Terjerat Cinta Daddy Mafia

Mendapat informasi seperti itu, Benigno langsung pergi meninggalkan Mansion. Dia hendak menghampiri Ana. Hatinya semakin panas, saat mengetahui alamat yang di tuju adalah alamat apartemen Dave.

"Ternyata, kamu benar-benar menantang Daddy An? Jika memang mau kamu seperti ini. Ya sudah. Daddy hanya ingin memastikan kamu saja," Benigno bermonolog dalam hati.

Benigno baru saja sampai di apartemen Dave. Dave yang saat itu sedang tertidur nyenyak, akhirnya terbangun karena mendengar suara bel apartemennya. Dengan mata mengantuk, dia bergegas membukanya.

Dave tampak mengerutkan keningnya. Pasalnya, dia tak pernah tahu wajah daddy angkat Ana.

"Di mana Ana?" Tanya Benigno ketus.

"Dia tak ada di sini. Dia sudah pergi," sahut Dave membuat Benigno tersulut api emosi.

Dia langsung menarik baju Dave. Wajahnya begitu menyeramkan. Benigno juga menyuruh orang suruhannya, untuk mencari keberadaan Ana.

"Saya tak akan melarang kamu menikah dengan Ana. Asalkan, kamu benar-benar serius dengannya. Kamu tak mempermainkan dia! Saya hanya ingin bicara dengannya untuk terakhir kalinya!" ucap Benigno tegas.

"Menikah? Ana ingin menikah dengan saya? Jangankan menikah, saya dekati saja dia tak mau. Tadi, dia memang sempat kesini. Tapi, sekarang dia sudah pergi kembali. Dia melihat saya dengan kekasih baru saya. Sekarang, saya gak tahu dia ada di mana. Dia sudah sangat marah kepada saya," jelas Dave.

Tanpa berbicara lagi, Benigno langsung memberikan bogeman di wajah Dave. Kedua bodyguardnya dan Roberto pun mengatakan, kalau Ana tak ada di dalam.

"Apa yang Daddy sudah katakan kepada kamu. Dia itu laki-laki tak baik. Tapi sayangnya, kamu tak mendengar ucapan Daddy. Pasti saat ini kamu sangat kecewa. Sebenarnya, di mana kamu sekarang?" Benigno berkata dalam hati.

Dia menjadi lemas, kepikiran Ana. Benigno, Roberto, dan kedua bodyguardnya langsung pergi meninggalkan apartemen itu.

"Sepertinya, Nona Ana membuang kartunya di apartemen ini. Makanya, titik terakhirnya adalah apartemen ini," jelas Roberto.

"Iya. Saya tak habis pikir mengapa Ana bertindak senekat itu. Kasihan dia. Pasti saat ini dia begitu sedih. Kerahkan mereka untuk mencari keberadaan Ana. Saya yakin, dia pasti berada di kota ini. Tak mungkin pergi jauh," ucap Benigno dan Roberto mengiyakan.

Benigno memutuskan untuk kembali ke Mansion. Pikirannya saat itu benar-benar kacau, karena Benigno menyayangi Ana seperti anaknya sendiri. Dia begitu mengkhawatirkan Ana. Benigno terlihat lesu memasuki Mansion, dia langsung menuju kamarnya.

Sama halnya dengan Benigno. Ana juga terlihat sedih. Dia begitu merindukan daddynya. Tapi, dia berusaha untuk kuat tidak kembali lagi. Dia ingin melupakan daddy angkatnya. Mengubur rasa cintanya kepada daddy angkatnya.

Sejak tadi Ana terus menangis, hingga akhirnya dia ketiduran. Rasa lelah menyelimuti dirinya. Kini dia sudah tertidur nyenyak.

Sedangkan Benigno justru saat ini sudah dalam keadaan mabuk. Entah berapa sloki dia menenggaknya.

"Maafkan Daddy, An! Daddy mohon kembalilah. Tak dapat Daddy pungkiri, kalau daddy merindukan kamu," Benigno terus meracau memanggil-manggil nama anak angkatnya. Sampai akhirnya dia tertidur begitu saja.

Ana terbangun dari tidurnya. Dia bermimpi daddynya. Keringat bercucuran terlihat di wajahnya. Nafasnya masih terengah-engah. Jantungnya berpacu cepat.

"Ternyata, sulit sekali aku melupakan Daddy. Hiks ... Hiks ... Hiks."

Air matanya menetes satu persatu. Tak dapat dia pungkiri, kalau rasa ini begitu berat baginya. Melupakan daddynya ternyata lebih berat melupakan Dave. Rasa cinta Ana kepada daddy angkatnya begitu besar. Tapi sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Daddynya hanya menganggap dia sebagai anak angkatnya.

"Aku harus kuat, gak boleh lemah! Seiringnya waktu, aku yakin pasti bisa melupakan Daddy. Semoga Daddy hidup bahagia dengan pilihan Daddy," ucap Ana lirih.

Ana tak bisa melupakan kenangan bersama daddynya. Bahkan mereka sudah sempat berkontak fisik. Rasanya, pasti sulit. Benigno adalah orang pertama yang mencuri ciumannya. Dia juga yang membuat Ana merasakan sentuhan nikmat seorang laki-laki. Bahkan dia sudah hampir memberikan keperawanannya kepada daddynya.

Dia ambil ponselnya, dan dia tatap foto di layar ponselnya. Foto kebersamaan dia dengan daddy angkatnya. Hal itu membuat Ana semakin sedih. Bahkan dia sampai nangis sesenggukan.

"Uangku sudah tak banyak. Aku harus mencari pekerjaan, agar aku bisa bertahan hidup ke depannya."

Selama ini, dia tak pernah memikirkan uang. Daddy angkatnya yang selalu memberikan uang. Kini, dia harus berjuang sendiri.

Ana sudah bersiap-siap untuk berangkat. Dia sedikit merias wajahnya, agar lebih terlihat menarik perhatian. Ana juga memakai pakaian yang cukup seksi, agar mudah mendapatkan pekerjaan.

"Aku akan buktikan, kalau aku bisa tanpa Daddy!"

Dia berniat melamar menjadi seorang model. Setelah mendapatkan informasi secara online, Ana langsung mendatangi kantor agency itu.

"Semoga akan menjadi awal yang baik untuk aku," ucap Ana penuh harap.

Kini Ana sudah dalam perjalanan menuju kantor agency itu. Dengan uang yang ada, dia berusaha mencari pekerjaan. Berharap bisa mendapatkan, sebelum uangnya habis. Dia juga harus mencari tempat tinggal. Tak mungkin terus menerus menginap di hotel. Uang tabungannya bisa cepat habis.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam. Akhirnya, dia sampai di tempat tujuan. Dengan penuh percaya diri, di memasuki tempat itu.

"Permisi, apa saya bisa melamar menjadi model lewat agency ini?" Tanya Ana kepada sang resepsionis.

"Bisa kak. Nanti saya akan pertemukan kakak dengan Mr. Samuel. Dia yang akan mengurusnya," jelas Lydora. Ana tampak menganggukkan kepalanya.

Dia duduk menunggu di sofa yang berada di sana. Sampai akhirnya datang seorang laki-laki muda dan tampan. Dia sempat memperhatikan penampilan Ana dari atas hingga bawah. Di akhiri senyuman di sudut bibirnya.

Kini Ana sudah berada di ruangan Mr. Samuel. Dia tampak tegang. Ini pertama kalinya baginya.

"Jelaskan kepada saya! Siapa nama kamu, usia kamu, dan apa sebelumnya kamu sudah memiliki pengalaman sebagai seorang model?" Tanya Samuel yang kini menatap Ana serius.

"Nama saya Anabella Velove, usia saya 20 tahun. Saya belum memiliki pengalaman menjadi seorang model. Tapi, saya akan berusaha melakukan apapun yang diarahkan oleh management di sini," jawab Ana.

Samuel tersenyum licik. Ana terlihat lugu, dan Samuel akan menjadikan Ana mainannya. Tak ada yang tahu, bahkan pemilik agency itu. Sebelum model-model di sana akan mendapatkan tawaran menjadi seorang model. Samuel harus mencicipi tubuh mereka, sebagai imbalannya.

"Baiklah. Tak apa-apa. Tak masalah. Nanti saya akan membantu mengajarkan kamu. Saya yakin, kalau kamu bisa menjadi seorang model yang terkenal. Apa kamu bersedia melewati tahapannya?" Samuel berkata sambil memainkan alisnya.

Tentu saja Ana bersedia. Bahkan dia merasa senang. Bayangan kesuksesan menari di pikirannya. Dia akan membuktikan, kalau dia bisa menjadi orang hebat tanpa daddynya. Ana tak tahu, kalau dia sedang masuk ke dalam perangkap singa lapar.

Agency yang Samuel kelola memang terkenal mampu melahirkan bibit-bibit model yang berkualitas. Agency itu milik uncle dari maminya. Dia yang dipercaya untuk mengelolanya.

"Baiklah, kalau kamu siap mengikuti prosedurnya. Nanti malam. Tepat pukul 07.00 malam, kamu datang ke apartemen saya. Saya akan mulai jelaskan di sana. Oh iya, kalau saya boleh tahu. Saat ini kamu tinggal dengan siapa? Apa kedua orang tua kamu setuju dengan pekerjaan ini? Jangan sampai nantinya, mereka akan menghambatnya," jelas Samuel.