NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Bukannya tidur, Ayu malah ngebayangin wajah Devan.

"Tidak!" Ayu bangun menepis wajah menyebalkan yang mulai hadir di relung hatinya.

Cepat Ayu beranjak dari atas kasur, berjalan ke arah meja riasnya. Duduk di depan cermin menatap pantulan wajahnya.

Lagi-lagi bayangan itu muncul di cermin.

"Oh ya tuhan!" Ayu menjerit kecil sambil mengacak rambutnya.

"Pergi! Pergiiii!" Ayu tersiksa, mengapa bayangan wajah itu mengikutinya terus.

Ayu menarik napas, mencoba tenang agar bayangan itu tidak mengusik pikirannya. Tapi sulit di tepis, semakin Ayu usir, bayangan itu semakin liar saja

Seraut bayangan wajah Devan sulit ia tepis.

Amelia pergi ke kamar mandi, bayangan itu muncul, Amelia pergi ke dapur bayangan itupun mengikutinya.

Lama- lama Ayu tidak tahan, iapun mencoba menyibukkan diri mengerjakan tugas sekolahnya.

Lembar demi lembar Ayu buka buku sejarahnya. Lagi lagi, wajah itu muncul lagi.

Karena kesal, Ayu lempar buku itu ke atas kasur.

"Kurang ajar!" Ayu mengumpat.

Gara- gara Devan, hidupnya kini jadi tersiksa. Tiap menit jantungnya dag dig dug tak karuan kalau ingat peristiwa tadi siang.

Ini kali pertama bibirnya di sentuh oleh lelaki yang justru sangat ia benci.

"Ya Allah, tolong aku ..." Ayu memukul mukul dadanya sendiri guna menghilangkan rasa sesak di dada.

Tidak mau terus menerus di ganggu bayangan Devan, Ayu pun menghampirinya ibunya. Setelah ia mengganti seragam sekolahnya.

“Mau ke mana, Bu?” tanya Ayu saat melihat Ibunya berjalan menuju pintu.

“Ini, mau ngasih kerudung ke Bu Anna."

“Oh. Ke rumah Bu Anna ya? Biar Ayu saja kalau begitu,” ucap Ayu sembari meraih kantung kecil yang di pegang ibunya.

“Jangan, Kamu baru pulang, lebih baik kamu makan sana, Ibu sudah siapkan di meja.”

“Tidak apa, Bu. Ayu belum lapar,” kata Ayu seraya meraih kantung kecil itu.

“Benar tidak apa-apa?” tanya Ibunya lagi.

“Iya, Bu. Lebih baik Ibu di rumah saja, sebentar lagi ‘kan ayah pulang. Nanti ayah suka nyariin kalau Ibu nggak ada.”

“Ya sudah atuh. Terima kasih ya Sayang.” Ibu Salma mengusap wajah Ayu.

Walau sebenarnya Ayu masih merasa capek, tapi ia lebih memilih pergi ke luar agar bayangan itu pergi jauh dari pikirannya. Lagi pula, rumah Bu Anna tidak terlalu jauh, Ayu bisa berjalan kaki untuk sampai ke tempat tinggalnya.

Tak butuh waktu lama, Ayu sudah berada di halaman depan Bu Anna.

“Eh, Neng Ayu. Masuk, Neng.” Tersenyum ramah, wanita yang tengah menyapu halaman rumah itu menyambutnya.

“Terima kasih, Bu. Ayu hanya mau mengantarkan ini,” kata Ayu seraya menyerahkan kantung itu ke tangan Bu Anna.

“Ohh, ya ampun, bilang sama ibumu ya, terima kasih kerudungnya." Wajah Ibu Anna semuringah.

“Ya Bu, nanti aku sampaikan."

“Makasih banyak ya Neng."

“Sama- sama Bu, semoga kerudung ini cocok untuk ibu."

"Iya Neng. Kerudung ini sangat bermanfaat Neng Geulis."

"Kalau begitu Ayu permisi dulu ya Bu."

"Eh, kenapa buru- buru. Ayo masuk dulu."

"Iain kali saja Bu, Ayu ada tugas dari sekolah."

"Oh gitu, ya udah. Makasih ya Neng."

Ayu membungkuk hormat sambil mengucap salam.

Ayu pun pamit pulang.

Di tengah perjalanan pulang menuju ke rumahnya, dari kejauhan Ayu melihat Devan sedang membonceng seorang gadis cantik berambut panjang.

"Hah?!" Tanpa pikir panjang, Ayu putar arah agar Devan tidak melihatnya. Padahal arah itu bukan menuju ke rumahnya, tapi demi menghindari Devan, Ayu terpaksa lakukan itu.

"Ya ampun! Kenapa aku harus melihat bajingan itu lagi sih!" Ayu menggerutu kesal.

Otak Ayu jadi linglung saat melihat Devan tadi, hatinya memanas, marah kesal jengkel bercampur jadi satu.

Cemburu?

"Tidak, kenapa aku harus cemburu!" Tanpa sadar Ayu bicara sendiri sambil berjalan jauh tanpa ia sadari dirinya sudah menjauh dari arah rumahnya.

Tin..

Tin..

Suara klakson motor dari arah belakang membuyarkan lamunan Ayu.

"Yu!" Ternyata itu bunyi klakson motor Devan.

Ayu tergelak, suara itu tak asing di telinganya.

"Itu suara Doni!" Batin Ayu.

Buru-buru Ayu berlari menuju area persawahan.

"Ayu ...!" Devan bertriak memanggil- manggil Ayu yang berlari kencang mengabaikan panggilannya.

"Vo, tunggu di sini ya?" Devan lantas turun dari motor.

"Kamu mau kemana Dev." Ivo ikut turun dari motor.

"Sebentar ya Vo. Aku mau ada perlu dulu!" Tegas Devan, cepat Devan bergerak hendak mengejar Ayu.

"Tunggu!" Ivo langsung meraih pergelangan tangannya.

Reflek Devan melihat ke bawah, dimana tangan Ivo sedang mencekal kuat lengannya.

"Lepaskan Vo!"

"Tidak! Katakan siapa gadis itu? Kenapa kamu mau mengejarnya!" Bentak Ivo marah.

Devan menghela nafas panjang, matanya tertuju terus pada Ayu yang terus berlari semakin jauh.

"Dia, dia saudaraku!" Terpaksa Devan berbohong.

"Saudara? Jadi gadis itu saudara kamu Dev? Tapi kenapa dia lari saat kamu panggil."

"I-iya, karena dia kurang waras." Devan berbohong lagi, karena bingung harus mengatakan apa pada Ivo biar ia bisa mengejar Ayu.

"O. Benarkah? Saudaramu gila?" Mata Ivo melotot.

"I- iya benar, kamu tunggu di sini ya?"

"I-iya, sana kejar saudaramu!" Ivo percaya saja di kibuli oleh Devan.

Secepat kilat Devan berlari menuju area persawahan mengejar Ayu.

"Yu...!" Sekuat tenaga Devan mengejarnya.

Sampai akhirnya dia berhasil menggapai lengan Ayu.

"Lepaskan aku bajingan!" Jerit Ayu saat Devan berhasil meraih tangannya.

"Yu, ada apa dengan kamu? Bukankah aku sudah meminta maaf, kenapa kamu lari waktu aku panggil! Apa kamu masih marah?" Desak Devan, heran melihat aksi Ayu Seperti di kejar hantu.

"Lepas! Urus saja cewekmu! Kenapa kamu ganggu aku, hah?!" Mata Ayu berkilat, sorot matanya tajam menatap wajah Devan.

Untuk beberapa saat Devan terdiam.

"Pergi! Aku bukan siapa- siapa kamu! Aku gak ada hubungan apa- apa sama kamu, kenapa kamu selalu ganggu aku! Aku benci sama kamu Dev hiks ..." Ayu menangis lirih.

"Yu." Sepintas Devan merasa ada yang tidak beres dengan sikap Ayu.

"Pergiiii!" Ayu memekik membuat Devan bingung.

"Yu? Kamu ini kenapa?" Tanya Devan heran sambil mengguncang kedua bahu Ayu.

"Dev, tolong, jangan tampakkan wajahmu di hadapanku, aku tersiksa Dev!" Ayu tiba - tiba menenggelamkan wajahnya ke dada Devan sambil menangis lirih.

Mendapati tubuh mungil itu sudah tenggelam di dadanya, Devan pun memeluk erat tubuh Ayu, dengan lembut Devan mengusap punggung gadis yang sedang terisak itu.

"Yu, apa salahku, tolong katakan? Aku sudah minta maaf sama kamu, dan kamu juga sudah memaafkan aku. Tolong jangan menjauh dariku," tutur Devan.

Devan semakin mengeratkan pelukannya.

Tanpa Devan dan Ayu sadari, keduanya larut dalam kesedihan, bahkan hilir angin dingin persawahan menghembus menerpa wajah keduanya.

"Hah?!" Ayu lekas mengurai pelukannya.

"Kenapa Yu, ada apa? Katakan padaku?"

“Ini membuatku gila,” gumam Ayu sembari mengacak rambutnya frustasi.

“Katakan, apa kamu punya masalah. Apa kedua i_" tanya Devan menjeda ucapannya

Devan berpikir, pasti kedua orang tua Ayu sudah memarahinya gara-gara dia mengantarnya pulang.

Denyut jantung Ayu berdetak semakin kencang, disusul rasa panik dan gugup, ia menatap lekat wajah Devan, dimana lelaki itu sekarang sedang berdiri tegak memandanginya.

Ayu tidak sanggup menatap mata coklat indah milik Devan.

“Yu …” Sekali lagi Devan memanggilnya sambil meraih tangan Ayu.

Ayu bergerak, menghindari tangan Devan secepat kilat.

“Jangan dekati aku! Aku jijik lihat kamu!"

Ayu menatap tajam Devan. Sementara Devan berusaha tenang dan justru menatap dan menertawakan dirinya yang bodoh.

Devan sadar, dari dulu Ayu sangat membencinya, meski Devan berusaha bersikap ramah padanya, tapi kali ini, di mata Ayu, Doni melihat rasa benci yang teramat dalam.

"Maaf Yu. Kalau kamu memang jijik lihat aku, sekali lagi maafkan aku, mulai sekarang aku tidak akan pernah mengganggumu lagi, dari awal kita tidak pernah saling kenal, dan akan begitu selamanya."

Setelah mengatakan kata azimat itu, Devan pergi tanpa mau lagi menoleh ke belakang, dimana Ayu masih berdiri memaku.

Mengenal Ayu hanya membuat batinnya terkoyak, semenjak kejadian tadi siang. Sejak itu. Devan mulai dilanda gelisah, bahkan saat menemui Ivo, dirinya malah membayangkan wajah Ayu. Jadinya Devan tidak ada gairah bercumbu dengan Ivo, pikirannya selalu tertuju pada gadis yang justru secara terang terangan mengatakan jijik padanya.

Devan tersenyum getir, menertawakan dirinya sendiri.

Mengapa dirinya bisa sebodoh ini, merindukan bulan di langit, hanya membuatnya menderita.

Sejak hari itu, Devan akan hapus nama Ayu di hatinya.

Tidak sudi mengingatnya lagi.

Dia bisa mendapatkan gadis cantik lain dengan sekali jentikkan jari.

"Doniiii!" Tiba- tiba Ayu berteriak memanggilnya.

Devan tidak bergeming, ia mempercepat langkah kakinya menuju ke tempat dimana Ivo masih setia menunggunya duduk di atas motor, yang sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan. Namun, Ivo tidak bisa menangkap percakapan antara Devan dan Ayu, hanya samar-samar saja yang Ivo dengar.

"Kok lama banget sih! Itu, saudaramu manggil lagi."

"Biarkan saja! Dasar gila!"

"Tapi kan dia saudaramu."

"Sudahlah Vo, ngapain mikirin dia. Salah dia sendiri, di ajak pulang gak mau!" Kata Devan beralasan.

"Ayo, kita tinggalkan tempat ini."

Setelah Ivo naik ke atas motor, Devan pergi berlalu, mengabaikan Ayu yang masih berada di area persawahan sendirian.

Melihat Devan berlalu begitu saja, Ayu menangis, berkali- kali Ayu menghapus air mata yang terus menetes keluar.

Tidak tahu mengapa hatinya memanas saat melihat Devan membonceng gadis berparas Melayu itu.

Yang jelas, Ayu sudah membohongi dirinya sendiri.

Diam- diam Ayu cemburu.

Dan Entah mengapa, hatinya merasa terbakar, Padahal Devan dengan dirinya tidak ada hubungan apa- apa.

Tapi Ayu tidak mengerti, dan sulit untuk mengerti.

Ayu sudah biasa melihat Devan membonceng gadis lain, dan Ayu tidak peduli Devan membonceng gadis siapa saja, itu bukan urusannya.

Ayu sendiri tahu, bagaimana karakter Devan.

Devan pria yang tak pernah puas dengan satu wanita.

"Ohya ya Allah, jauhkan aku dari pria seperti itu!" batin Ayu.

Sadar Yu! Sadar Yu!" Sambil berjalan pulang menuju ke rumahnya. Tak henti- henti, Ayu memukul pelipisnya agar bayangan wajah Devan tidak mengusik hidupnya lagi.

Pria bajingan itu tadi mengatakan dengan jelas, kalau dia tidak akan menggangunya lagi.

Hati Ayu sedikit lega.

Sisa-sisa perasaannya pada Devan, terus saja menghantui ingatannya.

Sampai di rumah, Ayu tetap tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia sebenarnya mulai menyukai Devan.

"Yu!" Teguran Ibunya menyadarkan Ayu dari lamunan.

"Eh, iya Bu," ucap Ayu gagap, sambil memegang dadanya sendiri, kaget.

"Nganterin kerudung lama amat! Rumah Bu Anna kan deket!" Tegur ibunya.

"Main dulu ke rumah teman," jawab Ayu malas.

"Ayo sana makan dulu!"

"Baik Bu."

*****

Seperti biasa, sudah mengencani si Ivo. Lanjut Devan harus datang ke rumah si Ranti.

Tapi malam itu, Devan tidak bersemangat untuk menemui Ranti.

Secepatnya Devan mengambil ponselnya dari saku jaketnya, berniat menghubungi Ranti.

"Helo sayang,"' Rayu Devan.

"Aa, aku udah nunggu dari tadi loh! Katanya mau kemari!" Suara manja Ranti terdengar dari sebrang sana.

"Iya nih, pas Aa mau datang ke rumah kamu. Perut Aa tiba- tiba mulas, Aa udah empat kali bolak- balik ke toilet," dusta Devan.

"Aa sakit?"

"Huuh!"

"Periksa ke dokter atuh."

"Gak mau! Aa takut di suntik."

"Mau Ranti antar?"

"Gak, gak usah! Aa mau minum diapet aja."

"Ya sudah, kalau Aa udah sembuh, main ke rumah ya?"

"Ok."

Devan menutup sambungan telponnya sambil tersenyum geli.

Ranti berhasil ia kadali, sekarang Devan bisa pulang ke rumah untuk menyelesaikan tugas kantor dari Pak Bowo.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!