NovelToon NovelToon
PRIA

PRIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Arif C

Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.

Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.

Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

"Sebaiknya kamu jangan berkata seperti itu, Rama! Sebab itu sangat tidak sopan," tegur Raka. Rama terdiam mendengar nasihat Ayah sambungnya itu.

"Benar apa yang dikatakan oleh Papamu, Sayang. Sebaiknya jika ada orang tua yang berbicara sebagai anak seharusnya diam dan tidak perlu ikut bicara," timpal Sarah yang ikut menasehati putranya, agar tidak lagi berbuat demikian.

"Lagi pula tidak seharusnya kita membenci seseorang, Rama. Lebih baik maafkanlah dia yang sudah berbuat salah pada kita! Sebab Tuhan saja Maha Pemaaf," sambung Raka.

"Tetapi Om Galak itu sudah keterlaluan, Papa. Dia malah ingin memukulku lagi," jawab Rama, yang begitu merasa syok dengan aksi yang dilakukan oleh Dewa. Raka kemudian mengelus rambut Rama.

"Kita doakan saja semoga Om itu segera sadar dan bisa lebih baik kepada orang lain," kata Raka lagi.

Rama hanya bisa mengganggukan kepalanya, dan berusaha patuh kepada perkataan Raka.

Sarah sedikit merasa lega, karena Raka memberikan nasihat tersebut pada anaknya.

Sebab ia juga tidak ingin jika Rama sampai membenci ayah kandungnya. Walaupun Sarah tidak akan memberi tahukan kepada Dewa kalau dia memiliki hubungan darah bersama Rama.

"Iya, Papa. Aku akan mendengar setiap nasihat Papa dan Mama," jawab Rama lagi. Raka kemudian mengecup kening Rama.

"Itulah anakku yang pintar," puji Raka sambil kembali mengelus rambut Rama.

Sarah memandangi hubungan Raka dan Rama yang begitu manis.

'Untung saja Raka menjadi ayah sambung bagi Rama. Jadi dia tidak perlu kehilangan figur sosok seorang ayah. Aku semakin kagum pada Raka,' pikir Sarah dalam hatinya.

Sarah lalu menyadari dia semakin mengagumi kepribadian Raka yang begitu lembut.

'Astaga: jangan sampai aku jatuh cinta kepada Raka! Aku yakin perasaan dalam kalau buku ini hanya sebatas kagum saja,' pikir Sarah.

Walaupun dia terus memandangi Raka dan menilai jika paras Rala sebenarnya begitu menawan.

Bahkan Sarah berpikir jika kehidupan mereka sejahtera, mungkin penampilan Raka akan semakin elok, tidak seperti saat ini.

Dan Sarah pun berpikir lagi untuk membatalkan perpisahannya dengan Raka.

'Haruskah aku menuruti keinginan Raka untuk tidak berpisah? Tetapi sampai saat ini aku belum menemukan rasa cinta yang harus kuberikan kepada Raka," gumam Sarah.

Apalagi Sarah masih belum rela jika dia harus melayani Raka lahir dan batin. Sebab Sarah masih merasa hatinya belum terbuka untuk menerima sosok Raka untuk dicintai.

'Maafkan aku, Raka. Bila sampai satu tahun kemudian aku masih belum bisa mencintaimu. Maka maafkanlah aku, jika aku menginginkan perpisahan kita, ucap Sarah dalam hatinya.

Dia tidak berani untuk mengungkapkannya kepada Raka. Sebab Sarah tidak ingin melukai hati sang suami.

Untuk saat ini Sarah ingin fokus untuk menjalani usahanya di bidang konveksi, dan juga membantu usaha Raka agar tetap berjalan.

Karena Sarah juga berpikir jika mereka berdua sama-sama gigih bekerja. Maka hasilnya juga pasti akan maksimal.

Sarah juga menargetkan dia harus memiliki sebuah ruko agar dia bisa menetap sekaligus mengembangkan usahanya.

Bahkan Sarah ingin sekali bisa memiliki modal yang lebih besar agar dirinya bisa kembali mendirikan usaha konveksinya seperti saat masih bersama Dewa.

Raka memandangi Sarah yang saat itu sedang melamun.

"Ada apa, Sarah? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Raka. Tetapi Sarah malah tersenyum.

"Tidak apa-apa, Raka. Aku hanya sedikit lelah," jawab Sarah.

"Kalau begitu, sampai di rumah segeralah beristirahat. Sebab aku tahu beberapa hari ini kamu sangat sibuk," ujar Raka. Sarah hanya mengiyakannya.

Setelah sampai di rumah Raka menyuruh Sarah untuk beristirahat karena Raka melihat wajah Sarah sangat terlihat letih.

"Beristirahatlah, Sarah! Jangan sampai kamu nanti sakit," tutur Raka. Sarah menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Raka. Kamu tenang saja, aku sudah biasa bekerja keras. Jadi kamu tidak perlu merisaukanku," jawab Sarah.

"Aku tahu, kalau kamu adalah wanita tangguh, Sarah. Tetapi jangan korbankan kesehatanmu! Selagi ada waktu luang beristirahatlah biar aku yang menjaga Rama," kata Raka.

"Kamu masih sakit, Raka. Sebaiknya jangan paksakan dirimu!" balas Sarah. Raka menggelengkan kepalanya.

"Tenang saja, Sarah. Aku bisa menjaga Rama, walaupun aku belum bisa terlalu banyak bergerak," ujar Raka.

Sarah pun mengikuti saran dari sang suami untuk beristirahat. Sebab ia merasa tubuhnya sangat letih.

Namun Sarah berniat untuk tidak istirahat terlalu lama, karena masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Seperti membersihkan rumah, memasak nasi dan membereskan dagangan miliknya.

Ketika Rama tertidur karena kelelahan di kamar Raka. Raka sebenarnya ingin ke pasar untuk membeli bahan untuk membuat roti.

"Aku ingin pergi ke pasar dulu, Sarah. Aku akan membeli bahan-bahan roti untuk dijual," tutur Raka. Sarah pun terhenyak mendengarnya.

"Kamu masih belum sembuh benar, Raka. Sebaiknya kamu jangan berjualan untuk sementara waktu," kata Sarah. Namun Raka menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau mengandalkanmu, Sarah. Aku harus segera mencari uang lagi untuk mencukupi kebutuhan kita," jawab Raka. Sarah menghela napasnya.

"Aku tahu, aku memang keras kepala. Tetapi tanggung jawabku sebagai kepala keluarga harus tetap dijalankan," tandas Raka.

Dia kemudian melangkahkan kaki dengan pelan menuju ke luar pintu rumah.

"Tunggu dulu, Raka. Sebaiknya aku saja yang berbelanja. Kamu siapkan saja catatan bahan apa yang harus kubeli di pasar," tutur Sarah.

"Tidak apa-apa, Sarah. Aku tidak mau merepotkanmu. Lagi pula kamu sudah banyak pekerjaan," tolak Raka dengan halus. Sarah semakin kesal dengan sikap Raka.

"Baiklah kalau begitu, hika terjadi sesuatu dengan luka jahitanmu. Maka aku tidak akan mengurusmu," ancam Sarah. Raka pun terkejut mendengarnya.

Akhirnya Raka pun menuruti perintah Sarah. Dia kemudian memberikan catatan yang bahan untuk membuat roti seperti telur, terigu, gula, dan sebagainya.

Namun saat itu Raka tidak membeli banyak barang. Sebab ia juga merasa kasihan kepada sang istri jika harus membawa banyak belanjaan.

Sarah pun kemudian pergi ke pasar untuk membeli bahan pembuatan roti. Raka merasa bersyukur karena kehadiran Sarah sangat membantunya di rumah itu.

Apalagi Sarah adalah wanita yang sangat rajin. Rumah sederhana Itu tampak rapi dan bersih.

Meskipun Sarah sangat sibuk, tetapi nampaknya ia sudah terbiasa untuk membersihkan rumah dan tidak ingin sampai kondisinya berantakan

Setelah Sarah pergi, Rama kemudian terbangun. Dia mencari keberadaan ibunya.

"Ke mana Mama, Papa?" tanya Rama.

"Mama sedang pergi berbelanja di pasar, Rama. Sebentar lagi juga pasti pulang," jawab Raka sambil tersenyum.

"Memangnya Mama belanja apa pada sore hari begini?" tanya Rama lagi.

'Mama sedang berbelanja bahan untuk membuat roti," jawab Raka lagi. Rama pun merasa girang mendengarnya.

1
@Tie
ini diucapkan apa cuma dlm pikiran?tp ada ditimpali sm raka,apa raka bs baca pikiran?
@Tie
hatinya
siskaa putri
sepertinya menarik
Tester
Saya adalah pemberi komentar pertama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!