NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4

"Aneh banget kamu hari ini, ada masalah ya?" Lagi-lagi aku mendengar pertanyaan yang sama untuk ke-100 kalinya. Sepertinya Kezia tidak akan bosan menanyakan pertanyaan yang sama sebelum aku memberi tahu dia yang sesungguhnya. Jam istirahat sudah aku rencanakan untuk menyelesaikan tugas biologi yang baru saja diberikan oleh Pak guru, tetapi mungkin itu akan mustahil. Kezia duduk di samping ku sambil memaksa ku untuk bercerita. Aku tidak tega melihat dia yang begitu baik seperti ingin memberi solusi harus menangis demi mendengarkan cerita ku.

Aku menutup buku biologi. Aku merapikan peralatan sekolah ku, lalu aku memasukkan barang-barang yang ada di atas meja ku kedalam loker. "Ayo." Aku mengajak Kezia keluar dari kelas. Aku tidak nyaman kalau bercerita di tempat yang ramai. Aku membawa Kezia ketaman sekolah kami. Tempat itu sepi, jarang ada siswa/i ataupun guru yang datang kesana.

Aku mengambil posisi duduk ternyaman ketika sudah sampai di tempat tujuan. Aku sudah menyiapkan diriku untuk bercerita kepada Kezia. Kejadian kemarin membuatku merasa sedih. Bukannya aku tidak mau bercerita kepada Kezia, hanya saja aku tidak ingin membuat diriku ini bersedih lagi.

"Kamu pernah bermimpi kan? Maksud aku, kamu pasti pernah mimpi waktu tidur, iya kan?"

"Semua orang pernah kok, Tar. Ada apa? Kamu bermimpi buruk lagi?"

"Ini, sebenarnya ini lebih dari mimpi buruk. Bang Ray, kemarin dia masuk kedalam mimpi ku Kez, dia seolah-olah menyukai ku, tapi tidak suka sepenuhnya. Aku merasa kalau dia menyuruh ku untuk pergi, mungkin dia juga membenci ku."

"Maksud kamu?" Kezia mengerutkan keningnya. Dia mencoba mengelola perkataan yang aku sampaikan kepadanya. "Tunggu, tunggu, Bang Ray masuk kedalam mimpi kamu, terus kamu mikirnya kalau mimpi kamu itu nyata? Iya, kan? Kamu juga mengira kalau dia suka sama kamu, padahal itu hanya mimpi. Kemungkinan dia masuk ke mimpi kamu karena kamu selalu memikirkan dia. Kamu mungkin merasa kecewa ketika yang kamu harapkan tidak sesuai dengan yang kamu mau. Berarti kamu langsung terbangun?"

Aku menggeleng. "Sebenarnya Mama membanguni ku, aku baru saja ingin mendengar apa yang mau dia sampaikan, tetapi Mama merusak segalanya. Walaupun itu mimpi, aku tetap senang karena dia juga menyukai ku."

Kezia menatap aku dengan mengerutkan dahinya. Mungkin dia berpikir kalau teman nya ini sudah gila. Bagaimana mungkin bang Ray menyukai ku, dia bahkan tidak mengenal aku. Dia juga tidak tahu kalau aku ada.

Suara tertawa terdengar mendekat kearah kami. Aku dan Kezia menoleh kearah suara itu berasal. Mereka semakin dekat, kini aku bisa melihat mereka. Rombongan laki-laki dengan penampilan yang rapi dan suara tawa yang candu. Mereka melewati aku dan Kezia, sekilas aku melihat bahwa laki-laki yang berjalan paling depan memberi kami senyuman. Aku tidak membalas senyuman dia, aku memberi wajah datar kepadanya, sementara Kezia mungkin hatinya sudah berbunga-bunga.

"Tunggu aku kawan!" Suara ini tidak asing bagiku. Aku menoleh kearah suara yang baru saja muncul. Aku menatap dia lama, jantungku berdetak kencang kembali. Wajah ku panas, mungkin memerah. Dia merangkul teman nya sambil tertawa bersama. Dia sangat manis ketika tersenyum.

Sekilas dia mengalihkan pandangannya kepada ku. Dia menatap aku bingung, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak mau dia menganggap aku sebagai orang aneh, akhirnya aku memberikan dia senyuman sebagai sapaan kepada senior. Dia terdiam selama beberapa detik, di detik berikutnya, dia membalas senyuman ku. Dia mengalihkan pandangannya ke depan, lalu dia pergi menyusul teman-teman nya.

Jantung ku tidak stabil. Aku memegang kepalaku seolah aku sedang stress. Kezia yang selalu membawa minuman kemana pun memberikan minuman nya kepadaku. Dia menyuruh aku minum dan menenangkan pikiran. Wajah ku sangat merah, mereka terasa panas, pantas saja bang Ray melihat ku dengan penuh kebingungan. Mungkin dia pikir aku sedang sakit, mungkin, atau dia sama sekali tidak memikirkan nya.

"Kita masuk ke kelas aja yok Tar. Aku kasihan melihat kamu, kamu sudah seperti orang yang tidak waras lagi." Kezia menarik tangan ku dengan lembut. Dia membawa aku masuk kedalam kelas. Perkataan Kezia ada benar nya juga, aku seperti orang yang tidak waras.

Kevin menatap ku dengan aneh. Di wajah nya penuh dengan pertanyaan, dia ingin cepat-cepat menanyakan apa yang terjadi kepadaku, Kezia masih duduk dibangku Kevin, Kevin terpaksa duduk dibangku teman sekelas yang masih kosong.

Kezia memberi aku nasihat, aku tidak boleh langsung baper karena bang Ray memberiku senyuman. Jika aku tidak memberi dia senyuman terlebih dahulu, dia tidak akan memberi aku senyuman.

Bel kembali berbunyi, Kezia kembali ketempat duduknya, begitu juga dengan Kevin. Kevin langsung menanyaiku apa yang baru saja terjadi. Aku menghela napas sebelum bercerita. Kevin adalah teman ku yang sangat baik, aku selalu membuat dia menjadi teman curhat ku. Walaupun dia laki-laki, rasanya nyaman ketika menuangkan semua isi hati kepadanya.

Aku mulai bercerita dari mimpi ku kemarin kepada Kevin. Dia menyimak dengan baik, dia tidak memotong pembicaraanku, jika dia ingin memberi pendapat, dia akan memberikannya diakhir. Selang beberapa menit, aku menceritakan apa yang terjadi di taman sekolah tadi. Aku sangat bersemangat untuk bercerita, aku melupakan tugas biologi yang diberikan oleh pak guru, aku mengabaikan teman ku yang memanggil dan yang meminta jawaban.

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku bercerita kepada Kevin. Dia tetap setia mendengarkan ceritaku yang mungkin bagi nya terasa bosan. Dia menghela napas, aku tersenyum, aku menunggu jawaban apa yang akan diberikan nya kepadaku.

"Ayolah kerjakan tugas biologi ini saja."

Kevin tidak merespon ceritaku, aku tidak sakit hati sama sekali. Kevin mulai mengerjakan tugas biologi dengan serius, aku pun mengikuti dia. Sekitar 20 menit, kami sudah selesai mengerjakan tugas biologi, kami menyamakan jawaban kami, lalu kami mengumpulkan nya kepada pak guru.

Pak guru mengangguk ketika kami mengumpulkan tugas biologi tersebut, aku dan Kevin hanya tersenyum bingung. Saat hendak mau kembali ketempat duduk, pak guru memberi kami pertanyaan yang tidak masuk akal. Bukan bapak ini saja yang menanyakan hal yang sama, guru-guru lain juga menanyakan hal yang membosankan itu untuk kesekian kalinya.

"Kevin, Tarasya pacar kamu, kan?" Pak guru menatap Kevin dengan penuh keyakinan. Aku heran kenapa guru-guru disekolah ini selalu bertanya seperti itu. Jelas-jelas kami hanya teman. Pacaran dari mana coba?

"Aku punya pacar, tapi bukan Tarasya." Perkataan Kevin membuat seluruh orang yang ada di kelas menatap nya. Aku dan pak guru terdiam. Aku tidak percaya kalau Kevin mempunyai pacar. Aku tidak tahu apa yang salah dengan diriku, hatiku rasanya sakit. Apa karena teman terbaikku sudah punya pacar ya?

"Kamu membuatku kecewa, Kevin. Duduklah kalian."

Kevin tidak memperdulikan perkataan pak guru. Dia langsung duduk ke bangkunya, aku mengikuti Kevin dari belakang, kini kami duduk di bangku kami. Aku ingin mengajak Kevin berbicara, tapi aku takut. Aku takut pacarnya akan cemburu jika kami terlalu dekat.

"Maaf," ucapan itu berhasil membuat lamunan ku hancur. Maaf untuk apa? Mengapa Kevin meminta maaf kepadaku?

"Aku berbohong. Aku tidak punya pacar. Aku muak para guru selalu menanyakan hal yang sama tentang hubungan kita berdua. Aku tahu kamu menyukai orang lain, jika aku mengatakan kalau kita pacaran, mungkin kamu akan sakit hati dan marah kepadaku."

Aku lega karena Kevin tidak punya pacar. Aku masih bisa bercerita kepadanya, tertawa bersama, belajar bersama, bermain bersama, dan masih banyak lagi. "Tidak apa-apa, aku memaklumi nya dan terimakasih sudah mengerti perasaan ku. Kamu memang teman terbaik yang pernah ada dalam hidupku, Kevin."

Sekilas aku melihat raut wajah kesal Kevin, dia sengaja menghadap ke kiri supaya aku tidak bisa melihat wajah nya. Mungkin dia masih kesal karena pertanyaan guru yang selalu sama. Itulah menurutku.

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!