Istri Barbar Tuan Muda

"Kyaaaa….!" Alina agak menjerit karena kaget.

"Suuuttt…! Ini aku Sandra. Al, Kamu sedang apa, di sini??"

"Mbak Sandra, kamu? Ya ampun, jantung aku hampir copot, Mbak!"

"Kamu ngapain, kelayapan di sini Al? Ini itu daerahnya mama kalau mama tahu, kamu ada di sini, bisa-bisa kamu dimarahin sama dia, dan bisa-bisa, kamu kena semprot sama, dia!"

"Maaf mbak, aku turun ke sini tuh, niatnya mau mencari mbak Sukma atau Mbak Sandra, ada hal yang ingin aku bicarakan sama, kalian!"

"Ya udah, ayo kamu ikut aku ke kamar! Ayo!"

Sandra akhirnya membawa Alina pergi ke dalam kamarnya, sebelum mama mertuanya melihat mereka.

Klik!

Wanita itu langsung menutup dan Mengunci pintu kamarnya.

"Ayo sekarang kamu katakan, apa yang ingin kamu bicarakan padaku, dan juga kepada Sukma?"

Namun tiba-tiba. Dahi gadis itu tampak berkeringat, dan wajahnya pun menjadi sangat pucat

"Ya ampun, Al. Kamu sedang sakit? Terus ngapain, kok kamu kelayapan keluar kamar. Kalau saat ini kamu sedang, sakit??"

Tanya Sandra sembari memegang dahi Alina

"Tuh kan, ini Kamu demam loh Al, cepat kamu kembali ke kamarmu!"

"Tapi Mbak, aku kan mau ngomong sama Mbak Sandra!"

"Udah gampang, ntar aku ke kamar kamu! Sekarang kamu balik aja ke kamar kamu, takut nanti, mama tahu kamu kesini nemuin aku, yuk! Aku antar kamu pergi ke kamar kamu,!

"Beneran nih Mbak, aku nggak apa-apa, aku hanya demam biasa kok, cuman masuk angin. Aku mau di sini dulu Mbak, kalau aku di kamar. Nanti aku tambah pusing deh, nggak ada temen ngomong, Mbak!"

"Fyuuhhhhh…!" Sandra, membuang nafasnya. "Yaudah deh, terserah kamu," jawabnya.

"Mbak, aku mau tanya. Mbak beneran mau pergi dari rumah ini bersama mbak Sukma, dan kedua putrinya??"

"Siapa yang mengatakan itu, Al?"

"Mbak Sukma, semalam dia menemuiku Mbak, dan dia juga mengatakan semuanya kepadaku termasuk soal mbak Sandra, juga!"

"Jadi kamu sudah tahu, soal aku ya Al? Iya, aku dan Sukma akan pergi dari rumah ini,tapi kami belum menentukan kapan waktunya. Awalnya aku nggak akan cerita sama siapapun, tentang keadaan aku, tapi ternyata Sukma mengetahuinya, saat aku terima telepon dari Akas kekasihku, dan semalam, sebelum Sukma menemuimu dia terlebih dahulu menemuiku ke kamar ini. Dan akhirnya aku terpaksa jujur semuanya kepada dia,"

Jawab Sandra seraya menghela nafasnya.

"Mbak aku pun ingin pergi dari rumah ini, tapi aku bingung soal ayah, soal ibu, dan juga adikku Aura. Mama mertua kita sudah memberikan rumah, juga usaha kepada ayahku. Aku tidak akan mungkin tega Mbak, membiarkan ayahku bekerja keras lagi seperti dulu. Apalagi sebulan lagi, ayahku akan menjalankan operasi kedua, tentu semua itu memakan biaya, Jadi aku pasti akan berpikir ulang untuk pergi dari rumah ini,"

Ungkap Alina dengan wajah yang sendu.

"Ya Al. Aku ngerti kok dengan posisi kamu, yang penting kamu harus selalu sabar ya Al. Semoga saja, kamu tidak bernasib sama seperti aku, dan juga seperti Sukma, mungkin keputusanku ini akan melawan ayahku, dan juga keluargaku, tapi aku harus lakukan demi masa depanku Al. Jujur aku memikirkan semua ini selama 6 tahun lamanya, Tapi, selama 6 tahun itu pun, aku tidak pernah mendapatkan cinta, dan dihargai di rumah ini sebagai seorang istri tuan muda,"

Kata Sandra seraya memegangi tangan madu ketiganya, yaitu istri dari suaminya.

"Selama ini, mama mertua kita, tidak tahu kalau, Mbak Sandra dan dan tuan muda tidak pernah, tidur?? 6 tahun, bukan waktu yang sebentar loh Mbak, masa mama tidak pernah mengetahuinya? Dan mama malah menyangka Mbak Sandra itu mandul?"

Tanya Alina, Seraya menatap lekat sang istri pertama suaminya itu.

"Dua minggu setelah aku menikah dengan tuan muda, Mama memintaku untuk mengecek kesuburanku ke dokter, karena mama memintaku, agar segera hamil. Sebenarnya aku tidak ada masalah apa-apa Al, soal kandunganku juga kesuburanku, dan yang mengatakan aku mandul itu, adalah tuan muda sendiri bukan aku. Entah apa maksud dan tujuan tuan muda mengatakan hal itu kepada mama. Tapi yang jelas, sampai saat ini, dia tidak pernah menyentuhku. Lalu setelah mama mengetahui aku mandul. Mama langsung menjodohkan tuan muda dengan Sukma, yaitu pacarnya tuan muda, sebelum aku menikah dengan, tuan muda,"

Jelas wanita itu Seraya terus saja menghela nafasnya.

"Jadi Al, pernikahanku dan tuan muda, begitupun pernikahan Sukma dan tuan muda, hanya selisih dua minggu, jujur. Awalnya aku merasa iri kepada Sukma, dia disayangi dan dicintai oleh mertua dan juga suami, sedangkan aku. Aku hanya dipandang sebelah mata oleh mama mertua, begitupun tuan muda, karena aku dikatain mandul, namun, aku juga tahu alasan tuan muda tidak pernah menyentuhku, awalnya mungkin karena dia tidak mencintaiku. Lalu setelah Sukma hadir, yang dia cintai adalah Sukma, bukan aku, hanya saja keluarga ini sangat menentang sekali, namanya perceraian, jadi aku diginiin sampai sekarang. Aku tadinya mengira, awalnya Sukma akan baik-baik saja di rumah ini, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, karena ambisi mama, yang terus meminta anak laki-laki dari Sukma, sampai dia harus Kehilangan rahimnya,"

Imbuh wanita itu panjang lebar. Sedangkan Alina sekarang menjadi geram terhadap sikap suami dan mertuanya yang semena-mena terhadap para menantu di rumah itu.

Di tempat lain, Utami kini sedang kebingungan mencari orang yang memecahkan guci di dekat pintu kamarnya.

"Siapa itu? Kok nggak ada siapa-siapa?" gumam wanita itu sembari celingukan kanan kiri.

"Tidak mungkin guci ini pecah, dengan sendirinya. Kalau tidak ada orang yang memecahkannya," gumamnya lagi.

Wanita itu kemudian menuruni tangga dan turun ke lantai bawah. Namun saat di tangga, dia melihat dua pelayan Alina dengan seorang dokter. Hendak menuju lift.

"Sari, Mita!" ucapnya.

"Nyonya besar,," Sari dan Mita menunduk.

"Kalian membawa Dokter untuk, Alina?" tanya Utami.

"Iya Nyonya,"

"Ou, baiklah, silahkan! Dokter Santi, sekalian kasih tau menantu saya, cara-caranya, agar dia bisa segera hamil." ucap Utami, penuh harap.

"Iya Nyonya," jawab dokter Santi.

"Kalau begitu, kami ke atas dulu, Nyonya!" pamit  Sari dan Mita.

Utami hanya memberikan kode, dengan mengibaskan tangan kirinya, yang menandakan, Sari dan Mita agar segera pergi bersama dokter itu.

Begitu sampai di dalam kamar Alina. Sari dan Mita tidak menemukan di mana Alina berada, mereka kebingungan, karena nona mudanya, tidak ditemukan di manapun.

"Mit, cepat kasih tahu tuan muda! Non Alina nggak ada di kamarnya!" suruh Sari

"Sebentar Sar, jangan-jangan non Alina sedang bersama tuan muda, saat ini!" jawab Mita menerka-nerka.

"Ya udah buruan gih! Kamu cari tuan muda. Siapa tahu, non Alina, sedang bersama tuan muda sekarang,!"

Mita akhirnya pergi untuk menemui Arya, karena baik Mita, maupun Sari, mereka sudah dikasih tahu, di mana mereka harus menemukan Arya di rumah itu. Sedangkan Sari dan dokter itu, sekarang menunggu, di dalam kamar Alina.