bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 4
paginya, Alana sudah siap untuk berangkat sekolah. sebelum keluar pintu rumah, Kunan mencegatnya
"jatah uangmu ada di Bi Sumi" ucapnya berdiri di depan pintu
"iya yah, nanti Lana Ambil" jawab Lana tersenyum, sudah puas semalaman menangis dan mata bengkak nya dia tutup menggunakan foundation
"woi anak sial, gak mau sarapan lo? bekas bang Rayn masih ada nih" celetuk Seno
"gak bang, Lana ada piket harus berangkat sekarang" jawab Lana masih dengan senyumnya
"lain kali gak usah senyum, jijik gue liatnya" sahut Rayn, pagi yang Lana usahakan untuk cerah dan baik ini seketika di rusak oleh Rayn
"iya, maaf bang" jawab Lana pelan
"Ayah Lana berangkat duluan ya" ucap Lana meraih tangan Ayahnya, awalnya ingin mencium tangan sang Ayah tapi di tepisnya begitu kasar oleh Kunan
"woi bangsat!! jangan sentuh tangan Ayah gue!" teriak Pharta
"ma.. maaf.. Lana minta Maaf" Lana buru-buru berangkat sekolah, dia tau dia pasti akan mendapat hukuman lagi jika masih berdiri disana, Lana menahan rasa perih di punggung dan pinggangnya sekarang ini, dia tidak ingin menambah luka yang sudah sangat sakit itu
di tengah jalan Lana bertemu dengan Jinan yang berniat menjemput nya. kali ini Jinan tak menggunakan mobil, tapi motor kesayangannya.
"widihh.. tumben nih berangkat cepet, mimpi apa lo semalem" sapa Jinan dengan senyum cerahnya
"mimpi Godzilla! lo ngapain sih kesini, lo lewatin sekolah?" tanya Lana yang heran
"hehe.. aduhh apa sih yang enggak buat bestoy gue yang super duper cantik ini!!" lebaynya, Lana sudah hafal dengan semua gerakan lebay Jinan
"makasih nan, gue ada piket hari ini" ucap Lana buru-buru naik
"gini kan enak, gak pake drama nolak"
Jinan tancap gas menuju sekolah, awalnya niat Jinan ingin menjemput Lana ya ingin melihat reaksi Seno saat mengejek nya nanti, tapi apa daya rencana Jinan untuk mengejek Seno harus pupus karena Lana sudah keluar dari rumahnya
'gapapa Jinan, tunggu di sekolah aja! sumpah gue gak sabar ngetawain muka pongah si Baj*ngan Seno!' senyumnya membatin
"kayaknya lo semangat banget pagi ini, bokap lo pulang?" tanya Lana yang heran sejak tadi wajah temannya itu terhias senyuman cerah tak seperti biasa
"gak kok, bokap gue masih di luar negeri, tapi emang pagi ini lagi happy aja" jawab Jinan tersenyum
"dan lo, tumben banget bangun pagi kesambet apa lo? bosen telat kah?" tanya Jinan yang masih sedikit tak Terima karena tak dapat melihat Seno secara langsung
"gue setiap hari bangun pagi kok" jawab Lana kesal
'tapi emang semalem gak tidur aja, mana bisa tidur sedangkan tubuh gue sakitnya kebangetan' batinnya
Lana terdiam, karena Jinan juga tak berkata apapun lagi jadi mereka terdiam menikmati angin pagi sampai sekolah. bahkan pak Parjo yang sedang menyeruput kopinya pun terheran melihat Lana yang datang begitu pagi, tak banyak siswa yang datang sepagi ini. tapi baguslah setidaknya siswa yang sudah cukup di kenalnya itu tak terlambat pagi ini
Jinan dan Lana masuk ke kelas, masih sepi jadi Lana bisa membersihkan kelas tanpa harus jengkel menghadapi teman sekelasnya yang biasa membuat keributan saat tugasnya piket, Jinan ikut membantu walau Lana melarang sekalipun, ini hari selasa, hari yang paling Lana benci tapi tidak untuk pagi ini entah siang nanti bagaimana, tapi pagi ini hidupnya cukup damai
"Lana!!" suara Jinan yang cukup membentak itu membuat Alana terkejut
"apa?" Lana berbalik melihat Jinan yang membersihkan papan tulis
"punggung lo kenapa? kok darah?" tanya Jinan panik mendekati Lana, Alana refleks mundur takut jika Jinan melihat lukanya
"ah.. lo salah liat kali Nan, orang gue gak kenapa-napa kok, mungkin kena getah tadi pagi" Alibi Lana cukup membuat Jinan semakin curiga
"lo gak di apa-apain kan sama mereka??" tanya Jinan lagi
"emang gue di apain?" tanya balik Alana yang panik, apa Jinan memang tau sesuatu? tapi bagaimana mungkin?
seett..
Jinan membalikkan paksa tubuh Alana, memang benar darah segar mengotori area punggungnya bahkan bau menyengat pun mulai tercium saat Jinan mendekatkan hidungnya, tidak hanya bau amis darah bahkan ada bau anyir nanah sekilas
"Alana!!! lo jangan bohong!! lo di apain sama mereka Lana!!" teriak Jinan setres, Jinan tidak habis fikir jika Alana akan mendapat siksaan sekejam itu, Jinan sudah menebak jika Alana sedang terluka
"gu.. gue.."
Jinan tak ingin mendengar alsan Alana sedikitpun, Jinan menyeret Alana ke ruang UKS, Alana harus di obati atau lukanya akan infeksi
"Jinan tunggu, gue beneran gak ap.. "
sebelum Alana selesai dengan kalimatnya, Jinan sudah menutup mulutnya
"lo nggak perlu bohong, gak semua orang bisa lo bohongin dengan mudah Lana! gue gak bodoh, jangan anggap gue sama kayak mereka semua! gue bisa liat kebenaran yang gak bisa semua orang liat!" sahut Jinan sambil terus menyeret Alana
Alana terdiam, dia tak lagi bicara. sejak kapan Jinan tau semuanya? bahkan keluarganya tak pernah memberikan celah pada dunia, saat dirinya ter fitnah sebagai anak pembantu pun tak ada yang peduli dari mereka, lalu Jinan tau dari mana?
"kak Risky, kak Lila tolongin, temen saya ada yang berdarah..!" teriak Jinan masuk Ruang UKS
"hah? sepagi ini? siapa?" tanya Risky menghampiri mereka
"Alana, punggungnya berdarah kak" jawab Jinan panik
"biar aku aja yang periksa" sahut Lila datang
saat Risky masuk ke ruangan lain, Lila memaksa membuka baju Alana yang menolak untuk di periksa, Jinan ikut membantu. Alana yang sudah menahan sakit pun menyerah di serbu dua orang itu. saat bajunya di buka, betapa terkejutnya Lila dan Jinan, tak hanya luka basah bahkan ada banyak luka yang sudah mengering namun masih belum sembuh disana
apa yang sudah Alana alami hingga luka yang separah itu bersarang di punggung hingga pinggang nya? Alana terdiam mendapat kesunyian saat bajunya berhasil di buka, bahkan Lila gemetar melihat luka Alana
"tu.. tungu.. kakak ambilkan obat buat kamu" ucap Lila gugup gemetar
"kenapa lo diem? kenapa lo gak pernah cerita sama gue? lo gak nganggep gue sahabat lo Lan? Lan gue tau gue nyebelin tapi gue gak akan biarin lo sampai kayak gini! lo gak harus mendem semuanya Lan!! gue ada buat lo, gue sayang sama lo Alana!! kenapa lo kuat banget nahan ini semua sih lan? luka separah ini.. lo sembunyiin bahkan tanpa kata aduh Lan? gue tau lo kuat tapi gak harus ngadepin ini sendirian!!!" ucap Jinan setres, Jinan bahkan tak dapat menahan air matanya, luka Alana berdarah, ada yang masih basah dan kering, bahkan Nanah pun bersarang disana.
"Alana lo gak sendiri.. gue ada buat lo, lo bisa jadiin gue temen cerita lo, gue gak keberatan Lan!!" lanjut Jinan, ingin sekali Jinan memeluk Alana tapi Jinan tau Alana sedang menahan rasa sakit
"gue kuat kok.." lirih Alana menahan air matanya
"gak!!! sekarang lo gak kuat! bahkan kalaupun lo kuat juga lo butuh gue!!! gue gak akan biarin lo sendirian Lan kenapa lo gak cerita sih!!!" suara tangis Jinan didengar oleh Risky, tapi dia tetap diam, dia juga tak mungkin keluar karena Alana sedang tak makai baju
entah apa yang terjadi pada kedua siswa di luar yang jelas Risky tau, jika luka Alana sangat parah saat mendengar suara gugup Lila sebelumnya
Lila datang dengan berbagai macam obat, alkohol, perban dan masih banyak lagi
"kakak harus rawat luka kamu, Jinan kamu balik ke kelas kamu dulu, izinin Alana biar gak Alfa juga, hari ini biar kak Lila rawat luka Alana sekalian dia harus istirahat juga" Lila sengaja menyuruh Jinan keluar, dia tau Alana mungkin butuh sendiri saat ini
"iya kak, dan lo! lo berhutang sama gue! lo harus cerita dari mana lo dapet luka itu, titik!!"
Jinan keluar setelah selesai marah pada Alana, di luar Jinan mengusap air matanya. menarik nafas dan melangkah cepat ke kelasnya.
disana para siswa teman sepiket Alana sudah selesai membersihkan kelas, Alana duduk menahan amarah di bangkunya. Jinan tak sabar menunggu kedatangan Seno, Jinan tak sabar melampiaskan kemarahannya pada laki-laki pongah menyebalkan itu