Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Preman
"Tetap tenang dan jangan terlihat panik. Santai saja Ratih, maka semua akan baik baik saja", ucap Jay sambil tersenyum. Ratih berusaha keras untuk meredam perasaan cemas nya dan berupaya untuk menjadi normal seperti biasanya. Dia pun kemudian mengikuti Jay menyusuri rak rak minimarket mencari barang-barang belanjaan bulanan untuk Jay.
Meskipun kondisi tubuh Jay telah membaik berkat Ajian Pancandriya, tetapi beberapa bekas luka masih terlihat di kepala dan lengan Jay yang terbalut perban. Ini jelas jelas pertanda bahwa kekuatan milik Prabu Jayabaya masih belum bisa digunakan sepenuhnya yang berarti jika Jay dalam masalah, ia hanya bisa mengandalkan teknik beladiri tanpa kekuatan tenaga dalam.
Selesai berbelanja, Jay dan Ratih segera keluar dari minimarket. Dengan dibonceng Ratih pakai motor matic miliknya, Jay meninggalkan minimarket ini dengan santai. Dua orang berpenampilan seram itu langsung mengekor di belakang mereka.
Begitu tiba di sebuah jalanan yang sepi, motor dua penguntit itu langsung mendahului dan menghadang di tengah jalan. Untung nya Ratih cepat tanggap dengan mengerem motornya hingga mereka tidak sampai menabrak motor sport milik dua orang berwajah seram itu.
Tak ingin ditangkap oleh dua orang ini, Ratih dengan cepat memutar motor matic nya namun di belakang muncul motor lain yang juga langsung menghadang. Otomatis, mereka terjebak dalam kepungan orang-orang ini.
"Si-siapa k-kalian? Mau apa menghadang kami heh? ", ucap Ratih dengan ketakutan.
" Kau yang bernama Jayendra? Pegawai badan cagar budaya di Mojokerto? ", salah seorang berwajah seram itu mendekati mereka sambil bertanya.
" Ya, aku Jayendra. Ada urusan apa mencari ku? ", Jay turun dari boncengan Ratih.
" Majikan kami sedang mencari mu. Ikut kami baik-baik sekarang atau kami akan memaksa mu dengan kekerasan. Kau pilih sendiri.. ", sahut seorang lagi yang mengenakan pakaian kulit.
" Maka aku pilih pilihan ketiga. Menghajar kalian para preman yang bodoh dan tolol karena tidak punya otak untuk berpikir ", jawaban Jay langsung membuat keempat lelaki bertubuh gempal itu marah besar.
" Bajingan tengik!! Sudah bosan hidup kalian rupanya hah?!!
Kawan-kawan, ringkus dia sekarang juga!! ", teriak salah seorang dari keempat orang yang menghadang itu keras. Tanpa perlu dua kali perintah, mereka berempat langsung merangsek maju ke arah Jay dan Ratih.
Ratih yang ketakutan langsung meringkuk di samping motor matic nya sementara Jay segera melompat ke salah satu orang yang mengepungnya. Satu tendangan keras pun telak menghajar dada salah satu pengepung.
Bhhhhuuuuuuuughhh!
Oooouuuuuuugggghhhh..!
Kerasnya tendangan Jay membuat orang itu langsung jatuh tersungkur mencium jalan aspal. Usai berhasil menjatuhkan salah satu lawan, Jay dengan trengginas mengadu tinju dan tendangan melawan ketiga lawan yang tersisa.
Meskipun tidak bisa menggunakan ilmu kesaktiannya, Prabu Jayabaya dalam tubuh Jay bukanlah pesilat biasa. Masa muda nya yang melanglang buana sebagai pendekar dengan nama Jaka Umbaran membuat nya kenyang makan asam garam pertarungan hingga ia sangat terlatih untuk pertarungan silat tangan kosong jarak dekat.
Bhhhhuuuuuuuughhh bhhhaaaakkkk..
Dhiiieeessssshhhh... Aaaauuuugggghhh!!
Satu lagi orang terjungkal usai dengkul Jay menghantam perutnya. Orang itu seketika merasakan sakit yang luar biasa karena organ dalam nya seperti berpindah tempat.
Ratih yang semula ketakutan, melongo melihat Jay tak ubahnya seperti seorang pesilat dari sebuah perguruan terkenal di Jawa Timur. Dia beberapa kali mengucek-ucek matanya tak percaya dengan apa yang terjadi. Jay yang semula lelaki culun banget dengan kacamata tebal dan gaya rambut belah tengah nya, kini menjelma menjadi sesosok pria tangguh yang akan bisa meluluhkan hati siapapun yang melihatnya.
Saat orang ketiga kembali tersungkur ke jalan aspal, orang terakhir dari empat pengepung itu segera merogoh sebuah pisau lipat dari saku celana nya. Mata Ratih membeliak lebar melihat kilatan bilah pisau yang tertimpa cahaya lampu penerangan jalan.
"Jay, hati-hati.. !!! ", teriak Ratih saat orang itu melompat ke depan Jay sambil menusukkan pisau lipat nya.
Jay dengan lincah berkelit lalu dengan cepat mencekal pergelangan tangan lelaki itu. Setelah itu Jay langsung memuntir lengan lelaki itu hingga rasa sakit di pergelangan tangannya membuat nya melepaskan gagang pisau itu.
Dengan cekatan Jay menangkap pisau itu dengan tangan kiri, menarik lengan kanan lelaki bertubuh kekar itu hingga tubuhnya tertarik ke depan. Saat itulah Jay langsung menghadiahi nya sebuah dengkul pada rahang lelaki itu sekuat tenaga.
Dhhhhaaaaaaasssshhhh....
Aaaauuuugggghhh...!!!
Raungan tertahan terdengar dari mulut lelaki bertubuh kekar itu sebelum jatuh terjengkang ke belakang. Jay dengan santainya memainkan pisau lipat di tangannya dan berjalan mendekati keempat orang yang terkapar itu.
Tentu saja mereka berempat yang sungguh-sungguh tidak menduga bahwa tugas yang mereka kira enteng awalnya malah bisa membuat mereka babak belur seperti ini, ketakutan setengah mati. Setiap langkah Jay ibarat langkah malaikat maut yang siap mencabut nyawa mereka setiap saat.
"Am-ampuni kami. Kami ini adalah anggota Geng Macan Hitam. Jika kau berani membunuh kami, kawan-kawan ku pasti akan mencari mu untuk balas dendam", ucap salah seorang diantara mereka yang ingin menggunakan nama besar Geng Macan Hitam untuk menakut-nakuti Jay.
"Aku paling tidak suka orang menggunakan nama besar orang lain untuk menindas yang lemah! "
Sambil berkata demikian Jay menyepak wajah orang itu sekeras mungkin. Akibatnya orang itu langsung tersungkur kembali dengan mulut penuh darah. Bibirnya pecah dan 2 gigi nya rontok terkena sepakan keras dari Jay. Tiga kawan nya yang lain langsung ciut nyalinya.
"Jawab pertanyaan ku baik-baik, maka aku bisa melepaskan kalian semua..
Siapa orang yang menyuruh kalian untuk mengganggu ku?! Jika kalian mencoba untuk menipu ku, pisau ini akan ku pakai untuk melubangi tubuh kalian satu persatu", suara Jay terdengar lebih menakutkan daripada teriakan polisi yang memburu mereka.
"Am-ampuni aku, a-aku tidak berani lagi..
Kami semua adalah suruhan Bos Ferdy. Katanya setelah kami bisa menemukan mu, ia akan membawa kami masuk ke dalam Geng Naga Hitam. Kami semua tahu bahwa ia memang tangan kanan bos besar Reynold, m-makanya kami bersedia untuk berkerja pada nya ", jawab salah seorang diantaranya dengan jujur.
" Dimana aku bisa menemukan Ferdy? ", tanya Jay sambil menatap tajam ke arah mereka.
" Malam sabtu, ia selalu mengunjungi Twenty Four Hour Bar & Karaoke karena ada seseorang yang sedang diincar nya", sahut kawan nya yang berada disamping.
"Bagus, bagus sekali..
Sesuai janji ku, aku akan melepaskan kalian semua tetapi ingat jangan coba-coba untuk membocorkan informasi keberadaan ku atau kalian berani menguntit ku lagi, maka aku tidak akan segan-segan untuk menghabisi kalian semua. Pergi..!!!!! "
Empat orang preman bertubuh kekar itu dengan terpincang-pincang segera menuju ke arah motor mereka. Dengan terburu-buru mereka segera kabur meninggalkan tempat itu.
Sementara itu, Ratih memungut kacamata milik Jay yang jatuh. Terlihat kaca nya retak di sebelah kiri. Jay berjalan mendekati perempuan cantik yang bekerja sebagai kasir dealer motor ini.
"Kau baik-baik saja Ratih? ", tanya Jay penuh perhatian.
" Harusnya aku yang bertanya pada mu seperti itu, Jay.. Kau yang baru saja berantem sama preman preman itu apa tidak apa-apa? ", ucap Ratih sembari memperhatikan Jay dari ujung rambut sampai ujung kaki.
" Aku gak apa-apa kok. Kau tenang saja", balas Jay sambil tersenyum.
"Kacamata mu ini sepertinya kau tak butuh lagi. Sejak kapan kau bisa melihat jelas tanpa kacamata? ", selidik Ratih seraya memicingkan mata. Terlihat jelas perubahan besar dari Jay membuat nya penasaran.
Jay yang dulu mirip seorang kutu buku dengan kacamata tebal yang tidak lepas dari wajahnya. Jangankan berkelahi, membela diri saja ia tidak bisa karena itu ia sering menjadi korban perundungan teman-temannya.
Tetapi Jay yang sekarang sudah berubah menjadi seorang gentleman yang bisa menghajar 4 preman sekaligus tanpa terluka. Ini merupakan satu lompatan besar dalam hidup seorang Jayendra Maheswara. Dan Ratih tentu saja menyimpan banyak pertanyaan dalam hatinya.
"Aku juga tidak tahu. Selepas kecelakaan itu, aku bisa melihat jelas meskipun tanpa kacamata.
Eh setelah ini sebaiknya kita ke tukang cukur, Tih", ujar Jay mengalihkan pembicaraan.
" Mau ngapain ke tukang cukur? Rambut mu masih belum terlalu panjang sepertinya ", sahut Ratih segera. Jay tersenyum mendengar pertanyaan kekasihnya itu sambil menjawab,
" Make over... "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja