apa kamu merencanakan sesuatu yang jahat kepada aku dan keluargaku?" tanya Andin sambil waspada terhadap Sean

Mendengar itu Sean mengerem mobilnya tiba'

terkejut mendengar ucapan Andin membuat Andin terjungkal kedepan untungnya Sean menahan kepala Andin sehingga tak mengenai mobil

" Apakah aku sejahat itu di matamu?" tanya Sean menatap dalam mata Andin

mendengar perkataan Sean dan melihat tatapan Sean andin merasa bersalah bukan maksud Andin begitu hanya saja Andin berusaha menjaga dirinya dan tak ingin terlalu percaya kepada laki-laki

" maaf jika perkataanku membuat kamu tak nyaman aku hanya berusaha menjaga diriku dan membatasi pergaulanku" ucap Andin menunduk

" apa ini alasannya kamu menjaga jarak dengan semuanya dan hanya berteman dengan Bianca?" tanya Sean

Dan Andin menganggukan kepala

" Andin tatap mataku" ucap Sean

Andin perlahan menatap wajah Sean yang menatapnya lembut membuat perasaan takut andin berkurang

" Aku tau kita tak begitu dekat tapi percayalah aku tak merencanakan seperti yang kamu pikirkan dan hanya saat bersama keluargaku dan kamu aku bisa berbicara panjang seperti ini dan ijinkan aku mengenal kamu lebih dekat kita bisa berteman bukan?" tanya Sean berusaha meyakinkan Andin menurut Sean andin mempunyai ketakutan yang besar sean memutuskan untuk mengajak Andin berteman pelan' Sean akan membantu andin menghilangkan ketakutannya

" Baiklah aku akan mencoba berteman denganmu" ucap Andin tersenyum pikir Andin tak salahnya mencoba berteman dengan Sean walaupun masih ada rasa takut di hati andin terhadap Sera dan yang lainnya

" terimakasih Tuhan setidaknya Andin tak menolak aku mengajaknya berteman sampai aku bisa mengungkapkan perasaanku" batin Sean sambil membalas senyum Andin

Andin pun sampai kerumahnya Andin menawarkan Sean mampir dan Sean tak menolak mereka memasuki rumah andin

" sore kakek nenek Andin pulang" ucap Andin

Tak lama muncul Bi Ami dan pak Andi dan Andin memeluk mereka berdua

" neng siapa itu?" tanya bi Ami

". Oh heheh Andin lupa kenalin kek nek ini kak Sean teman sekolah Andin tadi Andin di antar kak sean" ucap Andin

" sore bik paman saya sean teman sekolah Andin " ucap Sean sambil tersenyum

" halo nak Sean selamat datang di rumah kami maaf rumah kami kecil " ucap bi Ami tak enak melihat Sean menggunakan mobil mewah seperti milik Tuan Rangga dulunya membuat bi Ami tau sean berasal dari keluarga kaya

" bibi terlalu merendah rumah ini bagus Suasananya sejuk Sean menyukainya" ucap Sean jujur karena memiliki halaman luas di penuhi tanaman bunga dan pepohonan membuat udara di rumah Andin sejuk

" terimakasih nak Sean syukurlah jika nak Sean menyukainya" ucap bi Ami

" motor kamu kemana neng?" tanya pak Andi

" masih di sekolah paman tadi saya berniat mengantarkan andin karena lutut andin terluka dan pastinya akan susah mem bawah motor karena masih terasa perih lukanya" ucap Sean

Mendengar itu bi Ami dan pak Andi terkejut Karena mengobrol mereka tak memperhatikan Andin

" kenap bisa sampai luka neng?" tanya pak Andi khawatir

" apakah lukanya parah neng maafkan nenek tak memperhatikan kaki neng" ucap Bi Ami merasa bersalah sekaligus khawatir

"