"perceraian ini hanya sementara Eve?" itulah yang Mason Zanella katakan padanya untuk menjaga nama baiknya demi mencalonkan diri sebagai gubernur untuk negara bagian Penssylvania.
Everly yang memiliki ayah seorang pembunuh dan Ibu seorang pecandu obat terlarang tidak punya pilihan lain selain menyetujui ide itu.
Untuk kedua kalinya ia kembali berkorban dalam pernikahannya. Namun ditengah perpisahan sementara itu, hadir seorang pemuda yang lebih muda 7 tahun darinya bernama Christopher J.V yang mengejar dan terang-terangan menyukainya sejak cinta satu malam terjadi di antara mereka. Bahkan meski pemuda itu mengetahui Everly adalah istri orang dia tetap mengejarnya, menggodanya hingga keduanya jatuh di dalam hubungan yang lebih intim, saling mengobati kesakitannya tanpa tahu bahwa rahasia masing-masing dari mereka semakin terkuak ke permukaan. Everly mencintai Chris namun Mason adalah rumah pertama baginya. Apakah Everly akan kembali pada Mason? atau lebih memilih Christopher
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dark Vanilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
May i kiss you?
Tubuh panjang itu menggeliat di tidurnya, meregangkan otot-otot yang terasa kaku. Sudah lama rasanya tidak tertidur senyenyak ini dalam beberapa minggu. Sepertinya keputusannya untuk ikut teman-temannya ke klub semalam, bagus juga.
Christopher memalingkan wajahnya ke sisi kosong di samping tubuhnya, yang rasanya semalam ada yang mengisi tempat itu. Alis tebalnya bertaut dengan mata emas yang cemerlang, berkerut mengingat-ngingat kejadian malam sebelumnya.
“Ah, dia sudah pergi, ya?” Setelah membuatnya kewalahan semalam suntuk, berani-beraninya wanita itu pergi begitu saja.
Chris beranjak dari ranjang mengambil handphone yang terus bergetar di atas meja rias.
Nama Saline muncul di layar dengan ratusan notif pesan dan panggilan tak terjawab. Wanita itu masih gigih menerornya. Tak tertarik Chris meletakan kembali handphonenya namun disaat bersamaan matanya tak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin dan membelalak. Tangannya menuju tempat-tempat yang memerah di sekitar perut, dada dan leher jenjangnya
“What the…”
Terutama di bagian dadanya tanda merah itu tampak lebih banyak. “Wanita itu vampir atau apa?” batin Chris. Hingga kemudian tawa ringan pecah darinya. Mengingat bagaimana semua ini terjadi semalam.
Christopher malam itu terpaksa datang ke club bersama teman-temannya untuk menghindari saline. Namun teman-teman bajingannya malah menjebaknya dengan seorang wanita yang entah siapa.
Christopher menatap bosan wanita tak bertulang yang menempel padanya seperti cicak. Tangan berkuku panjang dengan kutek merah menyala itu menggelayar kemana-mana dengan tak tahu malu. Begitu juga dengan gumpalan daging bersilikon yang sama sekali tak terbungkus bra –hanya kaus tipis yang mencetak jelas tonjolan N**ple— menempel padanya sama sekali tidak membuat saraf apapun di tubuhnya bereaksi.
Wanita itu sudah dia tolak sejak awal, tapi tetap gigih menggoda. Sementara itu, ponselnya terus bergetar di meja dengan nama Saline muncul berulang kali di layar. Dia mengabaikannya—drama bukanlah sesuatu yang ingin dia hadapi malam ini.
Di tengah kekacauan, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang berjalan sempoyongan di lorong lounge. Entah kenapa, ide gila melintas di kepalanya dengan begitu impulsif.
Dengan gerakan cepat, dia menyentak kepala wanita yang memeluknya, membuatnya terjatuh ke sofa di sebelah.
Tanpa pikir panjang, dia melangkah menuju wanita linglung tadi dan menarik perhatian semua orang di sekitar. "Hei, sayang! Aku mencarimu ke mana-mana," katanya dengan suara tegas namun hangat.
Wanita itu, yang ternyata adalah Everly, tertegun. Dia mengerjapkan mata, mencoba memahami situasi.
"Sayang?" gumamnya bingung, menatap pria tinggi di depannya. Kemeja hitamnya terbuka di bagian dada, memperlihatkan kulit sewarna zaitun. Rambut ikalnya sedikit acak, panjangnya menyentuh bawah telinga, dihiasi anting perak yang memantulkan cahaya lampu.
Pria itu tersenyum menggoda padanya. Membuat pikiran Everly sesaat terbang entah kemana. Dengan barisan gigi putih rapi, dan mata emas yang dipayungi bulu mata nan lentik, dan alis hitam tebal, Eve termenung.
“Kau bercanda kan?” Suara wanita ber-makeup tebal yang tadi menggelayuti Chris menginterupsinya.
“Sudah kubilangkan aku punya pacar. Bisa pergi tidak?!” Chris mengatakannya dengan ekspresi iritasi, tetapi tanpa berpaling dari wanita dihadapannya yang tingginya hanya sebatas dada.
“Aku pikir kau sudah pulang.” Tidak hanya penampilan, suara pria itu juga berat dan memukau.
Eve mengerjapkan mata, mengumpulkan kembali segenap kesadarannya yang berpencar. Tadi niatnya ingin mencari toilet, karena desakan lambungnya yang bergejolak. Tetapi entah bagaimana ia malah masuk ke ruangan yang asing.
Eve membatu ketika pria itu mengelus pipinya dengan seduktif, “Bisakah kau berakting? Wanita itu membuat aku kesulitan.” katanya hampir seperti sebuah gumaman.
Everly yang belum bisa membaca situasi mulai kebingungan. “Ta-Tapi aku…”
“Sayang, kau tampak mabuk.” kata pria itu kembali mengeraskan suara. Kali ini tangannya mengelus pipi Everly yang merona.
Mata Eve bolak balik dari pria di hadapannya ke wanita di belakang yang masih duduk di sofa dengan wajah menahan kesal.
“O..oh ya.. ya…haha” Everly yang mulai memahami situasi tertawa canggung.
Chris hanya menatapnya yang tertawa untuk beberapa saat sebelum kemudian berkata dengan suara pelan. “I haven't seen you here before.” mata tajamnya menggerayangi wajah Everly.
Senyum Everly pudar “What a beauty…” desis pria itu membuat bulu kuduk Eve meremang, elusan pria itu di sela kesadarannya yang tipis menghantar gelitikan halus di perutnya. “Terutama disini.” Dengan jempolnya, pria itu menyentuh tahi lalat kecil di batang hidung Everly.
“Sangat manis.” Tatapan sensualnya menusuk tepat di mata Everly. “May i kiss you.” katanya kemudian. Belum sempat merespon pria itu menurunkan bibirnya ke bibir Everly. Tanpa persiapan tentu saja Eve gelagapan di tengah pengaruh alkohol yang pekat.
Pria itu melumat dan menyesapnya dengan lembut dan hangat. Dengan terampil di setiap pagutannya membuat kepala Everly yang ingin memberontak tak dapat memerintahkan tubuhnya untuk bereaksi. Semuanya seakan lumpuh. Bahkan kakinya serasa akan meleleh saat ini. Bagaimana ciuman pria ini bahkan lebih memabukkan.
“Asshole!” Wanita yang tadi duduk di sofa mengumpat kepada keduanya kemudian pergi dengan wajah kesal.
Chris menyeringai ketika wanita didekapannya ini turut memejamkan mata dan membalas ciumannya, hingga pria itu semakin bersemangat menyelipkan lidah dan membelit milik wanita itu dengan lembut. Waktu seakan berhenti, suhu tubuh keduanya seketika memanas. Begitu juga napas yang yang mulai menipis memaksa Chris melepaskan bibir wanita itu dengan enggan.
Chris tersenyum tipis ketika wanita itu masih memejamkan matanya dengan bibir merah merekah.
“Tell me your name.” Bisiknya tepat di depan bibir wanita berambut golden brown itu.
Seketika Everly membuka mata. Bola matanya berpapasan dengan bola mata emas yang menatapnya penuh ketertarikan dan hasrat. Matanya mendelik ketika desakan itu tidak tertahankan.
“Everghhh”
“Errg?!” pria itu tak mengerti.
ketika mata sang wanita tiba-tiba mendelik padanya hingga kemudian ….
Uwekk
“Oh God, Come on!” Erang Chris, ketika suasana sensual tadi kacau karena baju hingga celananya terkena muntahan sang wanita.
"fuck!"