NovelToon NovelToon
Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / CEO / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Arsy Humaira

Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.

Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.

Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 6

Sukma hanya meremas jemarinya saat mendengar kedua putrinya disebut tidak berguna. Ingin rasanya dia menjawab ucapan mama mertuanya. Tapi apalah daya Sukma tidak punya kuasa di rumah itu.

"Sifa, Naya, sini Nak peluk Mama!" ucap Sukma melebarkan tangannya, kemudian kedua putri kecilnya itu sama-sama memeluk mamanya.

"Sifa, Naya, Mama kan sudah bilang, kalau main itu jangan lari-lari begini dan keluar kamar. Mainan kalian kan banyak ayo kita ke kamar lagi sayang!" ajak Sukma kepada kedua putrinya.

"Iya Ma, maafkan kami ya! Gara-gara kami Mama di marahi grandma!" ucap gadis kecil itu seperti sudah tau isi hati mamanya.

"Tidak sayang, kalian tidak salah… ayo Nak ikut Mama!" ucap Sukma lalu menuntun kedua tangan putrinya masuk ke kamar mereka.

"Sukma, sampai kapan kita harus begini? Dan sekarang ada lagi satu perempuan yang akan bernasib sama seperti kita," gumam Sandra yang melihat kejadian tadi, lalu dia teringat akan Alina.

Sementara gadis yang sedang Sandra pikirkan sedang tertidur begitu terlelap di samping suaminya. Perlahan Alina menggeliat bangun dari tidurnya.

Koek

Koek

Terdengar bunyi perutnya yang keroncongan minta diisi.

"Kenyang tidurnya??"

Suara itu mengagetkan Alina saat ini.

"Aaaaaa… Tuan Muda ngapain disini?" teriak Alina kaget.

"Apa maksud kamu? Dari tadi memang saya disini!" jawab Arya datar.

Alina mengedarkan pandangannya. Dan perlahan ingatannya terkumpul. "Oh iya, aku lupa kita sedang di kamar hotel ya heee…!" Alina nyengir.

"Gak lucu, udah sana kamu ke air cuci muka gosok gigi, kalau bisa sekalian mandi. Saya tau kamu lapar kan? Perut kamu baru kamu isi bubur saja. Saya tunggu kamu kita akan makan di luar! Ini sudah sore!" ucap Arya dengan tetap mode datar.

"Haaah haaah… mulut aku bau ya?" Alina mencium aroma nafasnya.

"Mau bau, mau tidak, kamu harus tetap ke air, bersihkan dirimu. Apa kamu mau pergi dalam keadaan begini??" Arya tampak agak kesal.

"Iya iya… aneh ganteng-ganteng hobinya marah-marah sih? Nanti cepat tuir loh!" cetus Alina kemudian berlari ke air sebelum di semprot lagi suaminya.

Selesai dari kamar mandi, Alina kemudian melaksanakan sholat ashar meskipun sudah hampir akhir, setelah beres gadis itu memoles wajahnya dengan sedikit make up sebisanya dia, agar tidak terlalu polos. Dan juga mengganti pakaiannya dengan yang baru yang sudah khusus disediakan untuknya.

"Tuan, kok bajunya semua kependekan di aku sih?" Alina tampak menurun-nurunkan deres dari lututnya ke bawah.

"Sudah pakai saja. Masih terlihat sopan!" jawab Arya santai.

"Tapi aku tidak biasa Tuan! Ini terlalu terbuka," Alina tampak tidak nyaman.

Pria itu hanya menghembuskan nafasnya kasar. "Ya sudah pakai saja. Nanti kita mampir dulu kebutik, dan kamu tinggal pilih saja baju mana yang kamu suka!" tutur Arya kemudian berdiri dari duduknya dan mengajak Alina pergi.

"Kok kamu berdiri terus? Ayo kamu lapar tidak? Ingat setelah pulang ke rumah, kamu tidak akan bebas seperti sekarang!" imbuh Arya. Mendengar itu Alina langsung mengekori suaminya.

"Tuan, jalannya pelan-pelan dong! Aku susah jalan!"

"Gampang kan tinggal copot aja high heels nya. Hidup kok dibikin susah!" celetuk Arya. Dan itu membuat Alina hanya melongo karena suaminya percis mengulang kata-katanya saat nyeker tadi pagi.

"Beneran nih Tuan, aku copot?" tanya Alina.

"Terserah!" jawab Arya dengan tak menghentikan langkahnya..

Alina hanya tersenyum dia berjongkok lalu mencopot high heels nya. Setelah itu Alina berlari mengejar suaminya.

Melihat itu Arya hanya mengulum senyum. "Gadis aneh!" batinnya.

Arya dan Alina kini sudah sampai di butik. Kemudian Alina membeli beberapa baju dan juga sandal sesuai yang dia mau.

"Tuan, ini bagus tidak?" Alina menunjukan baju yang dia pegang kepada suaminya yang sedang duduk menunggunya.

"Terserah!"

"Kok terserah sih?" Alina tampak manyun.

"Mbak, maaf aku mau tanya ada baju merk terserah? Karena suamiku suka merk itu??" tanya Alina kepada pelayan butik yang ada di sana.

Arya hanya menautkan alisnya.

"Aduh Mbak, maaf, sampai saat ini kami baru mendengar brand baju terserah!" jawab pelayan butik itu terkekeh.

"Ou begitu ya… ya sudah kalau begitu. Aku pilih yang ini, dan ini juga…"

"Cepat sedikit, saya lapar Al!" ucap Arya agak kesal.

"Sudah kok," jawab Alina, sedangkan Arya langsung mengurus pembayarannya. Dan setelah beres Arya dan Alina menuju mobilnya.

"Kok malah diam! Ayo masuk! Kenapa masih kurang? Ada yang masih kamu mau beli?"

"Bukan Tuan, itu ada tukang pecel lele pinggir jalan Tuan, kita makan disitu yuk!" ajak Alina mulutnya pun seperti mengeces.

"What?? Kita makan disana?"

"Iya kenapa kok Tuan kaget?"

"Tidak-tidak… kamu jangan bercanda, ayo cepat kamu ikut saya saja!"

Pria itu masuk ke dalam mobilnya.

"Ya udah kalau Tuan tidak mau, biar aku saja yang makan di situ!" ucap gadis itu lalu berjalan menghampiri stand pedagang pecel lele dipinggir jalan itu.

"Ya Tuhan… gadis itu.. Al, Alina…!" Arya tampak kesal, dan mau tidak mau Arya terpaksa turun dari mobilnya dan mengikuti istrinya ke tukang pecel lele.

Detik selanjutnya.

Arya hanya duduk sembari melihat Alina makan di pinggir jalan begitu lahap. Tanpa memakai sendok. Bersama Salim sopirnya.

"Dia makan kayak yang enak? Apa benar enak makanan pinggir jalan? Si Salim juga kenapa mereka kaya menikmatinya?" batin Arya sedikit ngiler apalagi perutnya sekarang berbunyi meminta jatah.

Pria itu terus saja menelan ludahnya, apalagi Alina seperti begitu nikmat makan ayam goreng, lele goreng, dipadu padankan dengan nasi panas dan sambal.

"Tuan kenapa malah lihatin aku makan? Ayo makan! Katanya Tuan lapar?" ucap Alina sembari anteng mengunyah makanannya.

"Tidak! Kamu saja yang makan, buruan saya tungguin!" jawab Arya sekuat tenaga menahan laparnya.

"Eh… Tuan Muda belum tau aja rasanya. Gini-gini meskipun makanan pinggir jalan tapi rasanya sekelas restoran bintang lima, mantulliti…" ucap Alina.

"Udah… makan saja. Jangan banyak bicara nanti keselek!" cetus Arya mulai kesal.

"Euuhh… dasar kardun, di kasih tau gak mau denger!" gumamnya.

"Kamu bicara apa? Kuwalat kamu nanti ngedumel ke suami!" cetus Arya menautkan alisnya.

"Eh, siapa juga yang ngedumel… aku cuma nawarin Tuan makan, ini makanan bukan racun, jadi Tuan tidak usah takut keracunan, aman higienis juga. Ya kan Mang?" cicit Alina sembari melemparkan pertanyaan ke si mamang pecel lele. Sedangkan si mamang itu hanya mengangguk sembari tersenyum karena sedang melayani pembeli yang lain.

"Ayo cobain Tuan, nanti Tuan pingsan lagi!"

"Bisa kamu kurangi tidak itu jumlah bicaramu? Kebanyakan saya dengarnya!"

"Berapa yang harus aku harus kurangi Tuan?"

"Kamu itu ya! Mana sini makanannya!"

Arya mengambil satu porsi makanan yang tadi istrinya pesan untuknya. Karena sungguh Arya tak kuat lagi menahan perutnya yang lapar.

Perlahan Arya menyuap nasi ke mulutnya setelah dia cuci tangan terlebih dulu. Awalnya pria itu tampak ragu-ragu saat menyuap, namun saat makanan itu masuk mulutnya.

Cling…

Kedua matanya agak membulat, karena makanan itu sungguh lezat.

"Gimana enak kan??" Alina terkekeh.

Pria itu tidak menjawab apa yang istrinya tanyakan. Dia malah begitu lahap memakan makanannya.

Alina sejenak menatap suaminya yang sedang makan begitu lahapnya. Tak terasa bibir mungil gadis itu menyungging senyum. "Suka juga tuan muda ini," batin gadis itu.

Setelah mereka selesai makan. Arya kemudian membayar makanannya tadi. "Berapa Mang?" tanya Arya seraya menyodorkan uang berwarna merah sepuluh lembar.

Si mamang pecel lele itu malah bengong saat melihat Arya menyodorkan uang begitu banyak. "Maaf Pak, ini kebanyakan! Satu porsinya hanya 26 ribu, jadi tadi tiga porsi cuma 78 ribu tambah kerupuk jadi pas 90 ribu," jawab si mamang pecel lele itu.

”Hah… kenapa murah??" mulut Arya menganga karena tak percaya.

"Udah, ayo Tuan kita pulang, lagian emang berapa harga pecel lele di restoran??" kata Alina sembari menerima sembilan lembar uang warna merah dari tangan si mamang tadi.

"Mbak, ini kembaliannya masih ada!"

"Udah buat Mamang aja gapapa! Nih aku tambahin selembar lagi,"

Jawab Alina, lalu mengajak suaminya pergi dari tempat itu.

"Terimakasih Mbak,,!" ucap si mamang itu, sembari menempelkan uang itu di jidatnya.

"Tuan kenapa diam saja??"

Tanya gadis itu saat mereka sudah ada di dalam mobil.

"Pedagang tadi apa tidak rugi?" Arya malah bertanya soal penjual pecel lele tadi.

"Ya enggak lah. Segitu juga udah untung… memang nya kenapa Tuan?"

Dahi gadis itu mengerut.

"Sumpah saya baru seumur-umur makan di pinggir jalan. Dan ternyata sangat murah! Apa kamu bisa menjamin makanan itu sehat dan bersih?" tanya Arya.

"Ya ampun, ya bersihlah Tuan, dan kenapa makanan itu murah, karena itu makanan merakyat. Tapi rasa berpangkat. Jika semua makanan enak-enak dan sehat juga bersih hanya ada di restoran mahal. Lalu kami orang biasa apa kabar? Kami juga ingin merasakan makanan ala-ala sultan meskipun hanya beli di pinggir jalan. Karena kami tau makanan itu sehat dan bersih! Nah gimana kalau kita keliling, kita kulineran mau?? Biar Tuan tau makanan yang ada di restoran terkenal juga sebagian ada yang jual di pinggir jalan!" ajak Alina.

"Keliling?"

"Iya,  keliling… Pak Salim, anterin kita ya keliling mencari makanan pinggir jalan ya!"

Ucap gadis itu kepada sopir nya.

"Siap Non," jawab Salim terkekeh. Tanpa memperdulikan kalau kedua mata bos ya sedang membulat dari kaca spion.

"Salim… antarkan saya ke hotel sekarang!!" ucap Arya dengan intonasi agak meninggi.

"Sekarang Tuan?"

"Ya. Memangnya kapan? besok?"

Jawab pria itu kesal.

"Baik Tuan!" jawab Salim ketakutan.

"Tuan Muda, lalu kelilingnya?" tanya Alina agak masam.

Sedangkan Arya tak memperdulikan ucapan istrinya. Dia malah anteng melihat gawainya.

1
Niki astriani
hadeuh gak anaknya ga emaknya egois bukannya sadar diri.
jiee💚
heran dah kenapa Arya gak tegas sama mamanya padahal kan laki"harusnya jgn mau di perbudak meskipun dalih orang tua
Giselle Bustamante
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
Yue Sid
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
Arasyi: Maaciw kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!