Cahaya?

[ WARNING ]

1. BANYAK KATA - KATA KASAR.

2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.

3. MAKLUMI TYPO.

4. KOMENTAR YANG SOPAN.

5. HARGAI KARYA PENULIS.

TERIMAKASIH!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...

Matahari mulai muncul, menandakan pagi sudah tiba. Aurel sudah siap dengan setelan kemeja dan jeans formal nya seperti biasa.

"Gue ga pake sopir. Lo bisa nyetir atau gue aja?" Tanya Renza dengan tetap melangkahkan kaki nya menuju mobil.

"Gue bisa bawa mobil, biar gue aja." Ucap Aurel.

Renza langsung memberi kunci mobil nya pada Aurel.

Aurel menerima dan masuk di kursi pengemudi. Memasang seatbelt lalu saat Renza sudah siap di kursi tengah, ia mulai menjalankan mobil nya keluar garasi mewah itu.

Aurel mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang.

"Kita pulang jam berapa, tuan?" Tanya Aurel melirik kaca tengah.

"Sebelum makan siang."

"Gue cuma di suruh papa ikut rapat pagi sebentar."

Aurel mengangguk mengerti, lalu mereka sama - sama diam dalam kesunyian di mobil.

...----------------...

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, akhirnya, mereka sampai di perusahaan Elzbeta Company.

Renza melangkah memasuki perusahaan milik ayah nya itu dengan langkah tegas, di ikuti oleh Aurel di belakang nya.

"Lo ga perlu masuk ke ruang rapat."

"Tunggu di depan aja."

Aurel mengangguk paham.

"Selamat pagi tuan muda."

"Tuan muda, anda sudah di tunggu di ruang rapat." Ucap salah satu karyawan dengan sopan.

"Iya, saya segera kesana."

"Baik."

Renza lanjut melangkahkan kaki nya ke ruang rapat di antar oleh karyawan tadi, sedangkan Aurel memilih menunggu di depan.

Setelah memastikan kepergian Renza, Aurel memasang earphone ke telinga nya, menghubungkan panggilan entah pada siapa.

"Sekarang, aku harus kemana?" Ucap nya yang kemudian di balas oleh suara dari sebrang sana.

...----------------...

Sekitar 2 jam rapat berjalan, terlalu membosankan bagi Renza. Setelah mendapat persetujuan dari sang ayah, ia langsung berjalan keluar dari ruangan rapat.

Mengedarkan pandangan nya, ia mencari si pengawal perempuan nya itu, namun mata nya tidak menemukan sang empu. Akhirnya, ia mengeluarkan ponsel nya, menelfon gadis itu.

"Lo dimana?" Tanya Renza to the point.

"Gue di toilet, tuan udah selesai?"

"Hmm. Cepet balik, gue udah laper banget."

"Iya, tunggu sebentar." Setelah nya, telfon di matikan.

Dari sebrang sana, Aurel menyusun kembali berkas - berkas yang berantakan di atas meja, beberapa lembar kertas ia simpan ke dalam tas yang entah sejak kapan ia bawa.

Lalu, dengan santai ia keluar dari ruangan, berpapasan dengan seseorang. Secepat kilat, posisi tas di tangan Aurel di ambil alih oleh orang itu. Aurel melirik cctv yang mengarah pada nya, senyum tipis terbit di wajah nya, menandakan tugas nya berhasil.

Di tempat lain, seorang wanita paruh baya sekitar umur 40 hampir 50-an, terlihat mengamati layar laptop nya sambil tersenyum tipis. Lalu, ia mengeklik tombol delete untuk menghapus jejak.

Entah apa yang mereka lakukan.

...----------------...

Sesampainya di mansion, Renza langsung di siapkan makan oleh para pembantu nya, sedangkan ia sendiri mengganti baju nya di kamar.

Aurel? Setelah pulang, Aurel kini sedang memasak makanan untuk diri nya sendiri di dapur kotor khusus pembantu. Menggunakan bahan - bahan seadanya, telur, nasi, kol, dan bawang - bawangan, Aurel menyulap bahan itu menjadi nasi goreng.

"Wah.. Wangi banget masakan kamu." Ucap bi Siti yang kebetulan sedang lewat.

Aurel sedikit tersentak lalu hanya merespom dengan senyuman.

"Porsi nya banyak banget, kamu habis makan nya?" Tanya bi Siti.

"Habis bi, biasa nya juga segini kok." Jawab Aurel sambil tersenyum canggung.

"Kurus - kurus, kuat makan juga kamu." Canda bi Siti menepuk pelan bahu Aurel lalu pergi.

Aurel melirik kepergian bi Siti sekilas, lalu menatap nasi goreng buatan nya. Bohong kalau ia habis makan sebanyak ini.

Ia memang sengaja masak banyak, karena berniat untuk membagi nya dengan Alvarez. Ia tau, tidak ada yang memberi Alvarez makan saat siang. Hanya saat malam, Kinara akan memberi Alvarez makan. Karena, saat siang, semua sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing.

Aurel menyiapkan dua piring, satu piring untuk nya, satu piring untuk Alvarez. Setelah memastikan rumah sepi dan semua sibuk dengan aktivitas masing - masing, ia mulai berjalan dengan membawa dua piring dan sebuah kain menuju ke tempat tersembunyi kemarin.

Menelusuri lorong yang cukup panjang, juga sepi, Aurel menekan tombol di rak, lalu rak itu pun terbelah dan terbuka menampakkan keadaan gelap di dalam sana.

.

.

.

...•BERSAMBUNG•...