Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PINDAH RAGA
Setelah rasa sakit yang teramat sangat tersebut menghilang, perlahan jiwa Nayla keluar dari tubuhnya.
Begitu jiwanya keluar, dia bisa melihat tubuhnya yang tergeletak diatas brangkar dengan wajah pucat dan berlinangan air mata.
Nayla menundukkan kepala, melihat bagian dadanya yang terbuka dengan darah segar mengalir deras disana.
Salah satu dokter terlihat bersiap untuk menjahit bagian dadanya yang tak lagi memiliki jantung, dan pada saat itu Nayla pun tersadar jika dirinya telah mati.
Nayla berdiri menatap semua orang yang ada dalam ruang operasi, berusaha mengingat wajah mereka satu persatu dan dikunci dalam memorinya dengan penuh dendam.
"Dendam ini harus terbalaskan!
Semua orang yang berkontribusi menyumbang rasa sakit dalam dirinya harus membayar lunas!",
Kedua mata Nayla berubah menjadi merah, penuh kobaran amarah ketika kembali menyadari jika jantungnya telah berpindah ketubuh Gisel yang saat ini tengah didorong keluar dari dalam ruangan yang langsung disambut oleh Lucas begitu pintu ruang operasi terbuka.
Dalam kondisi seperti itu, Lucas sama sekali tak menoleh ke belakang, kearah tubuh istri sekaligus wanita yang dia korbankan jantungnya demi keberlangsungan hidup wanita lain.
"Jahat! Dia benar-benar jahat! Bahkan setelah membunuh dan mengambil jantungku, dia sama sekali tak merasa bersalah!"
Nayla mengepalkan kedua tangannya, kuku-kuku panjang berwarna hitam menusuk telapaknya, darah segar mengalir deras namun hal itu sama sekali tak mengurangi amarah dalam dadanya.
"AAARGHHH!"
Teriakan Nayla membuat semua benda dalam ruangan beterbangan dan lampu dalam ruang operasi berkedap kedip, membuat ruangan terlihat mencekam.
Para dokter dan perawat yang hendak belari keluar, tak bisa menggerakkan kedua kaki mereka, seolah ada lem kuat yang membuat mereka tetap berada ditempatnya.
Teriakan ketakutan dan minta pertolongan pun berusaha untuk mereka keluarkan dari tenggorokan.
Namun sayang, sekeras apapun usaha yang mereka lakukan, bahkan mulut mereka sudah terbuka dengan lebar, tak ada satu katapun bisa mereka keluarkan, seolah semuanya tersangkut ditenggorokan, membuat keringat dingin mulai mengucur deras ditubuh semua orang.
Sekarang, yang bisa mereka lakukan hanyalah berdoa agar ada yang masuk kedalam ruangan dan menyelamatkan mereka.
"Biadab! Kalian semua binatang dan pantas mati!"
Baru saja Nayla mengangkat tangannya, hendak melemparkan pisau bedah dan gunting yang melayang diudara, tiba-tiba tubuhnya tersedot dengan cepat, sehingga aksinya terhentikan.
Wushhhh....
Begitu angin kencang berhembus, lampu berhenti berkedip dan suara semua orang kembali terdengar.
Melihat jika kedua kaki mereka telah bisa digerakkan, para dokter dan perawat pun segera berlari tunggang langgang, keluar dari ruang operasi dengan cepat, meninggalkan jenazah Nayla yang terbaring kaku diatas brangkar, sendirian.
.
.
Ditempat lain, disebuah rumah sakit swasta yang ada dipinggiran ibukota, dalam ruang ICU tiba-tiba alat detak jantung salah satu pasien berbunyi nyaring, membuat perawat yang berjaga bergegas masuk dengan wajah panik.
"Pasien anfal!"
Begitu kata itu terucap, tim dokter bergegas masuk dan berjuang keras untuk mengembalikan kesadaran seorang gadis dengan wajah pucat yang baru saja menghilang.
Defibrillator diletakkan didadanya, mencoba mengembalikan detak jantungnya.
"Charge ke 200! Clear! ", suara dokter terdengar lantang.
Tubuh gadis itu melompat sedikit karena kejutan listrik, tetapi monitor tetap menunjukkan garis lurus.
"Tidak ada respon! Ulangi lagi!",kata dokter tersebut sambil kembali meletakkan Defibrillator ke dada pasien, mencoba memompa kehidupannya kembali.
"Charge ke 300! Clear! ", suara dokter kembali memenuhi ruangan, diikuti dengan lonjakan kecil di tubuh pasien, namun monitor jantung tetap menunjukkan garis lurus, sama sekali tak ada perubahan.
Salah satu dokter menatap layar monitor dengan tatapan suram. " Tidak ada respon. Kita coba sekali lagi. Charge ke 360! Clear! "
Kali ini seluruh tubuh gadis itu terlihat sedikit gemetar karena kekuatan kejutan listrik yang lebih besar, tapi tetap saja, monitor menunjukkan hasil yang sama, garis lurus.
"Dokter... ", suara salah satu perawat terdengar pelan, seolah meminta keputusan terakhir.
Dokter jaga tersebut meletakkan Defibrillator dengan berat hati menarik nafas dalam-dalam, lalu memeriksa denyut nadi gadis tersebut, untuk memastikan.
Begitu jarinya menyentuh titik nadi, kedua mata dokter itu terbelalak begitu dia merasakan denyut nadi yang tadi sempat hilang kini tiba-tiba saja menjadi sangat kuat, berbarengan dengan suara monitor yang mulai bergerak naik turun dilayar.
Melihat jantung gadis tersebut kembali berdetak dengan stabil, semua orang yang berada dalam ruangan merasa lega.
Mereka cukup kasihan dengan gadis tanpa identitas itu, selama koma hampir dua bulan lamanya tak ada seorangpun yang datang untuk mencari keberadaannya.
Untungnya ada seorang dermawan yang bersedia membiayai semua perawatannya selama dirumah sakit hingga gadis itu mendapatkan perawatan yang cukup baik.
Begitu dokter dan perawat telah keluar, jemari gadis itu tiba-tiba bergerak tanpa ada yang menyadarinya, kesadarannya pun mulai kembali secara perlahan.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ruangan ini penuh bau obat? apakah aku masih berada di rumah sakit? Bukankah aku sudah mati?"
Berbagai pikiran berkecamuk dalam benak Nayla yang jiwanya telah masuk kedalam raga gadis tanpa identitas yang memang telah disiapkan untuknya.
Nayla masih bisa merasakan bagaimana dadanya ditekan tadi, dan beberapa kali alat kejut menempel didadanya.
"Tunggu! Mereka bilang tadi jika detak jantungku kembali? Apakah Gisel mengembalikan jantungku karena tak cocok dengan tubuhnya?", batinnya penuh tanya.
Nayla yang sibuk dengan pemikirannya tak menyadari jika ada seorang perawat yang masuk kedalam ruangannya.
Dia yang masih bingung akan kondisi yang ada tanpa sadar mulai menggerakkan jemarinya, membuat perawat yang sedang mengecek kondisinya segera menekan tombol merah disampingnya.
Tak lama kemudian, dokter yang tadi membantunya mengembalikan detak jantungnya ketika terhenti kembali datang dan memeriksa kondisinya seiring dengan kedua matanya yang perlahan mulai terbuka.
Karena sudah melewati masa kritis dan telah sadar, gadis itupun dipindahkan ke ruang VVIP sesuai dengan permintaan orang yang membiayai pengobatannya.
Begitu tiba didalam ruang rawat, dokter kembali memeriksa kondisinya yang kini sudah bisa duduk dan minum air putih yang diberikan oleh perawat kepadanya.
"Syukurlah anda telah sadar nona. Kondisi kepala anda cukup parah setelah terjatuh dari tangga dilantai tiga mall. Kita akan melakukan observasi selama beberapa hari, jika tidak ada keluhan dan semuanya berjalan dengab baik maka nona sudah bisa pulang ", ucap sang dokter menjelaskan.
Nayla menoleh, "Jatuh dari tangga? bukankah aku mengalami kecelakaan dan baru saja menjalani operasi dimana jantungku diambil untuk diberikan kepada Gisel", gumannya bingung.
Meski banyak alat seperti yang dia lihat tadi ketika jiwanya keluar dari raganya, namun kondisi ruangan yang sekarang dia tempati tak sama.
Dan pria yang ada dihadapannya juga berbeda dengan orang-orang yang telah melakukan operasi untuk mengambil jantungnya tadi.
Dokter yang melihat gadis dihadapannya sedikit binggung, menganggap hal itu wajar bagi pasien yanh telah sadar dari koma sehingga memberinya waktu sejenak untuk beradaptasi dengan situasi yang ada.
Masih dengan wajah bingung dan suara sedikit serak Nayla pun kembali bertanya, " Kamu siapa dan ini dimana?".
"Saya Dokter Bima dan sekarang anda sedang berada di rumah sakit Amanah. Anda sempat mengalami koma selama dua bulan setelah terjatuh dari tangga".
Dokter Bima yang melihat Kayla terdiam dengan wajah binggung pun berjalan mendekat dan mencoba memeriksanya sekali lagi.
Untuk memastikan kecurigaannya, dokter Bima pun memberi sebuah pertanyaan, "Nona, apa anda tahu nama anda?".
Nayla yang masih sedikit linglung pun segera menjawab, "Ten-tentu saja ingat. Namaku Nayla Putri Darmawan", ucapnya.
Dokter Bima tersenyum lega melihat gadis itu mengingat namanya.
Diapun segera mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji jika gadis dihadapannya itu tidak mengalami amnesia akibat benturan keras dikepalanya.
Setelah memastikan semuanya baik-baik saja Dokter Bima pun keluar untuk memeriksa kondisi pasien yang lain.
Nayla yang masih syok atas apa yang menimpanya, sedikit linglung sehingga diapun segera meminta bantuan pada perawat yang datang memberikannya obat.
"Sus, bisa minta tolong pinjamkan saya kaca", pinta Nayla sopan.
Meski sedikit takut namun Nayla membutuhkan kaca untuk meyakinkan kecurigaan dalam hatinya, karena jika benar dia bertransmigrasi maka wajahnya pun pasti berubah.