NovelToon NovelToon
Cermin Warisan

Cermin Warisan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Zulia Almanshur

Aku pandangi cermin besar di hadapan ku , di samping nya terdapat ukiran memutar ke sekeliling cermin .

" Cermin yang sangat indah " . Gumam ku mengagumi cermin dinding yang lebar nya satu setengah meter dan panjang dua setengah meter ini .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zulia Almanshur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Mimpi Aneh

Aku berjalan menuju luar rumah , tak ku lihat lagi bapak di ruang tamu mungkin bapak jalan - jalan pagi atau ke samping rumah .

Suasana pagi hari memang sangat sejuk di sini .

" Benar - benar udara yang sangat bersih " . Gumam ku .

Aku sangat menikmati udara pagi di desa ini .

" Sampean rumah nya di mana tho dek , kok kayak nya baru kali ini saya lihat " . Sapa pemilik warung kelontong .

" Saya putri nya pak Sadimun bu " .

" Uwalah keponakan nya Sarmila tho ? " .

" Iya bu " .

" Ayu tenan kowe nduk , ini bawang nya , kembalian nya tujuh ribu pecahan lima ratus semua bulek masukin di dalam kantong nya ya nduk takut jatuh jadi di masukin saja " .

" Makasih banyak ya bulek " .

Aku kembali ke rumah bulek Sarmila , yah sejak mbah kung dan mbah uti meninggal dunia , atah ku selalu mengajak menginap di rumah adek bungsu nya bapak . Alasan bapak yang paling dekat sama rumah mbah .

Seharian aku hanya melibat kan diri dengan aktifitas ibu ku . Kalau ibu ku tidur ya aku juga ikut tidur . Sore hari nya bapak menemui teman nya , aku dan ibu memilih di rumah saja menemani bulek .

Bapak ternyata belum pulang juga padahal sudah masuk sholat Isya' . Menunggu bapak pulang ternyata membuat ku sangat mengantuk dan memutuskan untuk tidur lebih dulu pada ibu dan bulek Sarmila .

Pagi sudah kembali datang . Suara ayam jantan menjadi penanda kalau matahari akan muncul dari peraduan nya .

 Aku membuka mata dan bangun perlahan , entah kenapa rasa nya badan ku pegal - pegal .

Tangan ku menyibak gorden jendela , ku lihat ke arah ke luar dan kembali menutup nya . Tanpa pikir panjang , aku mengambil karet rambut dan menguncir rambut ku .

Ku langkah kan kaki ku ke luar kamar , sepi tak ada suara siapa pun .

" Bapak ,, Ibu ,, Bulek ,, " .

Hening tak ada satu pun yang aku panggil menjawab . Karena penasaran , aku berjalan menuju dapur tapi keadaan sama tak ada siapa pun di sana bahkan tungku memasak pun tak tampak di gunakan .

Aku kembali berjalan menuju keluar rumah bahkan aku susuri pekarangan depan dan samping rumah , karena penasaran yang terus mendera aku kembali menuju halaman depan .

Sesampai nya di halaman depan pemandangan yang aku lihat tampak berbeda . Rumput - rumput liar menjulang tinggi , semak belukar juga memenuhi samping - samping rumah dan jalanan .

Aku semakin bingung , ada di mana aku ini terlebih saat aku berbalik melihat keadaan rumah yang sangat jauh berbeda . Bangunan rumah tampak reyot dan suram . Sarang laba - laba memenuhi depan rumah .

Sreeekk !!

Aku terdiam saat mendengar ada suara dari arah belakang ku .

Perlahan aku balikkan badan dan mencari sumber suara .

Aku mematung dengan bibir terkatup rapat . Di hadapan ku kini berdiri sosok perempuan yang tinggi dengan rambut panjang menjuntai sampai tanah . Gigi taring nya mencuat keluar sampai mendekati leher nya , mata nya juga merah menyala dan di tangan nya memegang gendang yang berlumuran cairan merah yang aku duga itu darah .

Gendang itu di pukul nya dan sekali pukul suara gendang itu sangat memekakkan telinga . Aku menjerit dengan kencang selain terkejut aku juga sudah sangat takut .

" Aaaarrggghhhh !! " .

" Astaghfirullah , nduk ada apa ? " . Suara ibu ku terdengar jelas di telinga .

Dengan susah payah aku buka mata ku melihat sekitar , dan benar saja kalau di samping ku sudah ada ibu dan bulek Sarmila .

" Kamu mimpi apa nduk sampai berteriak begitu " . Bulek Sarmila juga mencecar ku dengan pertanyaan .

" Ndak ada apa - apa bu , bulek , Viya cuma mimpi aja kok " .

" Ya sudah sekarang kamu lekas bangun , mandi dan juga sarapan " . Ibu berusaha menenangkan ku .

Aku hanya terdiam memikirkan kejadian yang aku anggap benar - benar nyata itu . Ku pijat pelipis ku yang tiba - tiba terasa pusing .

" Nduk , ayo ibu temani ke kamar mandi " . Panggil ibu sembari melongok kan kepala nya ke dalam kamar .

" Iya bu sebentar Viya ambil baju ganti dulu " . Tak mau ambil pusing yang barusan aku rasa , aku memilih bergegas ke kamar mandi membawa serta baju ganti .

***

Hari lumayan terik , badan ku pun sudah mulai terasa segar . Bapak ibu dan juga aku berpamitan pada bulek Sarmila dan tetangga di sekitar nya yang kebetulan ada di depan rumah .

Beruntung kami memiliki kendaraan sendiri jadi tak repot harus mencari ojek atau delman untuk menuju jalan besar utama tempat menunggu bis antar kota yang lewat .

Saat mobil sudah mulai berjalan aku membuka obrolan pada bapak .

" Pak , boleh nanya sesuatu ? " .

Ibu yang duduk di samping ku di kursi penumpang hanya melirik ku saja .

" Mau nanya apa nduk ? " . Jawab bapak yang tetap fokus melihat arah depan , sesekali bapak menyapa warga yang kebetulan lewat atau sedang berada di luar rumah mereka .

Kami tetap mengikuti tata krama yang ada , jika lewat menyapa siapa pun yang di lewati bahkan sekalipun rak di kenal nya sebagai tanda hormat , oleh karena itu sebelum sampai ke jalan besar utama , kaca pintu mobil kami buka semua .

" Sebenar nya apa yang terjadi sama Viya pak , jujur Viya masih sangat takut " .

Bapak membuang napas dalam tanpa mengatakan apapun bapak tetap fokus ke depan . Sedangkan aku tak lagi berani bertanya . Ibu yang juga mendengar pertanyaan ku pun hanya mengusap lengan ku saja .

Sejam kemudian saat kami sudah memasuki batas kota bapak membuka suara .

" Nduk " .

" Iya pak ? " . Aku yang sedari tadi memutuskan melihat pemandangan di samping - samping jalan sembari memotret nya sedikit terkejut .

" Jangan pikirkan mimpi kamu tadi ya nduk , itu hanya bunga tidur karena kamu sudah sangat capek " .

" Tapi itu rasa nya nyata loh pak " .

" Iya sayang , ibu dan bapak tau tapi kamu ndak boleh sampai kepikiran terus " . Ibu ku pun ikut menimpali .

" Oh ya nduk cermin kamu juga datang hari ini " .

" Loh kapan ngangkut nya pak " .

" Tadi sebelum kita berangkat sudah di angkut , mereka yang bawa cermin nya berangkat lebih dulu sebab jalan pelan takut cermin rusak " .

" Alhamdulillah , matur nuwun ya pak akhir nya Viya punya cermin besar yang indah juga " .

Aju kegirangan mengetahui cermin akan datang . Siapa yang tak senang bisa memiliki cermin berukuran besar dan cantik seperti itu , belum lagi itu gratis kalau beli sendiri pasti sangat mahal .

Aku jadi tak sabar segera menata cermin itu di salon ku .

" Jangan lupa setiap hari di bersihkan nduk , kalau sudah selesai di gunakan di tutup sama kain penutup nya " .

" Kenapa harus di tutup pak ? " .

" Pesan nya budhe kamu begitu , kata nya sih biar cermin nya awet ndak mudah pecah atau rusak " .

" Iya pak , Viya ingat - ingat itu " .

Sebetul nya aku merasa aneh saja , kan cermin nya ada di dalam ruangan kenapa harus di tutup segala .

1
Zulia Almanshur
makasih banyak , mohon dukungan nya ya .. nanti pasti mampir kl sudah senggang
Erlina Arlena
ceritanya bagus, aku suka, semangat thor
Zulia Almanshur: makasih banyak , mohon dukungan nya ya kak .. masih oemula 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak
Zulia Almanshur: Salam kenal juga kak Anita .. waah .. sudah senior nih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!