Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04
"Apakah pernikahan akan dilangsungkan sekarang?" tanya Pak Penghulu. Memecah keheningan di ruangan tersebut. Pak Soni langsung mengiyakan.
"Tunggu dulu." Suara bariton lelaki itu, kembali membuat jantung Kinara berdebar kencang. "Sebelum ijab, aku ingin kembali menegaskan bahwa setelah pernikahan ini selesai, gadis di depanku ini, sudah menjadi milikku dan kalian sebagai orang tua tidak memiliki hak lagi untuk ikut campur urusan kami."
Suara tegas itu, membuat suasana hening seketika. Tatapan lelaki itu menyapu seluruh ruangan lalu berhenti sejenak saat bertatapan dengan Kinara. Gadis tersebut seketika tertunduk. Takut dengan pria yang begitu mengintimidasi. Belum menikah saja pria itu sudah begitu menakutkan, apalagi jika ia tinggal seatap.
"Tapi, kalau Ara bermain ke sini, bolehkan?" tanya Mama Yayuk cemas, jika tidak lagi bertemu putri bungsunya, sudah pasti membuat Mama Yayuk sedih.
"Kalau itu Tante tenang saja. Aku tidak akan melarang dia berkunjung ke sini. Hanya sebatas berkunjung, tapi untuk urusan yang lain, kalian tidak bisa ikut campur," ujarnya tegas.
Kedua orang tua Kinara setuju. Pada akhirnya, ijab-kabul itu berlangsung dengan lancar. Bahkan, pria tersebut bisa menyebut nama Kinara tanpa salah sedikit pun.
"Aku mau masuk!"
Mereka mengalihkan perhatian ke pintu dan terlihatlah Danu yang sedang memaksa masuk. Dua orang keamanan tampak kewalahan menghadapi Danu yang membabi buta. Melihat sahabatnya, Kirana bangkit dan hendak mendekati pria itu, tetapi langsung ditahan oleh Papa Soni.
"Kamu mau ke mana? Ingat, kamu sekarang sudah menjadi istri Rico," kata Papa Soni setengah membentak.
"Tapi, Pa ... Danu ...."
"Pernikahan ini tidak boleh terjadi! Tidak ada perjodohan! Ara .... " Danu menatap Kinara. Wajah gadis tersebut terlihat sedih. Ingin sekali Danu memeluk, tetapi tubuhnya masih ditahan.
"Oh, jadi dia kekasihmu. Mumpung aku masih berbaik hati, silakan temui sebelum kamu tidak pernah bisa bertemu dengannya lagi," perintah Rico. Tentu saja hal itu membuat semua yang berada di sana tercengang. Dua satpam itu bahkan langsung melepaskan Danu.
Dengan langkah cepat, Danu mendekati Kinara lalu memeluk wanita itu. Mereka hanya bergeming menatap kedua insan itu. Termasuk Rico yang hanya bisa diam sambil mengepalkan kedua tangan.
"Ara ... ayo, kita pergi dari sini. Aku tidak mau kamu terluka suatu saat nanti. Aku sakit jika melihat air matamu." Danu mengeratkan pelukannya.
Kinara tidak menyahut. Hanya memeluk sahabatnya sambil menangis terisak.
"Ara ... Ayo, kita ke luar kota dan menikah. Aku akan membuat hidupmu bahagia," ujar Danu.
"Cih!" Rico berdecih. "Menikah? Jangan bermimpi. Wanita yang kamu peluk adalah istriku sekarang."
Danu melepaskan pelukan tersebut. Lalu menatap pria itu dan Kinara secara bergantian. "Ara ... apakah kalian sudah—"
Kinara mengangguk lemah. "Iya, Nu. Maafkan aku. Kami sudah resmi menikah tadi sebelum kamu datang."
Seketika tubuh Danu terasa lemas. Hampir saja ia ambruk, tetapi sekuat tenaga tetap berdiri kukuh. Ia terus menatap Kinara secara dalam. Tanpa terasa kedua mata pria itu tampak berkaca-kaca.
"Ara ... apa yang harus aku perbuat setelah ini?"
"Maaf, Nu. Aku akan berusaha menerima takdir ini. Tapi kamu akan selalu menjadi sahabat baikku sampai selamanya. Meskipun aku sudah menikah, kamu tetap akan menjadi sahabat baikku." Suara Kinara parau karena menangis.
Danu kembali memeluk gadis itu erat. "Katakan padaku apa pun yang kamu alami nanti. Jika kamu terluka, bicaralah padaku. Aku tidak akan tinggal jika ada orang yang menyakitimu," ujar Danu sambil menatap tajam ke arah Rico. Yang ditatap justru menyunggingkan senyum. Seolah meledek kepada Danu.
***
"Kenapa kamu diam saja? Kamu masih memikirkan priamu?"
Kinara tersentak. Saat ini ia sudah berada di dalam perjalanan menuju ke rumah pribadi milik Rico. Setelah pernikahan itu, Kinara dan Rico akan hidup berdua. Bahkan, jarak rumah mereka dengan kedua orang tua mereka sangatlah jauh. Kinara hanya bisa diam membisu, mau memberontak dan menolak seperti apa pun, ia sudah resmi menyandang gelar sebagai istri Rico. Semua usaha yang dilakukan untuk kabur hanyalah sebatas sia-sia.
Pada akhirnya, Kinara hanya bisa mengikuti alur yang Tuhan gariskan untuknya.
Mobil Rico masuk ke halaman yang begitu luas. Tampak bangunan megah di ujung sana. Rumah itu tampak mewah, bahkan jika dibandingkan dengan rumah milik Papa Soni, sangatlah berbeda jauh.
Setelah mobil berhenti, Rico menyuruh Kinara untuk turun lalu mereka menuju ke sebuah kamar. Kinara hanya berjalan menurut di belakang Rico sambil membawa koper miliknya.
"Ini kamarmu, sedangkan kamarku ada di lantai atas," ujar Rico.
Kinara menatap lelaki itu dengan bingung. "Maksudnya kita tidak tidur sekamar?"
"Apa kamu berharap kita akan tidur sekamar?" Rico tersenyum miring. Kinara menggeleng cepat. "Kamu harus ingat bahwa hubungan kita hanyalah sebatas hitam di atas putih. Aku menikahimu karena terpaksa. Kalau papamu tidak bersujud di depanku, sudah pasti aku tidak akan sudi menikah denganmu."
"Papa? Bersujud? Kenapa?"
"Memangnya kamu tidak tahu?" tanya Rico. Kinara menggeleng cepat. "Papamu kehabisan biaya karena menguliahkan saudara kembarmu di luar negeri. Dia memintaku untuk membantunya. Jadi, selama kakakmu masih kuliah, kamu adalah budakku."
Deg!
Hati Kinara berdesir. Ia tidak tahu jika ini adalah alasan sebenarnya kenapa sang papa bersikukuh untuk menjodohkan dirinya dengan pria itu.
"Aku tidak akan mengganggu urusanmu. Bahkan kalau kamu mau bertemu dengan kekasihmu tadi, silakan. Asal kamu bisa sadar diri kalau kamu sekarang bukanlah gadis single. Kuharap kamu juga tidak akan pernah menganggu urusanku. Setiap apa pun yang aku lakukan, aku tidak menginginkan protes darimu. Bahkan, kita tidak akan saling kontak fisik. Kamu hanya perlu melayaniku, tapi bukan di ranjang."
"Ba-baik."
"Sekarang kamu istirahat dulu. Aku tahu kamu lelah. Nanti malam aku tunggu kamu di meja makan. Biarkan pelayan yang melayani." Pria itu berjalan pergi meninggalkan Kinara begitu saja.
Setelah pria itu pergi, Kinara menghela napas panjang. Ternyata pria itu tidak semenyeramkan yang dibayangkan. Setidaknya Kinara bisa menghela napas lega karena dirinya dan pria itu tidak akan terlibat kontak fisik. Hal yang terus membayangi Kinara selama beberapa hari ini.
***
Makan malam tiba, Kinara keluar dari kamar dan menuju ke meja makan. Ternyata Rico sudah menunggu di sana. Wajahnya tampak kesal. Kinara pun meminta maaf dan segera mengambilkan nasi untuk suaminya.
"Jangan sama sayur," perintahnya. Kinara menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil sayur.
"Anda tidak suka sayur?" tanya Kinara heran.
"Aku bukan vegetarian," sahutnya ketus.
Kinara mengangguk. Lalu beralih mengambil lauk. "Dia mirip sekali dengan seseorang."
"Kamu bilang apa?"
"Em ... tidak."
"Makanlah. Aku benci dengan wanita kurus sepertimu."
"Kalau Anda benci, kenapa Anda menerima permintaan papa saya?" tanya Kinara dengan berani.
"Jangan lancang, ya. Jangan kamu pikir aku baik padamu, kamu jadi bisa lancang seperti ini. Kamu harus ingat, sampai kapan pun kamu hanyalah wanita rendahan yang dijual oleh orang tuamu sendiri."
Kinara langsung membisu saat itu juga.
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂