NovelToon NovelToon
Belenggu Masa Lalu

Belenggu Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gresya Salsabila

Lintang Ayu Sasmita merasa terguncang saat dokter mengatakan bahwa kandungannya kering dan akan sulit memiliki anak. Kejadian sepuluh tahun silam kembali menghantui, menghukum dan menghakimi. Sampai hati retak, hancur tak berbentuk, dan bahkan berserak.

Lintang kembali didekap erat oleh keputusasaan. Luka lama yang dipendam, detik itu meledak ibarat gunung yang memuntahkan lavanya.
Mulut-mulut keji lagi-lagi mencaci. Hanya sang suami, Pandu Bimantara, yang setia menjadi pendengar tanpa tapi. Namun, Lintang justru memilih pergi. Sebingkai kisah indah ia semat rapi dalam bilik hati, sampai mati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhir dari Sebuah Obrolan

"Kenapa diam saja? Ibu lagi ngomong sama kamu, Lintang!"

Ningrum melotot ke arah Lintang, merasa kesal karena anaknya hanya diam. Omongannya yang pajang lebar, dianggap angin yang tak perlu ditanggapi.

"Ayo jawab! Apa kata dokter? Kamu nggak hamil-hamil itu kenapa? Rahimmu itu loh, kenapa? Memang mandul atau gimana?" imbuh Ningrum dengan intonasi tinggi.

Lintang menarik napas panjang. "Nggak apa-apa kok, Bu. Nggak ada masalah, cuma belum hamil aja."

"Kalau nggak apa-apa, mana mungkin nggak hamil sampai tiga tahun? Pasti ada masalah itu. Kamunya aja yang menutupinya dari Ibu!"

Lintang diam. Bahkan, kepalanya juga tetap menunduk. Sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan ibunya. Dari dulu sampai sekarang, tak akan pernah menang. Sekalipun posisinya benar, sekalipun yang ia katakan adalah kejujuran, tetap saja salah di mata Ningrum.

"Nggak masuk akal, Lin, kalau nggak ada masalah apa-apa, tapi nggak hamil-hamil. Iya kalau cuma dua atau tiga bulan, wajar. Ini tiga tahun loh, Lin. Tiga tahun! Kamu sadar nggak sih, tiga tahun itu lama!" Ningrum tetap mengomel. Nada suaranya makin meninggi, seolah ingin menyaingi suara hujan di luar sana.

"Aku dulu sebulan nikah langsung hamil, Lin. Padahal, setelah nikah aku masih sambil kerja. Tapi, pola hidupku memang sehat. Aku sering makan buah, sayur, dan rutin minum su-su. Terus ... aku juga nggak pernah konsumsi makanan instan, itu nggak bagus untuk kesehatan. Lin, kamu kan abis nikah kan nggak pernah kerja. Cuma diam di rumah. Harusnya kamu lebih cepat hamil karena nggak banyak keluar tenaga, juga nggak stres mikirin kerjaan. Ini pasti karena pola hidupmu yang nggak sehat. Duh, Lin, pinter-pinter ngatur diri lah. Anak itu adalah hal penting dalam pernikahan. Pandu bisa kecewa berat loh kalau kamu nggak ngasih dia keturunan."

Ucapan Utari tak kalah pedas. Meski nadanya lemah lembut, tetapi tajamnya lebih dari pisau bedah di rumah sakit. Begitu santainya dia membandingkan kondisi yang jauh berbeda.

Sejak kecil Utari hidup dalam perlakuan yang baik, mendapat kasih sayang dan keadilan yang utuh. Berbeda dengan Lintang, sejak kecil ia selalu dibedakan, hanya karena wajahnya tidak secantik Utari dan otaknya tidak secerdas anak pertama—Albi.

Konyol memang. Namun, itulah kenyataannya. Lintang selalu ada dalam posisi salah, bahkan untuk kesalahan yang dibuat oleh kakaknya sekalipun. Sangat miris.

"Kamu kok diam saja sih, Lin? Kamu nggak suka Ibu datang ke sini? Diajak ngomong malah wajahnya ditekuk, nggak ada jawab, nggak apa. Ibu ini lagi nanya sama kamu! Nasihatin kamu itu loh, biar tahu diri dikit! Asal kamu tahu ya, Lin, Ibu ini malu sama Jeng Wenda. Kamu itu nggak becus jadi istri!"

Setelah Ningrum mengomel banyak, Lintang mengembuskan napas berat. Lalu dengan pelan ia mendongak, menatap ibunya yang masih memasang tampang kesal.

"Tadi aku udah jawab, tapi Ibu nggak percaya, makanya aku diam," ucap Lintang.

"Ya karena kamu bohong, makanya Ibu nggak percaya. Sekali-kali belajarlah untuk jujur, Lintang, jangan sukanya nipu doang. Udah kenyang Ibu sama tipu daya kamu!"

"Bu!" Tatapan Lintang mendadak kosong. "Kapan Ibu bisa percaya sama aku? Sekali saja," lanjutnya.

"Kalau kamu jujur, Ibu pasti percaya. Tapi, selama ini kamu nggak pernah jujur. Kamu bisanya hanya bohong untuk menutupi kesalahanmu sendiri! Dari dulu kamu itu nggak pernah becus! Heran Ibu, kok bisa sih kamu itu susah banget diatur!"

Lintang tersenyum. "Kalau menurut Ibu selama ini aku bohong, ya sudah, terserah Ibu saja percayanya gimana. Kalau menurut Ibu kandunganku bermasalah, aku mandul. Ya udah, anggap saja aku memang mandul."

"Kamu kok malah ngelantur sih, Lin, aku dan Ibu kan cuma nasihatin kamu. Ini demi kamu juga loh, Lin, biar pernikahanmu dengan Pandu itu bahagia. Biar kamu bisa diterima oleh Tante Wenda. Jangan sampai ya, Lin, Tante Wenda menyesal menerima kamu jadi menantu." Utari kembali bicara, dengan kalimat yang tak mengenakkan tentunya.

Senyuman Lintang makin lebar. Dia ingat dengan jelas, dulu mertuanya menginginkan Utari sebagai menantu. Karena selain cantik, Utari juga merupakan wanita karier. Dia bekerja sebagai staf administrasi di kantoran dengan gaji di atas lima juta.

Namun, entah mengapa Pandu tetap bersikeras memilih dirinya. Meskipun ibu dan calon mertua terus menyodorkan Utari, tetapi Pandu tetap memilihnya. Katanya, cinta tidak memandang fisik dan materi.

"Aku dan Mas Pandu bahagia kok, Mbak, meski kami belum punya anak. Mas Pandu nggak buru-buru soal itu," ucap Lintang. Pandangannya tak sekosong tadi, semua berkat ingatannya tentang Pandu. Cinta dan kepedulian dari lelaki itu, mampu membangkitkan gai-rah hidupnya yang terkadang redup dan padam.

"Pandu bahagia? Kamu yakin, Lin? Jangan-jangan itu cuma untuk menghibur kamu aja. Secara ya, laki-laki mana yang nggak kepengin anak. Oh, atau ...." Utari menjeda kalimatnya sejenak. "Kamu nggak hamil-hamil karena Pandu memang nggak pernah nyentuh kamu. Jangan-jangan ... dia udah punya wanita lain, Lin, yang bakal menjadi ibu dari anak-anaknya," lanjut Utari.

Sontak, Ningrum berang mendengarnya. Tatapannya makin tajam saat menoleh ke arah Lintang.

"Jadi seperti itu, Lin? Kandunganmu nggak bermasalah, tapi pernikahanmu yang nggak beres? Kamu nggak pernah disentuh Pandu, kenapa nggak jujur sama Ibu? Kalau Pandu memang ada wanita lain, lepaskan dia! Kamu jangan egois, Lintang. Dari awal kamu itu emang nggak cocok dengan Pandu."

Lintang tertawa sumbang. "Bu, Mbak Utari hanya bicara asal, tapi Ibu langsung percaya dan menganggap itu kenyataan. Padahal, itu sama sekali nggak benar. Pernikahanku dengan Mas Pandu baik-baik saja. Dia menerima meski aku belum hamil karena menurutnya hidup berdua cukup menyenangkan. Bu, tadi Ibu nanya kapan aku nggak bohong. Sekarang aku tanya balik, Bu, kapan Ibu pernah percaya sama aku? Dalam segala situasi, Ibu selalu menganggapku bohong. Ibu nggak pernah nyari bukti pihak yang benar itu aku atau yang lain."

"Ibu nggak ada waktu untuk nyari bukti. Lagian udah jelas kalau kamu yang bohong, nggak mungkin mbak atau abangmu. Mereka itu punya akhlak!" sahut Ningrum dengan cepat.

"Ibu nggak mau nyari bukti bukan karena nggak ada waktu, melainkan karena ibu maunya aku yang bohong, bukan yang lain. Kalaupun ada buktinya, Ibu tetap nggak akan percaya, kan?"

Utari berdecak. "Lin, kamu menyudutkan Ibu gitu sih? Kalau ngomong yang sopan dong. Ini ibu kita, orang yang udah melahirkan kita."

Pandangan Lintang berubah nyalang. Senyum dan tawanya pula menghilang seketika.

"Mbak, kamu nggak pernah jadi aku, makanya nggak ngerti kenapa aku ngomong gini. Dari kecil kamu mendapat perhatian dan kasih sayang dari Ibu dan Alamrhum Bapak. Berbeda denganku. Dari kecil mereka nggak pernah adil padaku!"

Satu tamparan keras mendarat di pipi Lintang. Saking kerasnya sampai tubuhnya ikut terhuyung dan kepala terantuk sandaran sofa.

"Jaga mulutmu, Lintang! Nggak tahu terima kasih sama orang tua! Ibu dan bapakmu sudah habis banyak buat ngidupin kamu. Malah dibilang nggak adil! Di mana otakmu, Lintang! Pernah nggak kamu membuat Ibu dan bapakmu bangga? Nggak! Kamu itu hanya bikin malu, bikin aib! Kamu itu hanya beban, Lintang!"

Teriakan keras ditujukan tepat di telinga Lintang. Suaranya menusuk. Tak hanya di telinga, tetapi juga di hati.

Bikin malu!

Bikin aib!

Anak beban!

Entah sudah berapa kali Lintang mendapat umpatan itu. Mungkin sudah ribuan. Rasanya sangat familier di telinga Lintang.

"Ayo pergi saja, Tari, percuma ngomong sama anak yang nggak bisa diatur ini!"

Tak lama berselang, Ningrum dan Utari pergi meninggalkan Lintang. Mereka tak peduli dengan mental Lintang yang kembali remuk.

Tak hanya kebas dan panas di pipi yang Lintang rasakan, tetapi juga sakit di perut yang sangat menusuk.

Kenangan itu lagi ....

Ketika Ningrum mencekoki dirinya dengan obat-obatan keras, mengurungnya di kamar, dan membiarkannya kesakitan seorang diri. Memang kuat tubuhnya. Ia tidak mati, hanya sekarat. Fisiknya bisa pulih dalam beberapa hari. Namun, mentalnya hampir mati sampai detik ini.

Bersambung...

1
Murni Yastuti
bagus
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
masih menyesakkan ternyata. lanjut lintang, supaya lepas semua bebanmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes lintang.... ini sesak yang melegakan.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semangat lintang. luapkan semuanya. itu jalan terapi untukmu.
Uba Muhammad Al-varo
gimana Bu Ningrum setelah semua kejadian yang terjadi pada Lintang tahu yang sebenarnya apa kamu masih belum sadar juga.
semoga aja ada orang yang merekam dan melaporkan ke pihak kepolisian dan mengusut tuntas kebenaran nya itu dan orang2 yang terlibat ditangkap serta dihukum
Susanti
y Alloh sampe segitunya /Sob//Sob//Sob/
Retno Ningsih
Ya Allah Thor...q baca sambil mbrebes air mata q...bagusss banget karyamu thorrr...bisa mengena ke hati para pembaca..terutama q...lanjut thorrr💪💪
ken darsihk
Semoga ada yng berpihak pada Lintang dan mempercayai semua ucapan nya
Konspirasi apa lg tuh antara Alby dan Utari , Rayana sekarang kamu tahu siapa suami dan bapak mu
Aditya HP/bunda lia
kebusukan kalian sudah terbongkar dan aku harap rayana tidak diam saja dengan kejahatan yang dilakukan suaminya ....
Apriyanti
sedih bgt,, segitu tragis nya nasib mu lintang,,semoga rayana lgsg tau seberapa kejam Albi dan Utari SM bapak nya yg Uda kerjasama melecekan lintang,,semoga sadar tuh si Ningrum,, lanjut thor double up nya,, 🙏😘💪
ken darsihk
Yesss Lintang menyerukan suara hati nya yng sdh lama terpendam , semoga setelah kejadian ini Lintang sembuh dari rasa trauma nya 🤗🤗
ken darsihk
Yeaayyy good Lintang memang harus kamu lawan kesewenang wenangan yng kakak dan ibu lakukan ke kamu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mending langsung pulang. gak ada satupun keluargamu yang bagus lintang
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sampai kapan lintang menderita begini? 😭😭😭😭😭😭😭
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
albi & tari sering diasuh neneknya dulu kan ya?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pak sunandar hanya mendengar katanya... semangat pandu..
Maya
akhirnya keluar semua ya lintang apa yg kmu rasakan selama ini
Uba Muhammad Al-varo
lagi serius baca sudah selesai, good jobs Lintang kamu memang harus berani ngomong jujur tentang semua kejadian yang terjadi pada mu,ada iya saudara kandung yang begitu kejam,jadi meragukan Lintang itu sebenarnya siapa,pandu dan lintang,usut tuntas dan laporkan ke yang berwajib
Aditya HP/bunda lia
akhirnya terbongkar juga ayo Lintang beberkan semuanya ...
Susanti
ayo lintang hajar terusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!