Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiket konser
"Kan aku sudah menyarankan, jika kamu tidak sanggup ... gugurkan."
"Iya sayang, aku inget itu, tapi aku sanggup ... jadi aku mau besarin anak kita yang ada di dalam perut." Ucap Tya dengan senyum yang mengembang, kali ini di mengenyampingkan soal perasaan, Tya berharap membaiknya hubungan komunikasi dia dengan Martin, lambat laun akan melunakan hati suaminya itu, agar mau menerima bayi mereka.
"Yasudah." Ucap Martin dengan mimik wajah tidak peduli dan melanjutkan memainkan ponselnya.
***
Beberapa Minggu kemudian.
Usia kandungan Tya hampir menginjak waktu 3 bulan, tapi rada ngidamnya masih saja terasa... terlebih di pagi hari atau ada aroma yang menusuk masuk ke hidungnya.
Sarapan pagi di rumah Martin.
Tya sudah berpakaian formal untuk ke kantor, tapi sebelum itu dia ingin membantu ibu mertuanya untuk menyiapkan sarapan.
Walaupun sebenarnya itu bukan hal wajib bagi Tya, karena sejak awal menikah Martin bilang pada ibunya bahwa jangan libatkan Tya dengan urusan memasak, karena istrinya itu sudah lelah bekerja, dan ibunya menyetujui itu.
"Bu, maaf ... apa ada menu lain selain ayam bakar? selama hamil, aku tidak di sarankan makan makanan yang di bakar." Kata Tya pada mertuanya saat melihat ibu mertuanya sedang meletakan beberapa ayam bakar di piring besar.
"Gak ada, ini permintaan suami kamu." Ucap Yunita ketus.
Kamu gimana sih sayang, kok sengaja banget malah minta makanan yang di bakar.
Tya melamun sebentar di depan mertuanya yang sedang sibuk menata.
"Kamu ngapain disini? bikin ribet ibu aja, jadi susah mau lewat sana sini."
"Eh iya maaf Bu, Tya lagi mikir harus sarapan apa pagi ini."
"Tuh kan? hamil tuh ribet! kamu rasain sendiri kan?"
Tya menghela nafasnya, sepertinya terlalu pagi untuk memperdebatkan masalah yang akhir-akhir menjadi trending topik di keluarganya. "Ada telur Bu?"
"Ada, masak sendiri aja ya, ibu capek dari tadi."
"Iya Bu, Tya masak sendiri aja."
Saat Tya sedang menyiapkan telur yang akan di goreng, anggota keluarga yang lain sudah datang dan menduduki kursinya masing-masing, Martin sedikit melirik ke arah dapur, dimana istrinya terlihat sedang seperti akan memasak sesuatu.
Yunita menangkap kala anaknya, memandang sang istri yang ada di dapur. "Dia yang pengen loh, bukan ibu. Padahal ibu udah masak sebanyak ini, dia malah nanyain telur" Suara Yunita sedikit lantang sampai terdengar di telinga Tya.
Hanya butuh sebentar untuk Tya menggoreng telur, dia berjalan perlahan bergabung dengan semuanya di meja makan, meletakan piring yang berisi telur ceplok yang tadi dia masak.
"Ibuku masak seenak ini, kamu malah bikin telur? Dimana fikiran kamu? Kamu gak hargain ibu Tya!"
"Ya sudahlah Martin, mungkin Tya sudah tidak selera lagi dengan masakan ibu." Yunita menimpali kata-kata Martin yang tertuju untuk Istrinya.
"Sayang, aku lagi hamil, makanan yang di bakar itu adalah salah satu makanan yang harus aku hindari, kamu harus tau itu." Ucap Tya memberi tahu suaminya.
Yunita mengangkat sedikit dagunya, wajahnya sudah terlihat kesal kala Tya membicarakan peraturan makanan seorang yang sedang hamil. "Kamu kebanyak teori! Ibu aja dulu hamil 2x gak seribet kamu, semuanya dimakan, nih buktinya ... Anak-anak ibu sehat semua."
Tapi mencegah lebih baik ibu, Arghh!!! common Tya ... kendalikan emosimu, ingat ... Suasana hatimu berdampak pada janin. Tya membatin.
"Sudahlah Bu, tidak usah ribut dan membahas ini terus, terima saja semuanya." Ucap Erlangga pada istrinya.
Seketika suasana sarapan kembali menjadi hening.
Selesai sarapan, Komala membawakan tas kerja Martin menuju ke mobil, dengan Tya yang berjalan di belakangnya. Sedangkan Martin masih berada di kamar, masih bersiap-siap.
"Mala ... " Panggil Tya dari belakang.
"Ya, kenapa?"
"Biar Kak Tya yang bawakan tasnya Kak Martin." Tya menadahkan sebelah tangannya untuk mengambil tas kerja Martin yang berada di tangan Komala.
Bukannya memberika, Komala malah menjauhkan tasnya dari jangkauan Tya. "Biar Mala aja yang bawa, biar di kasih uang, Mala mau shopping." Ucapnya lalu berjalan meninggalkan Tya dengan cueknya.
Uang? Buat shopping? Semoga Suamiku tau apa yang harus di prioritaskan, atau setidaknya dia jaga perasaannku dengan tidak memberikan uang pada Mala, lebih baik uangnya kan di simpan untuk kebutuhan bayi kita nanti.
Tya menghentikan jalannya, dia mau menunggu Martin saja keluar dari rumah, agar berjalan bersama ... Saat ini Tya malas harus berduaan di mobil dengan Komala untuk menunggu Martin.
Beberapa menit kemudian, yang di tunggu tiba.
Martin keluar sambil membetulkan dasi di lehernya, "Loh kok disini? Ayo ... Nanti macet." Ucap Martin yang melihat istrinya duduk di kursi taman depan rumah.
"Nunggu kamu sayang."
"Ya kan bisa di dalem mobil, sama Mala."
Tya tidak menjawab apapun, tangannya melingkar di sebelah tangan Martin dan berjalan bersama ke arah mobil.
Saat ini Martin masih baik pada Tya jika sedang tidak membahas tentang kehamilan atau bayi.
*Martin menutup pintu mobilnya.
"Kakak, ini tas nya sudah aku bawakan." Kata Komala dengan bangga.
"Ya terimakasih."
Mala dan Tya saling pandang, isi kepala mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Melihat Martin yang tidak ada pergerakan, Mala terus saja mengkode agar Martin memberikan imbalan karena tas nya sudah di bawakan olehnya.
"Ehem ... Kak, kamu cuma bilang makasih doang gitu karena tas nya udah aku bawain?" Ucap Mala dari arah kursi belakang.
Martin tersenyum, sedangkan Tya hanya sedikit menoleh dengan wajah datarnya.
"Tuh kan? Bantuin kakak kalau ada maunya aja."
Mala terkekeh kala melihat respon kakaknya yang tidak memasang wajah marah. "Yaaaa namanya juga cewe, Hm ... Kak, aku mau nonton konser K-Pop, tiketnya 4juta. Aku udah nunggu ini bertahun-tahun dari aku SMP, akhirnya idola aku bisa datang juga ke negara kita, aku gak mau sia-siain kesempatan ini, jadi please..."
Whaaaaat???? Tya berteriak dalam hatinya.
Tya menatap lekat wajah suaminya lewat kaca spion mobil, penasaran dengan respon yang akan di berikan Martin untuk permintaan adiknya ini.
"4 juta? Mahal banget! Dulu kakak nonton konser sama kak Tya ga semahal itu." Kata Martin sambil mulai menjalankan mobilnya.
"Ya elah kak, kalian kan nontonnya artis lokal, kalo aku dari Korea, gak tau deh kalau aku gak ikut nonton konser, pasti aku bakal di ledekin temen aku doang, terus di bilang fans gak punya modal." Rengek Komala.
Ya memang. Tya terus bermonolog dalam hatinya.
Martin melirik Tya sekilas, sebelum merespon perkataan adiknya. "Kapan?"
*Deghhhh
Jawaban Martin membuat Tya sedikit tertampar, karena sepertinya Martin menyetujui apa yang adiknya minta untuk membeli tiket konser, sedangkan untuk keperluan kehamilan, Tya di larang menggunakan uang Martin, yang jelas-jelas harus lebih di prioritaskan di banding dengan permintaan adiknya.
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗
ini nih slh satu org Kufur..
Tdk bersyukur...