NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 2

SKUAT INDIGO 2

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / spiritual / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Amelia dan Akbar kembali berpetualang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4 OMAH MEDI

Sebuah bangunan tua yang sudah tidak terpakai. Rumah berukuran sedang dengan halaman yang luas mengitarinya. Terletak di ujung perkampungan menjauh dari rumah-rumah warga. Orang-orang di sana mengenalnya dengan sebutan “Omah Medi” (rumahnya para hantu). Meski begitu rumah itu tidaklah semenyeramkan julukan yang disematkan oleh entah siapa yang dari dulu memulainya. Memang rumah kosong itu terkesan angker karena sudah sejak lama ditinggal dan tidak ditempati oleh pemiliknya. Tapi ada seorang warga yang dipercaya untuk menjaga dan merawatnya. Namun tetap saja karena tidak dihuni jadilah rumah itu memberikan kesan sunyi yang mencekam bagi orang-orang di sana terlebih ketika waktu malam.

Di rumah itulah kini Akbar dan Amelia berada. Bagi mereka berdua yang memiliki kelebihan rumah itu menampilkan wujud yang berbeda. Sesuai dengan nama yang disematkan kepada rumah tersebut memang di bangunan itu dihuni oleh banyak makhluk-makhluk tak kasat mata. Amelia pun memahami mengapa ia harus ke rumah ini. Aura pekat dari para penghuni di sana bisa menyembunyikan dirinya dan juga Akbar dari pencarian siapa pun. Makhluk-makhluk itu pun bukanlah golongan yang berniat buruk. Mereka hanya tinggal di sana tanpa mempunyai agenda apa-apa. Mereka juga tidak membuat usil kepada warga kampung. Dari sejak zaman dahulu jin-jin dan siluman-siluman itu memang sudah menghuni tanah dan bangunan tersebut. Apabila ada orang yang bermaksud jahat atau iseng salah satu dari mereka akan menyentilnya.

“Kamu heran kenapa aku bisa diterima di sini?”, tanya Akbar kepada Amelia yang menampakkan raut muka kebingungan.

“Kenapa?”, tanya Amelia.

“Itu karena aku sopan. Makanya kamu jaga sopan santun di sini. Kalau dikasih tahu nurut saja tidak usah banyak protes”, tegas Akbar dengan sedikit meledek.

Amelia tetap tidak percaya dengan pernyataan kawannya barusan. Kelakuan Akbar tidak ada sopan-sopannya sama sekali dimatanya. Ia tidak mau terus dikibuli oleh om-om tua itu.

Memang sudah sepantasnya Amelia untuk tidak mempercayai semua kata-kata Akbar. Sejatinya dulu ketika Akbar muda yang sedang dalam pelarian dari kejaran banyak orang masuk ke dalam rumah ini untuk bersembunyi. Sebetulnya ia juga tahu kabar burung tentang Omah Medi tapi waktu itu keselamatan hidupnya lebih utama. Ia pun berhasil lolos dari kejaran orang-orang yang memburunya dengan masuk ke dalam rumah itu. Tapi ketika petang menjelang Akbar benar-benar menjadi bulan-bulanan oleh para penghuni Omah Medi. Ia dihajar dan dikerjai habis-habisan. Tapi karena tekadnya yang kuat untuk sementara menetap di sana guna mengelabui musuh-musuhnya para penghuni Omah Medi pun memberikan tampungan untuknya.

Tujuan mereka berdua ke Omah Medi tidak hanya untuk sekedar bersembunyi. Maksud utama mereka berada di tempat itu adalah karena Amelia. Sesuai pesan yang diterima oleh Akbar di sana Amelia akan melakukan latihan berkenaan dengan kemampuan matanya yang masih belum sepenuhnya ia keluarkan dari potensi besarnya. Mata Amelia bisa menerawang sejauh samudera dengan hanya memiliki atau menyentuh benda dari orang yang hendak dilihatnya. Itulah ajakan yang diutarakan oleh Akbar ketika datang menjemput Amelia. Karena sebentar lagi mereka berdua kembali akan terlibat dalam sebuah pertempuran yang besar. Dan kemampuan Amelia ini sangatlah dibutuhkan dan sangat menentukan bagi mereka.

Malam itu juga Amelia langsung memulai pelatihannya. Kemampuan yang sudah sering ia rasakan kehadirannya tapi jarang ia gunakan. Ia memulai dengan sebuah kaos yang diberikan oleh Akbar.

“Kenapa dia berada di Jakarta?”, tanya Amelia.

Akbar terkejut. Hanya beberapa saat setelah Amelia memegang kain itu ia bisa langsung mengetahui keberadaan Guntur. Akbar dibuat kagum sekaligus ngeri dengan sosok Amelia ketika ia begitu serius. Tatapannya benar-benar tajam dan membunuh.

“Ia masih ada urusan di sana”, jawab Akbar.

Kemudian Amelia melakukan penerawangan selanjutnya terhadap bermacam-macam barang yang telah disediakan oleh kawannya itu. Sementara Amelia berlatih Akbar pergi keluar. Ia hendak mencari makan malam untuk mereka dan juga untuk keperluan lainnya.

“Bagaimana kalau ada orang kemari?”, protes Amelia ketika ia ingin ditinggal seorang diri.

“Tidak akan ada yang tahu kalau kamu berada di sini”, jawab Akbar.

“Maksudku manusia”, tanya Amelia.

“Di ruangan itu mereka menyelimutimu. Jika ada orang datang mereka tidak akan melihatmu. Kamu fokus saja dengan apa yang kamu kerjakan”, terang Akbar.

Kepergian Akbar ke luar rumah meninggalkan Amelia sendiri untuk mencari makan buat mereka adalah alasan klise. Tujuan sebenarnya Akbar pergi adalah untuk membuat perhitungan dengan si jangkung yang terus mengikuti mereka sejak dari tempat indekos Amelia. Makhluk jangkung itu kini sudah tahu tempat dimana ia dan Amelia bersembunyi. Karena kekuatannya yang tak seberapa dibandingkan dengan para penghuni Omah Medi sosok itu pun tak berani masuk bahkan sekedar untuk mendekat. Yang Akbar khawatirkan jika sosok jangkung itu memberitakan kepada komplotannya tentang lokasi keberadaannya serta meminta bala bantuan kepada mereka untuk datang menyerang. Pasti itu akan menyusahkan. Akbar yang sudah semakin berkembang kini dapat merasakan bahwasanya si jangkung masih berada di sekitaran tempatnya berada. Ia yakin setelah lama mengikuti dan mengintai mereka sosok itu juga berkurang energinya. Terlebih bagi makhluk dari kawasan lain untuk keluar begitu saja setelah memasuki kawasan gaib di wilayah tempat tinggalnya (Jawa) lalu ingin pergi begitu saja bukanlah perkara gampang.

Akhirnya setelah mencari kesana-kemari Akbar menemukan sosok jangkung sedang berada di pemakanan tidak jauh dari perkampungan warga. Makhluk itu berdiri mematung di bawah pohon besar. Akbar yakin si jangkung belum menyadari kedatangannya. Akbar tidak ingin berlama-lama di situasi ini. Iya juga tidak ingin meninggalkan Amelia terlalu lama sendiri. Terlebih ia juga sudah benar-benar lapar.

Kawan Akbar. Sosok Kera Putih seketika muncul langsung menerjang si jangkung. Dicekeknya si jangkung oleh tangan Kera Raksasa yang begitu kuat. Kemudian dengan satu gerakan patahlah leher sosok berkepala plontos itu. Selanjutnya pastilah ia menjadi santapan bagi Kera Putih Raksasa.

Setelah menjalin kebersamaan dalam rentang waktu yang cukup lama sejak peristiwa di rumah dinas Bapak. Akbar dan kodam pendampingnya itu kian akrab. Ya, Kera Putih itu kini menjadi kawan Akbar begitu pula sebaliknya.

Akbar telah kembali ke Omah Medi. Ia membawa banyak aneka nasi kucing, bermacam gorengan, dan beberapa varian minuman yang terbungkus dalam plastik yang ia beli dari angkringan. Ia mendapati Amelia yang tengah santai dengan headset dari Walkmannya. Mereka pun makan berdua dengan diterangi lampu sentir yang memang terdapat di dalam rumah itu.

“Bagaimana perkembangannya?”, tanya Akbar.

“Perkembangan apanya?”, tanya balik Amelia.

“Matamu”, jawab Akbar.

“Apa?! Benda-benda yang kamu berikan itu punya teman-teman kosku semua!”, Amelia marah.

“Sudahlah. Itu ide Guntur”, Akbar mengelak.

Kemudian Akbar mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna hitam dari kantong kirinya. Ia lalu menaruhnya di lantai beralas tikar tempat mereka makan berdua.

“Ini. Nanti kalau kamu sudah selesai makan. Saputangan ini latihan kamu yang sebenarnya”, kata Akbar serius.

“Aku sekarang mau tidur dulu. Aku benar-benar lelah”, lanjutnya.

“Kalau tidak penting jangan bangunkan aku”, tambahnya.

Amelia tidak menggubris tingkah Akbar. Tapi ia paham maksud kata-katanya yang serius.

Bukan masalah bagi Amelia untuk melakukan penerawangan atau melihat dari jarak jauh berdasarkan dari benda-benda milik orang biasa yang tidak memiliki kemampuan supranatural. Persoalan mulai timbul ketika ia harus mencari dengan pengelihatannya untuk orang-orang yang punya kemampuan layaknya ia dan Akbar. Apalagi orang-orang dengan tingkatan ilmunya yang jauh di atas mereka. Itu baru benar-benar menjadi hal sulit baginya. Seperti saputangan yang diberikan oleh Akbar yang kini tengah coba ia cari tahu siapa pemiliknya. Semalaman penuh Amelia berusaha keras dengan fokus dan menguras energinya. Hingga menjelang subuh baru ia dapat menembus dan melihat siapa pemilik saputangan berwarna hitam itu.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Akbar seraya membangunkannya.

“Ada apa?”, jawab Akbar lesu karena masih mengantuk.

“Aku bisa menembusnya”, kata Amelia.

“Baguslah kalau begitu. Lebih cepat dari dugaanku”, timpal Akbar.

“Ayo tidur lagi”, ajak Akbar.

“Masalahnya dia balik melihatku”, Amelia panik.

“Dia ada di pihak kita”, jawab Akbar tenang menanggapi pernyataan kawannya.

Tengah hari sudah berlalu. Matahari sudah mulai condong ke arah barat. Akbar dan Amelia sudah bersiap hendak melanjutkan petualangan mereka. Setelah mendapatkan tidur istirahat yang cukup dan juga membersihkan badan mereka kini tampak begitu segar untuk segera menatap rintangan selanjutnya.

“Sekarang bawanya yang mudaan mas?”, sapa seseorang yang beberapa hari sekali datang ke Omah Medi untuk sekedar bersih-bersih bangunan tua dan halaman di sekitarnya.

“Iya Pak. Sekarang lebih suka yang masih kenceng”, gurau Akbar yang tentunya sudah akrab dengan penjaga rumah yang sebenarnya sama sekali tidak pernah berada di rumah itu untuk menjaganya.

Itulah percakapan yang terjadi ketika secara kebetulan saat Akbar dan Amelia keluar rumah berpapasan dengan bapak penjaga rumah yang baru saja datang. Perkataan Akbar itu jualah yang mengakibatkan Amelia untuk kedua kalinya di hari itu menamparnya.

“Kita selanjutnya mau kemana?”, tanya Amelia tentang tujuan mereka berikutnya.

“Kita akan menemui pemilik sapu tangan itu”, jawab Akbar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!