Ayah adalah sosok orang yang selalu berjuang untuk membahagiakan putrinya. Kebahagiaan akan selalu dirasakan seorang anak jika ayah selalu disampingnya.
Tapi, siapa sangka jika kebahagiaan itu tiba tiba harus hilang dengan sekejap.
Bisakah rasa bahagia itu hadir kembali seperti dulu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil Kelulusan
Tak terasa kini Naura telah menginjak kelas 6 SD. Setiap hari ia belajar dengan sungguh-sungguh supaya lulus ujian dengan nilai memuaskan. Saat belajar, Naura selalu ditemani oleh ayahnya. Tak lupa ayahnya selalu meyediakan camilan kecil buatan ayah untuk menemani Naura belajar. Ayah juga menyediakan permen rasa kopi, supaya Naura bisa bertahan rasa kantuknya.
Setelah selesai belajar, ayahnya memberikan beberapa pertanyaan tentang pelajaran itu kepada Naura. Naura berusaha menjawab sesuai dengan materi yang ada di buku. Ayah selalu berpesan kepada Naura untuk selalu jujur dalam mengerjakan ujian. Bisa atau tidak bisa Naura harus berusaha sendiri tanpa menyontek ataupun bertanya kepada temannya.
"Ayah ibu.... doakan Naura ya, supaya hari ini Naura bisa mengerjakan ujian dengan lancar" ucap Naura meminta doa ayah dan ibunya sebelum berangkat ke sekolah.
"Iya sayang...... semangat ya nak, Naura pasti bisa" kata ayah ibu Naura memberikan semangat kepada anaknya.
Hari demi hari berlalu, ujian pun dilalui Naura dengan mudahnya. Sesuai dengan pesan ayahnya Naura selalu menyelesaikan ujian dengan kemampuannya sendiri. Suatu ketika, tiba-tiba perut Naura terasa sakit. Entah karena telat makan atau salah makan. Naura menangis karena perutnya begitu sakit.
Ayah Naura yang tak sengaja melihat Naura menangis, mendekati anaknya dan bertanya.
"Ada apa Naura? kenapa kamu menangis ?" tanya ayah Naura dengan penuh perhatian.
"Perut Naura sakit yah.....(sambil menangis dan memegangi perut)" jawab Naura.
"Sini coba ayah periksa" kata ayah Naura.
Ayah Naura sedikit menguasai teknik memijat. Perlahan-lahan rasa sakit di perut Naura mulai berkurang. Naura juga sudah tidak menangis lagi. Ayahnya berusaha sebisanya agar Naura tidak sakit perut lagi. Ayah juga mengambilkan air hangat yang ia masukkan ke dalam botol kaca agar diletakkan di perut Naura supaya rasa sakitnya hilang. Ayah Naura selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sehingga Naura selalu merasa ayahnya adalah laki-laki yang sangat hebat memberikan cinta untuk anak perempuannya.
Tiba waktunya untuk melihat hasil ujian Naura. Ayah Naura selalu meluangkan waktu untuk pergi ke sekolah Naura ketika orang tua murid diundang untuk hadir disekolah. Tak pernah sekalipun ayah Naura tak meghadiri acara di sekolah Naura. Ayah selalu ingin anaknya merasakan kehadiran orang tuanya. Beberapa orang tua teman Naura tidak hadir ke sekolah karena kesibukan bekerja. Ada pula hasil ujian yang dititipkan kepada orang tua murid yang lain, bahkan ada yang datang adalah kakak dari teman Naura.
Naura selalu merasa beruntung karena ayahnya selalu mengutamakan kepentingan anaknya. Sibuk ataupun tidak, ayahnya selalu mendampingi Naura sebagai wali murid.
Sambil menunggu hasil ujian Naura, ayah Naura berbincang dengan salah satu orang tua teman Naura. Teman Naura bernama Ima, ia terkadang ikut Naura pulang kerumah Naura dulu, sebelum akhirnya dijemput oleh orang tuanya. Karena ibu dan ayah Ima yang memiliki profesi guru dan dosen yang tidak bisa selalu on time saat menjemput pulang sekolah.
"Maaf ya pak, anak saya selalu merepotkan bapak" kata ayah Ima kepada ayah Naura.
"Tidak apa-apa pak, tidak merepotkan sama sekali. Naura senang kalau dirumah ada temannya" jawab ayah Naura.
"Naura anak yang baik, Ima selalu menceritakan Naura ketika ia sampai dirumah. Lain kali boleh tidak pak jika gantian Naura yang main ke rumah Ima?" tanya ayah Ima.
"Tentu saja boleh pak, lain kali Naura saya izinkan untuk main ke rumah Ima" jawab ayah Naura.
Ayah Naura tidak pernah melarang Naura berteman dengan siapapun, tidak juga melarang Naura bermain kerumah siapapun. Ayah Naura memberikan kepercayaan penuh kepada Naura, asalkan Naura bertingkah laku sopan saat berada dirumah orang lain.
Jantung Naura berdetak kencang ketika ibu guru memasuki ruang kelas. Ia selalu berdoa supaya dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Satu demi satu nama teman-teman Naura mulai dipanggil ibu guru. Orang tua mengambil hasil ujiannya anaknya secara bergiliran. Naura harus lebih bersabar karena dia mendapatkan nomor absen 32 dari 40 siswa.
"Aduhhh...... aku takut sekali dengan hasil ujiannya" kata naura berbisik pelan.
"Semoga hasilnya bagus, tidak usah khawatir. Kamu kan sudah belajar dengan giat" kata Ima memberikan semangat kepada Naura
"Hasilmu pasti bagus Ima, kamu kan selalu mendapat peringkat satu di kelas" kata Naura memuji Ima yang merupakan murid paling pintar dikelasnya.
"Semoga saja begitu ya Naura, nanti kalau kita sudah lulus jangan lupakan aku ya Naura,, aku pasti akan selalu mengingatmu. Kamu adalah teman terbaikku di sekolah" kata Naura sambil menulis di kertas supaya bisa disimpan Naura untuk jadi kenang-kenangan.
"Apa ini Ima?" tanya Naura.
"Ini adalah kenang-kenangan dari aku, kamu bisa menyimpannya sebagai tanda kita adalah sahabat saat masih di Sekolah Dasar. Kamu juga menuliskan hal yang sama yaa, supaya bisa aku simpan juga" ucap Ima memberikan kertasnya.
"Ok ok,, " jawab Naura sambil menulis beberapa kata dan identitas Naura jadi kenang-kenangan masa kecilnya di sekolah.
Akhirnya tiba juga saat nama Naura dipanggil oleh ibu guru. Ayah Naura beranjak dari tempat duduk dan mulai maju ke meja guru untuk mengambil hasil ujian Naura.
Jantung Naura berdetak begitu kencangnya. Ibu guru mulai memberikan amplop putih besar yang berisi hasil ujian Naura. Naura yang tak sabar ingin melihat hasilnya mondar mandir di samping ruangan kelas.
Akhirnya, ayah Naura keluar kelas membawa amplop putih itu mendekati Naura. Ayah Naura tersenyum supaya Naura tidak cemas atas hasil ujiannya itu.
"Mau dibuka dirumah bersama ayah dan ibu atau mau dibuka sekarang di sekolah?" tanya ayah Naura.
"Dibuka dirumah saja yah, biar bisa kita buka bersama ibu juga" jawab Naura sambil bergegas mengambil tas nya di kelas.
Naura dan ayahnya berjalan kaki pulang menuju rumah. Sesampainya dirumah Naura mencari ibunya di warung untuk mengajaknya membuka amplop hasil ujian bersama-sama.
"Ibu..... ibu....."teriak Naura mencari ibunya.
"Ada apa Naura?" tanya ibu sembari berjalan menuju Naura.
"Ayo bu, kita buka amplop ujianku bersama ayah di ruang tamu" ucap Naura sambil menarik tangan ibunya.
"Iya sayang, pelan-pelan saja jalannya" kata ibu Naura.
Naura, ibu, ayah dan adik Naura duduk bersama diruang tamu. Mereka bersiap untuk membuka amplop putih kecil itu. Ayah Naura mulai mengambil kertas yang ada di dalam amplop. Kertas yang ada di dalam amplop putih itu berisi tulisan selamat putri anda dinyatakan LULUS ujian Sekolah Dasar.
"Alhamdulillah.......hasilnya lulus" teriak Naura begitu bahagianya melihat hasil ujiannya.
Ibu dan ayah Naura meneteskan air mata. Mereka bangga memiliki anak seperti Naura. Selanjutnya Naura harus memikirkan ia akan melanjutkan sekolah dimana??