meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,
namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,
dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan
"Apakah kalung ini?" Clara menanyakan sambil mengangkat kalung kuda laut yang selalu ia kenakan. Ia duduk di bangku taman, bersama teman baiknya, Luna.
"Itu satu-satunya peninggalan yang kau miliki saat ditemukan di depan pintu panti asuhan itu, bukan?" Luna menjawab sambil bermain-main dengan rambutnya yang sebahu. "Kau tahu, ada rumor bahwa panti asuhan itu dibangun di atas tanah yang terkutuk."
"Ya, aku tahu. Tapi kupikir itu omong kosong belaka. Lagipula, kutukan biasanya menyertai perhiasan atau benda berharga. Bukan kalung murahan seperti ini." Clara tersenyum sinis.
"Jangan merendahkan kalungmu itu! Siapa tahu ini adalah kalung berharga yang telah kusam dimakan usia." Luna mencubit lengan Clara, membuat gadis itu menyeringai.
"Baiklah, detektif Luna. Bisakah kau membantu mencari asal usul kalung ini? Aku sudah mencoba mencari di internet, tapi tidak menemukan apa-apa. Mungkin kau bisa bertanya pada teman-temanmu di fakultas sejarah itu." Clara memohon, matanya berbinar-binar penuh harapan.
"Tentu saja! Aku akan mulai mencari petunjuk besok. Jangan khawatir, kita akan menemukan jawaban yang kau cari." Luna berjanji, memeluk sahabatnya itu.
Esoknya, Luna datang ke apartemen Clara dengan wajah penuh antusiasme. "Aku memiliki berita baik dan buruk," ujarnya saat duduk di sofa.
"Berita baiknya dulu," desak Clara, duduk di sampingnya.
"Aku menemukan ahli antik yang mungkin bisa membantu kita. Namanya Peter, dan dia memiliki toko barang antik di pusat kota. Katanya dia bisa membantu kita mengungkap asal usul kalungmu." Luna mengedipkan mata kanannya, tersenyum lebar.
"Wah, itu kabar baik! Lalu apa beritanya?"
"Aku menemukan beberapa catatan tentang keluarga angkatmu. Mereka meninggal dalam kecelakaan mobil saat kau masih bayi. Ibu angkatmu hamil saat itu, dan kau adalah satu-satunya yang selamat." Luna raut wajahnya serius.
Clara terdiam, menyentuh perutnya seolah merasakan sakit yang dialami ibu angkatnya. "Aku tidak pernah tahu. Panti asuhan itu... mereka tidak pernah memberitahuku."
"Mungkin mereka tidak ingin mengingatkanku tentang masa lalu yang menyedihkan itu. Lagipula, kau masih bayi saat itu." Luna mencoba menenangkannya, meletakkan tangan di atas tangan Clara.
"Terima kasih telah mencari tahu semua ini untukku, Luna. Aku berhutang budi padamu." Clara tersenyum lemah, mengusap airmata yang mengancam tumpah.
"Jangan bicara begitu, kita teman kan?" Luna menjawab sambil berdiri dan menarik Clara berdiri juga. "Sekarang, ayo berangkat ke toko Peter. Semoga dia bisa membantu kita."
Toko barang antik Peter terletak di sebuah gang sempit di pusat kota. Clara dan Luna berjalan beriringan, sesekali berhenti untuk membaca plang nama toko. Sinar matahari siang terpantul di kaca jendela, membuat toko-toko kelihatan lebih cerah dan ramai.
"Ini dia!" seru Luna, berhenti di depan sebuah toko kecil dengan jendela yang dipenuhi barang antik. Clara mengikuti tatapannya dan melihat plang kayu di atas jendela yang bertuliskan 'Toko Antik Peter'.
Mereka mendorong pintu kaca dan lonceng di atas pintu berbunyi, mengumumkan kedatangan mereka. Toko itu penuh dengan benda-benda antik yang dipajang di rak dan meja kayu tua. Ada vas kristal, jam dinding antik, patung-patung kuno, dan buku-buku tua yang terikat kulit.
Seorang pria bertubuh tinggi muncul dari balik rak buku, tersenyum ramah saat melihat mereka. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"
"Selamat siang," balas Clara, jantungnya berdetak lebih kencang saat melihat senyum pria itu. "Kami mencari Peter. Katanya dia ahli dalam barang antik."
"Saya Peter. Ada barang antik yang ingin dijual atau dinilai?" Peter menanyakan sambil berjalan mendekati mereka, mengulurkan tangannya ke arah Clara.
Clara mengulurkan tangannya dan merasakan genggaman yang hangat dan tegas. "Saya Clara, dan ini teman saya, Luna. Kami ingin meminta bantuan Peter untuk menilai sebuah kalung."
"Tentu saja, silakan ikut saya ke ruang belakang." Peter mempersilakan mereka mengikuti ke sebuah ruangan kecil di belakang toko, dengan meja kerja dan beberapa peralatan untuk memeriksa keaslian barang antik.
Clara duduk di kursi di depan meja, sementara Luna berdiri di sampingnya, penuh semangat. Peter mengambil kalung kuda laut dari leher Clara dan memerhatikannya dengan saksama, menggunakan kaca pembesar untuk melihat detail ukiran di badan kuda laut.
"Dari mana kalung ini berasal?" Peter bertanya sambil tetap memeriksa kalung itu.
"Itu... saya tidak tahu. Itu peninggalan keluarga, dan saya ingin mengetahui asal usulnya." Clara menjawab, jantungnya berdetak kencang.
Peter menatapnya sejenak, lalu kembali fokus pada kalung itu. "Kalung ini cukup unik. Ukiran pada badan kuda lautnya menunjukkan pengaruh budaya Laut Tengah, mungkin Yunani atau Turki. Dan dari tingkat keausan, saya perkirakan kalung ini sudah berusia setidaknya seratus tahun."
"Seratus tahun?" Clara dan Luna saling bertatapan, terkejut.
"Ya, dan itu belum termasuk waktu yang mungkin diperlukan untuk sampai ke Indonesia. Saya belum pernah melihat ukiran seperti ini sebelumnya, tapi saya bisa menanyakan ke beberapa kolega saya di luar negeri." Peter menjelaskan sambil menganggukkan kepala.
"Apakah Anda bisa membantu kami menemukan pemilik aslinya?" tanya Clara, penuh harapan.
Peter terdiam sejenak, menghela napas. "Saya bisa mencoba, tapi itu tidak akan mudah. Butuh waktu, dan tidak ada jaminan kita akan berhasil."
"Kami mengerti. Kami berterima kasih atas bantuan Anda, Pak Peter." Luna menjawab, tersenyum ramah.
"Tolong panggil saya Peter saja. Saya senang bisa membantu." Peter menjawab sambil mengembalikan kalung itu ke leher Clara.
Clara berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Peter. "Terima kasih banyak untuk bantuannya. Saya berharap bisa bertemu lagi untuk berita baik."
Peter menjabat tangannya dan tersenyum. "Sama-sama, Senang bertemu Anda juga, Clara. Semoga kita bisa bekerja sama lagi."
Clara dan Luna meninggalkan toko Peter, berjalan beriringan di sepanjang gang sempit menuju jalan raya. "Kau bagaimana?" tanya Luna, tersenyum ke arah Clara.
"Aku senang kami telah menemukan seseorang yang bisa membantu. Peter tampaknya tahu banyak tentang barang antik." Clara menjawab, matanya berbinar-binar.
"Iya, dia kelihatan kompeten dan ramah juga. Semoga dia bisa membantu kita menemukan pemilik aslinya." Luna menjawab, menganggukkan kepala.
Mereka berjalan dalam diam sebentar, masing-masing terselimuti pikiran sendiri. Clara tidak bisa berhenti memikirkan kalungnya dan asal usulnya yang misterius. Sementara Luna, ia memikirkan betapa bahagianya bisa membantu sahabatnya itu.
"Luna, terima kasih sudah membantu aku selama ini. Aku tidak tahu harus bagaimana tanpa kau." Clara memecah keheningan, tersenyum ke arah temannya.
Luna memeluk Clara dan berbisik, "Kau adalah sahabatku, Clara. Aku akan selalu ada untukmu, tidak peduli apa yang terjadi."
Mereka berdiri di tengah trotoar, saling memeluk, sementara orang-orang berlalu lalang di sekitar mereka, terburu-buru dengan urusan masing-masing. Tapi bagi Clara dan Luna, waktu seakan berhenti saat mereka merayakan persahabatan mereka.
Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukan dan melanjutkan perjalanan pulang, penuh harapan akan penemuan asal usul kalung misterius itu. Petualangan mereka baru saja dimulai, dan mereka tidak sabar untuk melihat apa yang akan ditemukan selanjutnya.
Akankah Peter dapat membantu mereka menemukan pemilik asli kalung? Dan apa rahasia yang disembunyikan kalung kuda laut itu? Clara dan Luna siap menghadapi tantangan demi mengungkap misteri yang telah mengganggu Clara selama bertahun-tahun.