NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9 Kembalinya Wu Shen Ke Sekte Phoenix: Keluarga Kecil

Di dalam salah satu paviliun Sekte Phoenix, seorang pelayan berlari tergesa-gesa menuju kamar Wu Ruoxi, wajahnya dipenuhi kegugupan.

"Nyonya! Tuan Muda Wu telah kembali!"

Wu Ruoxi, yang tengah duduk termenung di dekat jendela, seketika terlonjak dari tempat duduknya. Mata indahnya melebar, dan tanpa membuang waktu, ia langsung berlari keluar paviliun, melewati koridor panjang menuju gerbang utama.

Langkahnya cepat, hampir berlari, sementara hatinya dipenuhi emosi yang bercampur aduk.

Begitu tiba di gerbang, pandangannya langsung tertuju pada sosok yang selama ini ia khawatirkan. Wu Shen berdiri di sana, pakaiannya sedikit kotor dibanding terakhir kali ia melihatnya. Tanpa ragu, Wu Ruoxi segera menerjang putranya dalam pelukan erat.

"Anakku! Shen'er! Kemana saja kau selama ini? Ibu sangat khawatir!" suaranya bergetar, air mata mengalir di pipinya saat ia menciumi wajah putranya dengan penuh kasih sayang.

Wu Shen terdiam.

Hatinya terasa sesak melihat wanita ini menangis karena dirinya. Ia tahu, Wu Shen yang asli sudah tiada, dan ia hanyalah seseorang yang menempati tubuhnya secara kebetulan.

Namun, melihat Wu Ruoxi yang begitu tulus mencintai anaknya, Wu Shen tidak bisa membayangkan bagaimana wanita ini akan bereaksi jika mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

Namun, ia sudah bertekad. Ia akan menjalani kehidupan Wu Shen dengan baik, dan yang terpenting, ia akan membalaskan dendam kematiannya.

Pelan-pelan, Wu Shen mengangkat tangannya dan membalas pelukan Wu Ruoxi.

"Aku pulang, Ibu..." suaranya lirih, tetapi mengandung kehangatan yang selama ini dirindukan oleh Wu Ruoxi.

Di saat yang sama, seorang pria paruh baya dengan pakaian sederhana berlari ke arah mereka. Wu Guan, ayah Wu Shen, masih mengenakan seragam pelayan dan membawa sapu di tangannya.

Begitu melihat putranya, ia berhenti sejenak, matanya berbinar.

"Shen'er... kau benar-benar kembali," katanya dengan suara yang terdengar bergetar. Kemudian, tanpa ragu, ia menghampiri putranya dan menepuk bahunya dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak."

Kebahagiaan keluarga kecil itu terasa begitu nyata. Wu Ruoxi masih terus memeluk putranya, sementara Wu Guan tersenyum lega. Namun, di sudut pandang lain, Lin Shuelan hanya bisa diam, menyaksikan pemandangan itu dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Dalam hatinya, ia ingin merasakan kebahagiaan yang sama. Namun, itu hanyalah angan-angan. Keluarganya sendiri tidak pernah memperlakukannya seperti ini. Tidak ada pelukan hangat, tidak ada air mata bahagia atas kepulangannya—hanya kebencian dan penolakan.

Wu Shen, yang menyadari kesedihan Lin Shuelan, segera berkata, "Ayah, Ibu, izinkan aku memperkenalkan seseorang. Ini Lin Shuelan, temanku. Dialah yang menyelamatkanku saat aku diserang beast di Hutan Bayangan."

Wu Shen melirik Lin Shuelan dan mengedipkan matanya seolah memberi isyarat. Lin Shuelan yang awalnya terkejut, dengan cepat menyesuaikan diri dan mengangguk.

"Ya... Aku kebetulan berada di dekatnya dan menolongnya."

Wu Ruoxi menatap Lin Shuelan dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Nak. Kau telah menyelamatkan putraku. Aku berhutang budi padamu."

"Aku hanya kebetulan berada di sana," jawab Lin Shuelan dengan sedikit canggung ketika harus terlibat dalam kebohongan yang dibuat Wu Shen.

Wu Shen kemudian melanjutkan, "Ibu, aku ingin meminta sesuatu. Lin Shuelan ke sini untuk membangun kerja sama antara Sekte Mawar Putih dan Kota Xince. Namun, dia butuh izin dari Patriark Sekte Phoenix. Bisakah Ibu membantunya?"

Wu Ruoxi tanpa ragu mengangguk. "Tentu saja. Aku akan membantunya sebisaku. Bagaimanapun, dia telah menyelamatkan putraku. Tidak peduli siapa pun dia dan darimana dia berasal, aku akan tetap berterima kasih."

Mendengar itu, Lin Shuelan sedikit terkejut, namun juga merasa hangat di hatinya. Ini pertama kalinya ada seseorang yang begitu tulus berterima kasih kepadanya.

Wu Guan, yang sejak tadi diam, akhirnya berkata, "Shen'er, ayo pulang. Ada makanan yang sudah disiapkan untukmu."

Wu Shen mengangguk, lalu menoleh ke arah Lin Shuelan sebelum pergi mengikuti ayahnya. "Aku akan menemuimu nanti."

"Hm..." jawab Lin Shuelan sambil mengangguk, lalu melihat Wu Shen dan ayahnya berjalan pergi.

Ia masih berdiri di tempatnya, menatap kepergian mereka berdua dengan perasaan yang bercampur aduk.

'Keluarga yang hangat... sesuatu yang tidak akan pernah aku miliki...' pikirnya dalam hati.

"Ayo, kau butuh mandi dan mengenakan pakaian yang lebih baik untuk bisa bertemu dengan Patriak," ucap Wu Ruoxi yang seketika membuyarkan lamunan Lin Shuelan.

Lin Shuelan melihat ke pakainya sekali lagi, beberapa bagian telah sobek dan kotor akibat pertarungan sebelumnya.

"Terimakasih, Em, Nyonya Wu..." ucapnya sedikit gugup.

Lin Shuelan menundukkan kepalanya sedikit, merasa canggung dengan perhatian yang diberikan Wu Ruoxi padanya. Namun, sebelum ia bisa berkata lebih banyak, Wu Ruoxi tertawa kecil dan menepuk pundaknya dengan lembut.

"Tidak perlu terlalu gugup, Nak. Kau bisa menganggapku sebagai ibumu selama kau tinggal di sini," ucapnya dengan senyum hangat.

Lin Shuelan terdiam. Kata-kata itu sederhana, tetapi menghangatkan hatinya dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Matanya sedikit bergetar, dan tanpa bisa dikendalikan, butiran air mata tipis mulai menggenang di pelupuknya.

Wu Ruoxi memperhatikan ekspresi Lin Shuelan dengan tatapan lembut. Sebagai seorang ibu, ia bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikap canggung gadis itu. Sebuah kesedihan yang tidak terucapkan, seolah selama ini Lin Shuelan tidak pernah merasakan kasih sayang keluarga yang sebenarnya.

Dengan lembut, Wu Ruoxi meraih tangan Lin Shuelan dan menggenggamnya erat. "Tidak apa-apa, Nak. Kau sudah banyak berjuang, bukan? Kau tidak perlu mengatakannya. Aku bisa merasakannya."

Lin Shuelan membeku di tempatnya. Rasanya aneh, ada seseorang yang berbicara padanya dengan begitu tulus.

Sejak kecil, ia terbiasa menerima tatapan dingin, kata-kata kasar, dan perlakuan penuh kebencian dari keluarganya sendiri. Namun sekarang, seorang wanita yang baru saja ia temui menunjukkan kehangatan yang selama ini ia rindukan.

...

Malam itu, di bawah sinar bulan yang lembut, Lin Shuelan merasa lebih tenang dibanding sebelumnya. Setelah sekian lama merasa seperti orang buangan, kini ia mendapatkan sedikit kehangatan di kediaman keluarga Wu.

Mengenakan pakaian yang lebih sopan dan wajah yang lebih berseri, ia menatap bayangannya sendiri di cermin, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia sudah siap.

Wu Ruoxi menunggunya di luar kamar, senyumnya lembut seperti seorang ibu yang bangga melihat anaknya tumbuh dewasa.

"Kau sudah siap?" tanya Wu Ruoxi.

Lin Shuelan mengangguk. "Ya."

Wu Ruoxi tersenyum dan merangkul bahu gadis itu dengan lembut. "Ayo, Patriark sudah menunggu."

Mereka berjalan menuju Aula Utama Sekte Phoenix, sebuah bangunan megah dengan pilar emas dan ukiran Phoenix api yang berkelok di sepanjang dindingnya.

Begitu memasuki aula, suasana langsung berubah menjadi penuh ketegangan. Di tengah ruangan, duduk seorang pria paruh baya dengan wajah tegas dan sorot mata tajam—Wu Chengfeng, Patriark Sekte Phoenix

Di kiri dan kanannya, para penatua duduk dengan ekspresi serius, memperhatikan setiap langkah Lin Shuelan.

"Jadi ini utusan dari Sekte Mawar Putih?" suara Wu Chengfeng bergema di aula yang luas, penuh nada meremehkan. "Aku berharap seseorang yang lebih... berpengalaman."

1
Rinaldi Sigar
lnjut
Yuga Pratama
begitu lebih baik
y@y@
dan akhirnya harus rela menunggu chapter berikutnya🤣
Caveine: sabar bang wkwkw 😂
total 1 replies
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
harusnya guru Ye harus pakai gaya Kuda" Lumping..🤣🤣🤣
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!