NovelToon NovelToon
Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying di Tempat Kerja / Office Romance
Popularitas:206.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Septira Wihartanti

Mencari-cari kesalahan karyawan dengan tujuan dipecat adalah pekerjaan Regi Einar. Ia menerima daftar Karyawan Bermasalah di Garnet Bank, dan tugasnya adalah mencari alasan masuk akal yang bisa dijadikan senjata untuk mengeluarkan 'penyakit' di perusahaan. Pekerjaan itu tidak mudah. Bahkan beberapa karyawan seakan tidak berdosa dan sudah mengabdi lama di sana.

Regi bisa menyelesaikan setengah dari daftar bermasalah, namun ia tiba-tiba tersendat akan sesuatu yang datang pertama kalinya dalam hidupnya.

Kenapa Ratu Arumi harus begitu cantik di matanya?! Dan kenapa ia harus jatuh cinta saat sedang di tengah proyek penting?! Selama 28 tahun ia single, kenapa harus sekarang?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana A

Terkadang seseorang disingkirkan bukan karena kemampuannya menurun. Tapi karena perusahaan menilai kalau orang itu suatu saat akan membuat masalah yang merepotkan banyak orang.

Bisa jadi ini yang dipikirkan oleh si Pemberi Daftar.

Terus terang saja di antara 8 tersangka, Regi sempat merasa bersalah saat melihat Pak Fajar. Walau pun sudah tua tapi pekerjaannya bagus. Ia banyak membantu perusahaan.

Di Garnet banyak orang-orang yang bekerja sudah 30 tahun bahkan lebih, tapi kenapa hanya Pak Fajar yang disasar oleh si Pemberi Daftar?

Bisa jadi... si Pemberi Daftar tahu kalau suatu saat, akan ada perselisihan keluarga yang berimbas ke pekerjaan Pak Fajar.

Yang mana pun, tugas Regi untuk Kasus Pertama harus berhasil.

“Ada kok ini IMBnya.” Bu Ratri, Petugas OJK yang diundang saat meeting besar mengenai Audit Bank, membolak-balik kertas yang terletak di antara selipan akta perusahaan dan memicingkan mata membacanya. “Kejepret di antara akta perusahaan.” Dengusnya.

Semua orang di ruangan itu ternganga lebar.

Hanya Regi yang kipas-kipas sambil mencibir menonton adegan itu.

“Pak Fajar minusnya tambah kayaknya, apa nggak fokus kerjanya?! Mikirin apa Pak sampai kertas segede itu keselip?! Ada di Akta itu kan berarti Bapak nggak baca mendetail akta perusahaannya!” semprot Regi super nyinyir.

“Ujungnya terlipat seperti diberi tanda. Jadi saya mudah menemukan.” Kata Bu Ratri.

“Ka-ka-kami sudah periksa datanya kok bu. Sampai satu jam yang lalu tak ada dokumen itu!”

“Terus ini apa?” Bu Ratri mengibas-ngibaskan kertas tebal di depan semua peserta rapat. “Kami sudah sampai membebankan denda 150juta loh kemarin karena dokumen ini sangat krusial. Kami bahkan sampai datang ke Jade Construction mengecek dokumen perusahaan, semua itu kan butuh biaya Pak.”

“Yaaaa... pengumpulan dokumen kan seharusnya pekerjaan Divisinya Pak Regi! Kami kan hanya melaporkan ada atau tidaknya dokumen!” Pak Fajar berdalih.

“Kan kami sudah memberi pernyataan kalau Dokumen itu ADA Paaaaaak! Kalau bapak nggak nemu-nemu ya salah bapak doooong! Makanya jangan kebanyakan libur! Setiap bulan pasti adaaa saja liburnya berhari-hari, jadi nggak tahu update terkini kaaaan! Maaf saja kami nggak mau minta ke perusahaannya dua kali. Malu-maluin kalau sampai minta-minta lagi itu  namanya nggak profesional!” sembur Regi.

Pak Fajar hanya bisa diam tidak berani mendebat lagi, Bu Ratri sampai menggelengkan kepala melihat keteledoran itu.

Setelah meeting OJK, Pak Felix dan Pak Dimas memanggil Pak Fajar ke ruangan mereka.

Regi berjalan ke kubikel Corporate Secretary sambil membawa bantex bermasalah itu.

“Hal remeh bisa saja jadi bencana, perihal selembar kertas. Sederhana tapi fatal akibatnya.” Gumam Regi sambil memperbaiki kaitan streples di dokumen Jade Construction. Senyum tipis yang licik terpatri di bibirnya.

“Ya Pak?” Ratu sampai-sampai mencondongkan tubuhnya karena berusaha mendengar gumaman Regi.

Regi meliriknya tajam, “Nggak usah Kepo, Ratu...” gerutunya.

Ratu kembali berdiri sikap sempurna sambil menunggu Regi memperbaiki dokumen.

Lalu gadis itu pun memicingkan matanya, mempertajam penglihatannya.

“Loh? Perasaan itu yang kertasnya karton itu nggak ada tadi waktu saya periksa dokumen.” Ratu sedikit mendekatkan wajahnya untuk memastikan keberadaan kertas itu.

Seketika Regi membeku, ia menghentikan aktivitasnya, lalu kembali melirik Ratu yang masih celingak celinguk penasaran.

“Maksud kamu apa?” desis Regi dengan suara pelan.

“Anuuu, tadi Pak Fajar minta saya double checklist sesuai daftar Pak. Padahal ujungnya ditekuk, pasti kelihatan dong. Mana kertasnya tebal pula... apa saya yang nggak fokus ya waktu meriksa?”

Kenyataan kalau dokumen itu sudah melalui tahap pengecekan dari Corsec membuat Regi menarik nafas dengan gugup. Untuk menutupi kekalutannya ia pun berseru, “Kan Saya Sudah Bilang Kamu Nggak Usah Kepo!!” ia berteriak sangat kencang, sampai Ratu tersentak dan mundur ketakutan mepet belakang.

“Kalau ada yang hilang bagaimana?! Nanti tim kita yang disuruh minta-minta data lagi ke nasabah! Nyusah-nyusahin orang saja kamu ini!!” seru Regi dengan keras.

“A-a-anuuu maaf Pak, saya hanya-“

“Mbak Ratu, Mbak Ratu... Maaf!” Abbas datang dan membawa map. “Tadi diminta Bu Ratri OJK untuk scanning laporan ini. Katanya Urgent.”

“Hah? E-e-eh...” Ratu menatap Regi dan Abbas bolak-balik.

“Ya itu kan memang tugas kamu! Fotokopi! Administrasi! Nggak usah ngurusin kerjaan orang dong Ratu!!” seru Regi lagi.

“Ba-baik Pak!” Dan Ratu pun bergegas mengambil map dari tangan Abbas dan terburu-buru ke mesin scanning di belakang.

Regi menarik nafas dan melirik Abbas, Abbas membalas tatapannya sambil tersenyum getir, lalu berdehem dan segera pergi mengikuti Ratu.

Untung saja Abbas datang di saat yang tepat, kalau tidak ada yang interupsi bisa-bisa Regi menggebrak meja Corsec untuk membungkam mulut Ratu.

“Lihat apa kamu pada?! Kerja nggak becus saja mau tahu urusan orang!” seru Regi ke semua karyawan yang sedang menatapnya. Mereka segera kembali beraktivitas dan mengetik secepat kilat.

Regi Einar.

Manager Marketing, tapi otorita setara Presiden Direktur.

**

“Bas... kapan sih Pak Regi nggak marah-marah. Pusing telinga ini mendengarnyaaaa,” keluh Ratu sambil menscanning dokumen.

Sebenarnya Bu Ratri sih tidak meminta dokumen itu diduplikasi, tapi inisiatif Abbas sendiri karena ia mulai mendengar Regi berteriak. Regi sudah berteriak-teriak sebelum meeting, kode kalau Abbas harus menyelipkan kertas, masa ia harus berteriak lagi selesai meeting? Bisa-bisa besok suaranya habis.

“Kalau saran aku sih Mbak, tapi ya hanya saran sih ya, diikuti nggak apa, diambil ya nggak apa...” Abbas menaikkan kacamata tebal gagang merahnya ke atas hidung, “Kalau sama Pak Regi, nggak usah memulai obrolan kecuali dia yang tanya. Terus nggak usah juga nawarin ini-itu, tunggu dia minta saja.”

“Yaaa, susah Bas, aku kan sekretaris. Nanti dibilang aku sombong kalau cuek.”

“Nggak usah diambil hati lah Mbak, toh yang dibentak bukan cuma Mbak ratu. Hampir semua karyawan di sini diomelin kan? Mesin printer saja sering kena omel dia. Jangankan itu, ada burung hinggap di pohon cemara saja dia omelin.”

“Iya sih...”

“Mukanya nggak usah cemberut begitu dong Mbak. Nanti saya traktir pastel isi daging.”

Wajah Ratu seketika berubah. “Pastel isi daging Bu Jum itu cepet-cepetan loh Bas!”

“Aku kan bisa keluar sebelum jam istirahat Mbak, malah bisa bantuin gorengin segala. Bisa laaaah,”

“Asiiikk!!” seru Ratu mulai berbinar kembali.

“Begitu dong senyum. Apa jadinya kalau ‘dewi penerang gedung’ ini muram kayak tadi, sudah gelap bawaannya aura ruangan ini...”

“Bisa saja kamu Bas! Hahahaha!!” seru Ratu sambil tertawa malu.

“Ya sudah sini dokumennya kubalikin lagi ke Bu Ratri. Hasil Scanningnya diemail ke beliau ya Mbak.” Kata Abbas sambil mengambil map di tangan Ratu. Ia kini tinggal cari alasan ke Bu Ratri kenapa Mapnya sampai discanning segala padahal tidak perlu.

**

“Bas... kamu bisa nyamar jadi simpatisan Partai Mengkudu nggak?”

“OHOKK OHOKK OHOKK!!” Abbas langsung batuk-batuk saat dia mengangkat telepon dari Regi.

“Kamu kenapa langsung batuk-batuk sih?” gerutu Regi. Ia kira tugas yang diberikannya ini begitu sulit bagi Abbas, padahal menurutnya tinggal beli saja seragam di Pasar Senen terus datang ke gedung Partai Mengkudu.

“Keselek... minum...” lalu hening. “Hoeeeh lega. Aku keselek pastel daging.” Kata Abbas, kayaknya dia baru selesai minum.

“Pastel?” Regi mengernyit dan menatap jam di layar komputernya, pukul 11 lewat sedikit. “Kamu lagi makan?”

“Eh?” Abbas terdiam, sadar kalau salah bicara. Regi adalah orang yang sangat mentaati peraturan, jadi bisa jadi akan nyinyir kalau tahu jam segini Abbas sudah istirahat makan.

“Ini baru jam 11.15, belum waktunya istirahat. Kenapa kamu malah sudah di kantin?!” benar kan, Regi langsung menegurnya.

“Emmm... aku lagi  kerja kok, Mas Regi juga mau pastelnya? Sekalian saja kalo begitu.”

“Kamu memang pesuruh tapi membelikan makan karyawan kantor tidak ada dalam jobdesk kamu.”

“Disuruh menyamar jadi anggota Partai Mengkudu juga nggak ada di jobdeskku.” Abbas menyeringai.

Regi mencibir, “Iya kamu benar, tapi ini masih berkaitan dengan kantor sebenarnya. Mau selesaikan misi tidak?”

“Mau, asal nggak usah permasalahkan kenapa aku lagi beli pastel daging.” Abbas merasa ia sudah menang karena Regi tidak mendebatnya lagi.

Regi mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan ujung jari telunjuknya yang ramping dan putih. Ujung kukunya ia sisakan sedikit karena jenis jarinya memang yang kukunya tidak bisa dipotong pendek dan terlalu dalam. Urat kehijauan di sepanjang punggung tangannya mulai kentara kalau ia sedang berpikir. “Kamu tahu Bu Sarah Fadil?”

“Bu Sarah ngomelin aku waktu aku salah beliin nasi goreng tapi kecapnya nggak dipisah.”

“Itu bukan kerjaan kamu sekali lagi, kalau kamu disuruh-suruh dia lagi, bilang padaku. Lagian memangnya ada orang yang beli nasgor tapi kecapnya dipisah?!”

“Kata dia nasi goreng hitam itu tidak estetik.”

“Astaga, Tuhan Jesus di Surga...”

“Astaghfirullah banget nggak sih Mas. Jadi iya, aku nyimpen dendam ke dia. Heheheh. Tunggu.... Tadi Mas bilang, Partai Mengkudu?!”

“Iya.”

“Suaminya Bu Sarah kan Sekretaris Partai itu? Sudah bebas dari penjara itu yang waktu dia ditangkep karena ada penyelundupan narkoboy kongsi sama Mafia Jepang kalau nggak salah.”

“Iya, Hari Fadil nama suaminya. Orang yang harus kamu amati.”

“Bu Sarah itu... masuk ke daftar orang yang harus dipensiunkan?”

“Dia benalu yang sulit dihilangkan, karena Pak Owner masih jaga hubungan dengan suaminya. Masih berseteru namun atas suatu kepentingan Bu Sarah dibiarkan tetap bekerja di Bank. Pihak Pengadilan memutuskan masa tahanannya hanya 15 tahun karena bukti-bukti dianggap kurang relevan.”

“Jadi?”

“Aku sedang meneliti keanehan di pelaporan giro dan deposito milik nasabah Bu Sarah. Kamu tolong telusuri, dari mana asal dana untuk pencalonan Hari Fadil menjadi Anggota DPD.”

“Woh....” Abbas begidik, “Aku jadi merinding.”

“Partai Mengkudu jumlah anggotanya sangat banyak, mencapai puluhan ribu. Nggak sulit dong?”

“Nggak sulit matamu, Mas.” gerutu Abbas.

“Juga...”Regi melirik ke suasana di depan ruangannya. Tampak Pak Fajar keluar dari ruangan Direksi dengan senyum di wajahnya. Itu berarti bisa jadi Felix dan Dimas berusaha mempertahankan Pak Fajar untuk tetap bekerja. Tidak dimutasi dan tidak diberi surat himbauan resign. “Berikan data mengenai Istri kedua Pak Fajar ke Istri Pertama Pak Fajar.”

“Direksi memutuskan untuk mempertahankan Pak Fajar ya Mas? Rencana A gagal dong.”

“Pak Felix berusaha menjegalku.” Regi menipiskan bibirnya tanda geram yang tertahan.

“Siaaaap, dokumen meluncur!”

1
chocochino
aduh Abbas kamu spesialis penyamaran jd rakyat nya keren sampai tak ada yg sadar
chocochino
tiap denger Abbas lgsg awas regi😁
Nararya
lucu... menarik...
chocochino
greget ihh sama kaum sok terdzolimi yg kalau komen pedes ga peduli perasaan orang giliran dibales nge gas gak terima
chocochino
yoga itu bungsu kan ya ,makanya gitu gamau kalah 😁 perlu pembuktian dr Abang dan kakaknya makanya ambiss tp membawa petaka ,tak apa buat pembelajaran supaya gak ceroboh lg
Cicak Speed
gile Eri bner2 dah
𝑀𝒶𝓎𝑀𝑜𝓊
ada Yg lebih sepesifiik ga sih nasib yanto ama eri??atau masih ada lanjutannya??
gregetan aq bentukan mereka kyk gimana..
agustd
cuma mbk angspoer author 👍👍👍👍👍 yang awet di sini ,suwon pokoeeee semoga lancar rejeki dan sehat terooooosss🙏🙏🙏
Tutik Rahayu
wah para waris ini kok pada labil kurang hebat dg mentor2nya ..pas komandannya Arman ..kayaknya menang teros lho
Tutik Rahayu
sita dari kecil temenan sama glady anaknya pak Arman sama2 bikin pusing ....
bukannya sita dari kecil udah ikut Sebastian ya d asuh sama milady dan suka main ketempat glady
Tutik Rahayu
wah saingan cintanya rahwana ini
city
siyoga kmna yahh
Tyaga
benci karena kmu iri akan kehebatannya
ada saatnya kmu juga akan jd orng yang hebat Yoga..
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝐀⃝🥀𝐀му𒈒⃟ʟʙᴄ🍟
tetep wae yaaa jaga gengsi 🤣🤣
Tyaga
endorse momypoko yaa madam 😂
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝐀⃝🥀𝐀му𒈒⃟ʟʙᴄ🍟
sengaja tidak melawan kah Regi?🤔🥺
Tyaga
dasar labil kamu Yoga
Tyaga
anjrittt... jadi pengen gw 🤣🤣
suminar
kebangetan😔
suminar
😅😅😅😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!