NovelToon NovelToon
Benih Twin'S CEO Kejam

Benih Twin'S CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:23.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Karena dipaksa untuk segera memiliki anak, Jovan sang CEO dari perusahaan ternama diam-diam menikah lagi. Dengan kejamnya, dia mengusir Seina selaku istri pertamanya yang dikira mandul. Namun nasib buruk pun menimpa Jovan yang mana istri keduanya mengalami kecelakaan hingga membuatnya keguguran bahkan rahimnya terpaksa harus diangkat demi menyelamatkan nyawa Ghina.

Lima tahun kemudian, Seina yang dikira mandul kembali dengan tiga anak kembar yang memiliki ketampanan mirip Jovan.

“Bunda, Oom itu milip Kakak Jelemy, apa Oom itu Ayah kita?” tanya Jelita, si bungsu.

“Bukan!” elak Seina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keguguran

Dalam perjalanan ke kamar Ghina, perasaan Jovan terus mengkhawatirkan Ghina terutama bayi mereka.

Tiba di kamar istrinya, Jovan mematung di tengah pintu melihat istrinya menjerit-jerit di sana bak orang gila di depan para Dokter dan suster.

“Dokteeeeeer... tidak mungkiiin... tidak mungkin anak saya meninggaaaall....!”

Jovan kemudian masuk membuat Ghina pun menoleh padanya.

“Mass.... ” lirihnya diiringi tangis.

“Tuan Jovan, maafkan kami atas musibah yang menimpa pada istri Anda, kami sudah mengerahkan kemampuan tapi nyawa bayi kalian tidak tertolong lagi,” papar Dokter itu.

“Ma-maksudnya istri saya keguguran, Dok?”

Dokter mengangguk pelan dan seketika itu Ghina kembali mengerang sembari menarik rambutnya sendiri.

“Tidaak... tidaakkk... bayiku masih hidup. Kau jangan katakan seperti itu ...!” Terang Ghina menunjuk Dokter dan suster lalu ia mengusap perutnya.

“Hikss.. hiks... bayiku masih ada kan, Mas?” Lalu ia menatap Jovan yang nampak terpukul juga dengan kenyataan itu.

“MAS, JANGAN DIAM SAJA! BAYI KITA MASIH HIDUP KAN?” pekik Ghina lagi.

Jovan secara perlahan menarik Ghina ke pelukannya. “Kamu yang sabar, sayang.” Ia menenangkan Ghina tapi justru wanita itu pingsan. Ghina masih tidak percaya janin yang belum ada tiga bulan itu sudah tiada dalam perutnya. Jovan pun merasa hancur anak yang mereka nantikan tidak akan terlahir kembali.

“Tuan Jovan, masih ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada Anda. Jika Anda mau, silahkan ikut saya ke ruangan saya,” kata Pak Dokter tapi Jovan menolak.

“Katakan saja langsung di sini, Bu Dokter.”

“Baiklah, dari hasil pemeriksaan kami. Peluang untuk dia hamil anak kembali sangatlah kecil. Bahkan kami menyarankan untuk melakukan segera pengangkatan rahim agar nyawa istri Anda tidak terancam karena luka dalamnya itu bisa berakibat fatal.”

Jovan terdiam mendengarnya. Rahangnya sulit untuk dibuka. Kini ia hanya bisa menatap sedih kondisi istri keduanya itu dan Asisten Lu yang tampak syok juga.

Setelah Dokter pamit, Jovan duduk terdiam di samping Ghina. Menanti bangunnya sang istri yang dia amat cintai karena dari Ghina, Jovan mulai mengenal cinta.

Tapi bagi Asisten Lu, atasannya masih bodoh dalam hubungan asmara karena bukti darinya adalah Seina yang Jovan tinggalkan.

“Asisten Lu.”

“Ya, Tuan?” Asisten Lu mendekat.

“Katakan padaku, apa yang membuat Ghina jatuh dari tangga? Apakah dia jatuh sendiri atau ada yang sengaja mendorongnya?”

Nada suara Jovan semakin dingin dan aura kegelapan seolah-olah menyelimutinya. Dia marah, kesal, kecewa hingga rasanya ingin membunuh pelaku yang telah mendorong Ghina.

“Kata pembantu....” ucap Asisten Lu mulai mengatakannya dengan nada berbisik. Dari penjelasannya, mata hitam Jovan terbelalak karena jawaban dari Asisten Lu yang paling mengejutkannya.

Kemarahan pun terlihat dari wajah Jovan membuat Asisten Lu agak takut dan cemas.

Beberapa jam berlalu, Ghina mulai kembali membuka matanya namun dia seakan tidak bersemangat untuk bicara bahkan hidup lagi hingga dua minggu kemudian Ghina sudah bisa pulang tapi kepribadiannya tidak ceria seperti dulu.

“Sayang, kita pulang ya,” kata Jovan dengan lembut membelai rambut panjang Ghina tapi wanita itu hanya diam menatap matanya.

Setelah mereka tiba di rumah orang tua Jovan yang besar dan mewah, Jovan mengantarkan Ghina ke kamar tidurnya.

“Sayang, kamu di sini dulu, Mas mau turun sebentar buat masakin makanan kesukaan kamu,” ucap Jovan dengan cinta mencium kening Ghina yang berbaring begitu saja.

Kini Jovan menuju ke arah anak tangga. Raut wajahnya terlihat marah membuat pembantu sedikit ketakutan.

“Hai, kamu!” Panggil Jovan menunjuk salah satu pembantu yang masih muda.

“Ya, Tuan Muda?” Ia berdiri di depan Jovan seraya menundukkan kepala karena takut.

“Mana Ibu dan Ayah saya?” Jovan mencari orang tuanya.

“I-bu-Ibu sama Ayah Tuan ada di halaman belakang,” jawab pembantu wanita itu agak terbata sambil mengarahkan telunjuknya ke rumah kaca yang ditumbuhi bunga-bunga.

Tanpa bertanya lagi, Jovan pergi ke sana setelah menyuruh pembantu itu menjaga Ghina di kamar.

“MAAAAA....!!”

Deghh...

Seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan muda seketika meloncat kaget dirinya dipanggil. Ia perlahan berbalik badan kemudian berdiri dengan tegap tepat di hadapan putra semata wayangnya itu.

“Jovan...? Kau sudah pulang? Kau datang kemari ingin membantu Mama sama Papa memetik bunga kah?” tanya seorang pria tua menghampiri istri dan anaknya itu. Di tangan kanannya terdapat gunting khusus bunga.

“Jovan pulang bukan untuk membantu kalian tapi ingin tahu apa alasan Mama mendorong Istriku dari tangga? Kenapa Mama sejahat itu mendorong Ghina, Mah?!!!” ujar Jovan sedikit membentak membuat Ibunya segera berdiri di samping suaminya.

“Kau salah, Jovan. Mama tidak pernah mendorongnya.” Bantah Renata.

“Jovan, kau baru saja pulang ke rumah, tidak seharusnya kau menuduh Ibumu seperti itu, Nak.” Tegur Robert Jexson.

“Papa, apa Papa tidak tahu? Gara-gara Ghina jatuh dari tangga, Jovan kehilangan anak dan Ghina tidak akan bisa hamil lagi. Ini semua salah Mama, Mama yang membunuh calon cucunya sendiri, Pa!!!” Ungkap Jovan lantang membuat kedua orang tuanya terperanjat.

“Itu artinya keluarga kita tidak dapat penerus baru?” Robert pun dengan shock menyentuh dadanya.

“Jovan, Mama bersumpah tidak pernah mendorong Ghina! Yang kami tuduhkan ke Mama itu salah dan fitnah besar!” Renata membantahnya dengan serius. Air matanya pun sampai berlinang melihat putra yang ia lahirkan mati-matian setega itu menuduhnya.

“Halah... maling mana mau ngaku sudah berbuat kejahatan apalagi telah merenggut nyawa cucunya sendiri. Jovan kecewa pada Mama!” Imbuh Jovan dengan benci lalu pria itu pergi dari rumah kaca itu karena ia tidak tahan mendengar tangisan Ibunya.

“JAHAT KAU, JOVAN!!” pekik Renata sakit hati. Robert pun memeluk istrinya yang mau jatuh pingsan. Pria tua itu bingung apa yang harus dia lakukan karena rasanya mau marah tapi ia merasa percuma saja. Calon cucunya tak akan bisa hidup lagi.

“Papa, Mama sungguh tidak mendorongnya. Papa percayakan? Papa tidak marah kan sama Mama?” Isak Renata.

“Kalau begitu, bagaimana Ghina bisa terjatuh, sayang?” Tanya Robert mendudukan istrinya ke kursi taman.

“Saat itu Mama mau ke dapur. Mama melihat Ayana jatuh sendiri terus Mama cepat-cepat deketin dia dan minta pembantu buat telepon ambulans, Pa.” Jelas Renata.

“Lagi pula kalau Ayana tidak bisa hamil lagi, Jovan kan bisa nikahi wanita lain.” Lanjut Renata sedih kehilangan cucunya tapi dia tidak terlalu memikirkannya karena dia tidak begitu menyukai Ghina dari awal. Berbeda dengan Robert menyukai Ghina dan Jovan karena mereka pasangan serasi dan Ghina merupakan anak sahabatnya dulu.

“Mama, kalau Papa di posisi Jovan terus Mama sebagai Ghina, emang Mama mau diduakan, hm?” Ucap Robert merasa mulut sang istri mudah sekali menyuruh anaknya nikah lagi.

“Ya jangan lah! Mama kan cinta sama Papa. Masa Mama sebodoh itu ngizinin Papa nikah lagi.” Celetuk Renata berdiri.

“Jadi, apa solusi Mama supaya kita punya pewaris?” Tanya Robert serius. Renata pun diam, tidak tahu mau jawab apa lagi.

“Hiks... Papa jahat! Kasih pertanyaan kok yang itu!” Renata menangis lagi sambil memukulkan tangannya ke dada sang suami.

“Makanya, mulutnya tuh dijaga, sayang.”

Robert mencubit gemas bibir istrinya lalu ia mengajak Renata masuk karena cuaca mulai terlihat mendung. Awan hitam tampak di atas sana sudah menutup langit.

Rintik hujan jatuh perlahan membasahi bumi dan lama-lama hujan turun dengan derasnya. Hal yang sama pun terjadi pada Ghina yang belum tenang dari kesedihannya. Di sisinya, Jovan berusaha lagi menenangkannya.

“Kasihan Nona Ghina, belum ada setengah tahun mereka menikah tapi dia sudah dapat kemalangan dari keluarga ini,” gumam salah satu pembantu tidak tega mendengar tangis dan jeritan Ghina.

“Apa mungkin keluarga ini pernah dikutuk?” Seorang pembantu lain tiba-tiba nyeletuk.

“Dikutuk bagaimana? Kamu jangan mikir begitu deh!” Ketus Pembantu pertama.

“Yah... siapa tahu keluarga ini dikutuk hanya sampai ke generasi ke tujuh. Apalagi kan Tuan Jovan adalah generasi ke tujuh. Dia bisa saja menjadi generasi terakhir untuk mewariskan semua kekayaan keluarganya ini yang sudah turun temurun.” Jelas Pembantu kedua.

“Ekhem... sebaiknya kalian bekerja daripada bergosip di sini. Dan untuk kau sekarang juga dipanggil Tuan ke ruangannya,” sahut Asisten Lu tiba-tiba sudah berdiri di samping ke dua pembantu itu yang terperanjat kaget. Tapi kini pembantu kedua mulai merasa cemas karena dialah yang memanggil ambulans alias yang melihat Renata di dekat Ghina yang pingsan.

Benar saja, pembantu itu dipecat karena dari hasil CCTV bahwa Ghina jatuh sendiri bukan karena ulah Ibunya. Pembantu itu memohon untuk tidak dipecat tapi Jovan tidak mau lagi mempekerjakan orang yang telah memfitnah keluarganya.

“Bajingan, kalian semua keluarga bajingannn!” Gerutu pembantu itu mengumpat setelah dia diusir. “Memang pantas mereka mendapatkan kemalangan itu!”

Jdaarr!

Petir menggelegar dahsyat di atas sana membuat pembantu itu cepat-cepat pergi.

.

.

“AKHHH... KAK SALWA TAKUUUT!” pekik Vara keluar dari kamar karena lampu tiba-tiba mati. Bahkan satu kota lampunya padam semua.

“Woii... kutu kunti, kak Seina lagi tidur. Kamu bisa diam nggak sih?” Teriak Gara yang keluar dari kamar Seina.

Vara yang melihat Gara pun menghampirinya cepat dan sontak remaja itu kaget dibuatnya karena Vara tiba-tiba memeluknya.

“Tolongin aku...” Tangis Vara takut.

“Ckk... lepasin nggak?!!“ Gara menarik paksa tangan Vara tapi Vara menggeleng tidak mau dan semakin erat memeluk Gara yang tanpa memakai baju.

“Astaga, selain cupu, kau ternyata penakut sama petir!” Celetuk Gara mendesis sebal.

“Aku tidak takut pada petir, aku takut gelap. Kamu yang tidak tahu sebenarnya, mending diam saja!“ Omel Vara menatap Gara yang menyoroti wajahnya dengan lampu senter.

Gara sejenak terdiam melihat dari dalam mata sayu Vara seperti menyembunyikan alasannya takut kepada kegelapan. Tentu saja Vara takut karena masa lalunya yang begitu kelam. Dari kegelapan ini, Vara teringat kematian orang tuanya yang dibunuh saat mati lampu.

Tiba-tiba suasana itu berubah setelah jeritan terdengar dari kamar.

“Ihhhh siapa itu? Apa jangan-jangan hantu?”

“Dihh ngaco! Mana ada hantu, bodoh! Suara itu dari jeritan kakak aku yang bangun akibat kamu!” sentak Gara. Ia segera masuk disusul Vara yang berdiri di belakang.

“Kak, kau kenapa?” tanya Gara cemas.

“Sakiiit.... peruttt kakak sakiittt... tolong bawaa kakak malam ini ke rumah sakiit,” mohon Seina dengan napas terengah-engah lalu tangannya mengusap-usap perutnya. Vara pun meneguk ludah melihat perut Seina yang amat besar.

Atas permintaan Seina, Gara menghubungi Salwa yang masih di rumah sakit. Setelah ia memastikan rumah sakit itu bisa beroperasi pada tengah malam ini, Gara pun secepatnya membawa Seina ke Salwa. Ia memakai mobil sewaan dan Gara sendiri yang setir mobilnya.

Tindakan yang akan diambil untuk Seina jelas cecar. Kini Gara terlihat terus mondar mandir di depan ruang operasi persalinan. Tak luput air mata remaja itu sesekali menetes setiap kali memikirkan nyawa kakaknya dan ketiga anak kembarnya.

Sampai-sampai Vara yang duduk di sana pun merasa terkesima pada kegigihan Gara yang setahun ini bekerja keras demi kehidupannya dan Seina. Remaja itu juga sering membantu Salwa dalam membayar tagihan listrik dan air.

“Beruntung sekali perempuan yang menjadi istrinya Gara. Dia cowok yang baik, gigih dan sayang pada kakaknya. Walau dia cuek dan lumayan jutek, tapi dia ganteng,” batin Vara tersenyum sendiri tapi kemudian gadis itu menampar wajahnya sendiri.

“Bodoh, ada orang yang lagi meregang nyawa malam ini tapi kamu bisa-bisanya memikirkan dia. Dasar bodoh kamu, Vara!” gerutu Vara.

Dan tidak lama kemudian, terdengarlah tangis bayi yang begitu indah secara bergantian. Air mata Salwa yang tertahan sejak tadi pun jatuh mengenai pipinya melihat tiga bayi kembar itu terlahir sehat dan lucu-lucu.

Gara menutup wajah dan berusaha mengatur perasaannya tapi embun yang turun ke wajah tampannya menjelaskan dirinya begitu senang dan bahagia. Tapi kini perhatiannya teralih ke kondisi Seina.

“Mba Salwa, apa yang terjadi pada kakak saya? Kenapa Kak Sei tidak bangun-bangun juga?” Gara cemas melihat mata Seina yang terpejam sejak tadi. Sedangkan baby twins tengah diurus oleh sang Dokter bersalin.

“Kakak saya baik-baik saja kan, Mba?” tanya Gara lagi di samping Vara yang juga khawatir.

1
Retno Harningsih
lanjut
Author Dirabi
Nexttt
Author Dirabi
Saingan papanya si triple cdel
Author Dirabi
Mamanya Gina mencurigakan
Author Dirabi
Smngat thor
Author Dirabi
Kacian jlita linduin ayahnya
Author Dirabi
Mungkin saja y itu elsha
Author Dirabi
Nextt
Dara Dira
Lanjutt thor
Iqlima Al Jazira
iya.. ledes ndak tetuju🤭
Dara Dira
Lanjuttt
AbiManyu
jovan seenaknya aja mau ngambik anak seina
AbiManyu
semoga baik baik saja
Widia
jangan bikin seina sama jovan balikan ya thor.. kasih aja pemain baru buat jadi suaminya seina
Yu Nana
Nexxtt
Ma Em
kok Seina ga cariin anaknya yg nginap dirumah Ghina ga merasa kehilangan malah dibiarin tidur dirumah Jovan.
Ma Em
Luar biasa
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih bund
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Siap nextt
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
ahilna jumpa ladi celita bocil cadel👏
Iqlima Al Jazira: sama_sama thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih SDH mampir bunda
total 2 replies
ika
rasakan Jovan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!