Karamel Vyora Antares memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga nya setelah mengetahui bahwa suaminya Rakhayasa Kafka Majendra masih mencintai mantan kekasihnya, bahkan Kafka berencana akan menikahi kekasihnya.
Vyora akhirnya lebih memilih pergi dan merelakan suaminya bersama mantan kekasihnya. Namun saat Vyora dan Kafka resmi bercerai ternyata Vyora sedang mengandung benih Kafka.
Akankah Vyora kembali pada Kafka demi benih yang sedang dikandungnya?
"Aku akan mendapatkan mu kembali apapun caranya" Rakhayasa Kafka Majendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Aku Jatuh Cinta?
Setelah kejadian itu Vyora mulai berubah, dia menjadi pendiam dan hubungan nya dengan Kafka semakin merenggang. Kafka ingin sekali menjelaskan yang sebenarnya pada Vyora, namun Vyora selalu menghindar, bahkan Vyora pun tidak mengikuti mata kuliah Kafka hari ini.
Yang sebenarnya terjadi adalah Kafka memang ada meeting dengan klien pentingnya, namun ternyata klien pentingnya tidak datang dan akan mereskedule ulang meeting nya. Kemudian Kafka bertemu tanpa sengaja dengan Gracellyn, membuat mau tidak mau Kafka menemani Gracellyn.
"Fayla, kemana Vyora?"
"𝘛𝘶𝘮𝘣𝘦𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘥𝘰𝘴𝘦𝘯 𝘬𝘪𝘭𝘭𝘦𝘳 𝘪𝘯𝘪 𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘪𝘯 𝘝𝘺𝘰, 𝘸𝘢𝘢𝘩𝘩 ... 𝘝𝘺 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘫𝘶𝘢𝘯," 𝘉𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘍𝘢𝘺𝘭𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢.
"Fayla ... " Karena tidak mendapatkan jawaban dari Fayla, Kafka pun memanggil Fayla lagi membuat Fayla tersentak dari lamunan nya.
"Maaf, Pak. Sepertinya Vyora ikut balapan hari ini."
"𝘉𝘢𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯?"
Kafka sebenarnya ingin bertanya lebih banyak pada Fayla mengenai Vyora, namun mengingat saat ini adalah jam pelajarannya, Kafka pun memilih menanyakan nanti setelah selesai jam pelajaran.
Setelah selesai jam pelajaran, Kafka meminta Fayla ikut ke ruangannya. Fayla yang belum mengerti apa-apa hanya menurut saja namun sebenarnya dia bingung mau apa Kafka menyuruhnya ikut ke ruangan nya.
"𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶? 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘪𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢? 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢, 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘬𝘩𝘪𝘢𝘯𝘢𝘵𝘪 𝘝𝘺𝘰, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢, 𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘣𝘢𝘻𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯 𝘗𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘰𝘭𝘢𝘬."
Tanpa sadar Fayla sudah sampai didepan ruangan Kafka. Jantung nya berdegup kencang, Fayla merasa gugup jika nanti yang Fayla khayal kan barusan akan menjadi kenyataan.
Tok tok tok
"Permisi, Pak."
"Duduk Fayla! ada yang mau saya tanyakan."
"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘗𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢? 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘢𝘱𝘢?"
"Fayla kamu bilang Vyora sedang balapan? Maksudnya apa?" Fayla masih sibuk dengan fikiran nya sendiri sampai Kafka mengulangi lagi pertanyaan nya.
"Oh ... Vyora."
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘦𝘳𝘢𝘯, 𝘸𝘢𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘪𝘵 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘝𝘺𝘰? 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘗𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘝𝘺𝘰?"
"Iya, kata kamu Vyora sedang balapan maksud kamu apa?"
"Sebenarnya Vyora suka balapan Pak, biasanya setiap malam minggu dia ikut balapan liar, namun sudah 6 bulan ini Vyo gak aktif lagi, katanya mau fokus belajar, tapi barusan dia chat aku katanya ikut balapan dan gak bisa ikut pelajaran."
Fayla orang yang paling senang kalau Vyora tidak ikut balapan lagi, menurutnya balapan itu sangat menakutkan. Selama 6 bulan terakhir Vyora tidak pernah balapan membuat Fayla berfikir Vyora benar-benar hengkang dari dunia balapan, tapi kenapa pagi-pagi sekali Fayla dapat chat kalau Vyora balapan lagi?
Sedangkan Kafka begitu tercengang mendengar Vyora suka balapan, ternyata Kafka belum tau mengenai Vyora sepenuhnya, Kafka fikir Vyora hanya gadis alay yang taunya hanya nongkrong dan mengejarnya saja.
"Apa kamu tau tempat balapannya di mana?"
"Kenapa bapak ingin tau? Jangan bilang Bapak ingin melaporkan Vyo pada polisi karena ikut balapan liar? Jangan ya Pak nanti mommy nya Vyo marah dan Vyo akan dikirim keluar negeri, nanti saya gak ada teman lagi, Pak," cerocos Fayla.
"Kamu bawel banget Fayla, siapa juga yang mau lapor polisi?"
Fayla pun akhirnya memberikan alamat dimana Vyora balapan, namun setelah Kafka berjanji tidak akan melaporkan Vyora ke polisi. Kafka pun bergegas ke tempat yang Fayla beritahukan alamatnya, namun Kafka tidak menemukan Vyora disana, akhirnya Kafka pun memutuskan untuk pulang ke apartement, Kafka akan menanyakan sendiri pada Vyora nanti.
...----------------...
Sampai di apartement, Kafka melihat mobil Vyora sudah terparkir disana itu tandanya Vyora sudah sampai fikirnya. Begitu masuk apartement nya Kafka langsung mencari Vyora ke dapur tempat biasanya Vyora bereksperimen setelah pulang kuliah, namun Kafka tidak melihat nya di dapur. Satu-satunya tempat sudah pasti kamar, Kafka pun menuju kamar Vyora.
Sampai di kamar Vyora, Kafka melihat Vyora sedang kesusahan menarik sleting dress nya. Kafka meneguk salivanya begitu melihat punggung mulus Vyora terpampang nyata dihadapan nya.
Vyora begitu terkejut saat seseorang membantu menarik seleting dress nya. Vyora pun menoleh dan ternyata Kafka yang membantu nya. Namun Vyora hanya diam saja membuat Kafka heran.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘥𝘦𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪?" 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘩𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.
"𝘈𝘯𝘥𝘢𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪 , 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢.
"Makasih, Mas," Vyora datar saja, sebenarnya Vyora malas mengucapkan terimakasih, hanya saja Vyora sudah terbiasa berterimakasih setelah mendapat bantuan dari orang lain.
"Kamu kemana seharian ini? Kenapa gak masuk kuliah?" Kafka bertanya sambil bersandar pada pintu dan tangannya bersidakep di dadanya.
Melihat Vyora hanya diam saja tanpa berniat untuk menjawabnya membuat Kafka kesal.
"Vyora jawab aku! Aku bertanya padamu?" Kafka menarik pinggang Vyora dan menguncinya di tembok.
"Mas, jangan seperti ini," Vyora enggan menatap Kafka yang jaraknya begitu dekat dengannya, bahkan hembusan nafas Kafka pun begitu terasa di wajah Vyora.
"Kenapa? Bukannya kamu senang dengan adegan seperti ini hmm ...?" Suara Kafka terdengar sensual ditelinga Vyora membuatnya panas dingin. Namun Vyora tidak ingin dengan mudah jatuh lagi pada pesona Kafka, Vyora sudah benar-benar kecewa pada Kafka.
Tiba-tiba saja terdengar suara bell apartement nya berbunyi membuat Vyora ada kesempatan untuk lepas dari Kafka. Vyora langsung menyambar tas dan ponselnya kemudian berlalu dari kamarnya. sebelum tangannya menyentuh pintu, Kafka terlebih dahulu mencekal tangan Vyora.
"Mas belum selesai ngomong Vy, kamu mau ke mana?"
"Bukannya Mas bilang kita tidak boleh saling mengurusi urusan masing-masing?"
Deg
"𝘐𝘺𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘺𝘢, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘪𝘢𝘭," 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘶𝘵𝘶𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
"𝘒𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘴, 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘮𝘪𝘴 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘬𝘶."
"Kalau kamu memang mau tau banget aku ke mana, oke aku bilang. Aku mau ke rumah mommy Mora, mommy menyuruh ku menginap malam ini, sekarang ijinkan aku pergi, kak Karel sudah menunggu di depan,"
Mendengar nama Karel, kekesalan Kafka kembali memuncak.
"Kenapa harus Karel? Aku suami mu, aku yang akan mengantarkan mu !"
"Kamu memang suami ku, Mas. Suami di atas kertas, lebih tepatnya suami kontrak."
Deg deg deg
"𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪? 𝘈𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘶? 𝘈𝘱𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢? 𝘕𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘎𝘳𝘢𝘤𝘦𝘭𝘭𝘺𝘯? 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢? " 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘪𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢.
"Sial, Vyora sudah pergi," Kafka yang sadar Vyora sudah pergi akhirnya memutuskan untuk menyusul Vyora.
"𝘒𝘢𝘳𝘦𝘭 𝘭𝘢𝘨𝘪-𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘢𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳𝘢𝘯."
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
u r the best raga😂😂🤣
kalau emang si kakap udah yakin gak salah dan punya rencana sendiri gak mungkin donk dia merasa bersalah dan nyuekin Vyora berminggu-minggu
nggantung banget sihhhh