NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / suami ideal
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kasus Terungkap

" Kamu habis dari kantor?" Tanya Leo.

" Iya."

" Kamu kok kesel gitu, kenapa lagi?"

" Tadia kan aku jelasin sama temen aku tentang pelakunya itu, aku tuh yakin tu cewek pelakunya. Tapi nggak ada yang mau percaya."

" Yakin banget kamu?"

" Ya iyalah, kamu nggak percaya ama aku juga."

" Aku nggak ngomong apa-apa loh ini.

" Aku tuh yakin banget, tapi nggak tahu kenapa aku semakin ini. Lebih baik aku selidiki lagi." Sara hendak pergi.

Namun Leo dengan cepat menghalanginya. " Kamu mau kemana ha?"

" Selidiki kasus ini Leo, aku harus ngumpulin bukti yang banyak."

" Kamu nggak boleh pergi, kamu baru saja sampai. Baru seminggu saat operasi kau mendapatkan luka lagi di lengan mu, kamu nggak capek apa."

" Itu kan udah lama, lagian operasi ku juga sudah berlalu sebulan. Aku udah nggak apa-apa."

" Tapi tetap nggak boleh, setidaknya kamu istirahat dulu baru pergi."

" Kamu ini kenapasih!" Sara dengan kesal menepis tangan Leo.

" Sara!! Dengerin aku!!!"

" Aku juga mau nyelesain ini! Aku nggak mau ini terus ganggu kepala aku!"

" Aku bilang nggak boleh..."

Namun dengan cepat Sara mencengkram rambut Leo dan membalikkan tubuh Leo dengan cepat!

" Awww! Sakit sekali...Astaga punggung ku." Leo menggeliat sakit. " Apa-apaan sih kamu... Awww..."

" Ya makanya aku udah bilang jangan halangi aku, kalau kamu bernai lagi ngehalangi aku lagi, aku bakal patahin tulang kamu itu."

" Kamu mau ngelakuin itu? Coba aja kalo bisa." Leo tersenyum smirk dan dengan cepat berdiri menahan Sara.

" Lepasin Leo! Aku nggak mau berkelahi sama kamu."

" Udah lama juga aku nggak bela diri sama kamu, mungkin seru jika di lakukan sekarang."

Leo dengan cepat menendang siku Sara hingga Sara jatuh dan menggeliat sakit.

Setelah melakukan hal itu, Leo merasa puas bahkan ia tersenyum jahat melihat istrinya kesakitan karenanya.

" Itu sakit sialan!!!" Geram Sara.

" Sakit kan? Kalo kamu sampe berulah lagi, aku bakalan bikin kamu lebih sakit lagi."

" Kami ngancem aku gitu? Wah kau yang duluan ya."

" Nggak ada cara lain buat ngehalang kamu." Leo mengikat tangan Sara. " Kamu cantik banget sih kalo marah gitu."

" Kamu ini kenapasih? Lepasin Leo, atau aku bakal patahin punggung kamu." Sara semakin kesal.

" Dari pada kamu matahin punggung aku, ayo kita olahraga malam aja." Leo tersenyum licik

" Nyebelin banget sih kamu!!" Sara menendang perut Leo dan cepat berdiri dengan tangganya yang masih terikat.

Sara berusaha keras melepas ikatan tali itu pada tangannya dengan menggigitnya sambil terus melakukan perlawanan pada Leo yang terus menyerangnya.

Mereka kembali menjadi tontonan para pengawal dan pelayan di sana.

" Mereka mulai lagi." Ucap salah satu pengawal yang menehan tawanya.

" Nonton aja gih, ini bakalan seru."

" Lebih seru daripada yang di tonton di tv."

" Nyonya Sara bener-bener wanita gila, dia wanita satu-satunya yang berani lawan tuan Leo sejak pertama kali bertemu."

" Gue masih ingat betul nyonya Sara mukul kejantanan tuan Leo."

" Aku tahu."

Kembali pada pertengkaran Sara dan Leo*

Ikatan tangannya yang sudah terlepas itu pun Sara dengan cepat mengambil pisau kecil yang terselip di saku kirinya.

Ia langsung menodongkan pisau ke leher Leo dan menekannya hingga leher Leo pun berdarah.

" Berhenti deh, aku capek. Biarin aku pergi." Ucapnya.

" Ha? Aku kan udah bilang ngalahin aku dulu baru kamu boleh pergi."

" Keras kepala banget sih kamu, biarin aku pergi apa susahnya sih."

" Kamu juga keras kepala." Leo sangat lincah mengambil pisau itu dan balik mengekang leher Eza. " Bagaimana? Sakit kan?"

" Leo itu sakit."

" Kamu juga bikin leher aku berdarah, kamu pikir itu nggak sakit apa."

" Lepaskan! Ckkk sialan!!"

Dengan kesal Sara menyiku kepala Leo hingga membuat Leo menjadi terperdaya dan dengan cepat Sara menendang kepalanya!

Hal itu sedikit membuat Leo kelelahan dan menjadi oleng di tempatnya.

" ahhh, yang benar saja." Leo mengelap darah di bibirnya. " Kamu barusan nendang kepala aku?" Leo berwajah datar memasang tatapan tajam pada Sara.

" Emangnya kenapa? Kamu marah?"

" Jangan marah jika aku balas nanti."

" Lakuin aja kalo bisa."

Perkelahian hebat pun terjadi di antara mereka, tentu tak ada yang ingin kalah hingga berusaha keras mempertahankan diri.

Leo tak memedulikan luka apa yang di dapati Sara karenanya begitupun juga Sara.

Hingga selama 1 jam lamanya mereka masih bertarung, dengan hidungnya yang sudah berdarah dan bibir yang lebam Sara tak peduli dan terus balik menyerang Leo.

Gerakan aksi beladiri mereka begitu hebat dan terlihat keren oleh para pengawal yang melihat mereka.

Hanya karena Leo melarangnya pergi, perkelahian yang lama di antara mereka malah terjadi.

" Cukup Sar! Aku nyerah, oke." Ucap Leo mengangkat tangannya.

" Menyerah secepat itu?"

" Aku nyerah, kalo kamu mau pergi ya udah."

" Dari tadi kek." Sara lalu berbalik.

Dan saat itu juga Leo tersenyum miring.

" SARA." Panggilnya.

" Apa lagi sih..."

Leo pun langsung melayangkan kakinya mengenai wajah Sara hingga Sara tak sadarkan diri lagi.

" Dia pingsan? Dia benar-benar pingsan ." Leo malah tertawa.

" Tuan, nyonya Sara..." Cemas salah satu pelayan.

" Lo jangan ikut campur, ini urusan gue Ama istri gue."

" Tapi tuan, hidung nyoya Sara berdarah."

Leo lalu menggendong Sara dan naik ke kamarnya.

xxxxxxxxxxxxx

Esok harinya...

Selama 1 hari 1 malam, Sara tak sadarkan diri tentu membuat Leo sedikit cemas.

Leo kini tengah membersihkan tubuh Sara dan masih mengompres kening Sara yang panas. Ia juga mengobati luka-luka yang ia buat kemarin.

" Kenapa ni anak belum sadar juga? Keras kepala sih, kan jadi gini." Leo membelai pipi Sara lembut. " Bela dirinya sangat lemah, apa karena pasca operasi tubuhnya melemah."

Namun tiba-tiba mata Sara terbuka dan langsung mencengkeram kerah baju Leo.

" Kamu pria brengsek!!"

Leo hanya tersenyum. " Selamat pagi baby."

" Kamu nendang kepala aku semalam kan? Kamu kok ngelakuin itu sih?"

" Nggak usah marah-marah, udah kejadian juga. Makan dulu agar kamu bisa marah-marah lagi nanti."

Leo lalu mengambil sarapan pagi yang telah ia buat sendiri tadi dan menyuapi Sara.

Sara hanya menerima suapan Leo meski masih sangat kesal padanya.

" Astaga leher aku sakit banget." Sara menggerakkan kepalanya kanan kiri. "

" Masih sakit ya?"

" Iya, kau bikin leher aku luka, bibir aku lebam, sama ni hidung sampe bedarah. Sakit banget tahu."

" Aku minta maaf ya, kamu juga sih."

" Omong-omong jantung aku..."

" Ada apa? Jantung kamu berdetak kan?" Leo mendekatkan telinganya di dada Sara. " Berdetak kencang kok."

Hal itu membuat pipi Sara memerah malu, tak biasanya wajahnya memerah hanya karena Leo melakukan itu.

Tapi wajahnya benar-benar memerah dan bahkan ia merasa malu hingga jantungnya semakin berdegup kencang.

" Apasih kamu." Sara mendorong wajah Leo. " Jangan deket-deket."

" Wajah kamu merah? Kamu baik-baik aja kan?" Leo hendak menyentuh wajah Leo namun Sara dengan cepat menepisnya.

" Jangan sentuh aku."

" Kamu kenapasih?"

" Aku malu sama kamu."

" Malu? Kamu malu kenapa? Aku pikir kamu nggak punya malu."

" Leo." Sara memukul lengan Leo. " Jangan bilang begitu, itu menyebalkan."

" Kamu kenapasih?"

" Kamu kok ganteng banget di umur kamu yang udah 33 tahun sih?"

" Kamu juga cantik di umur 28 tahun." Leo tersenyum.

" Apasih. Bulshit banget, aku kenapa sih? Kok aku kayak waktu pertama kali jatuh cinta sama kamu gitu."

" Kamu kan emang cinta sama aku."

" Maksudnya tuh, waktu aku masih mudah gitu. Kek perasaan pertama kali waktu aku suka kamu."

" Kamu sukanya aku kapan?" Leo tersenyum merayu.

" Waktu 8 hari kami bawahin aku bunga ke rumah, aku mulai cinta kamu saat itu."

" Benarkah? Jadi kamu udah cinta sama aku waktu itu? Kenapa nggak bilang?"

" Aku nggak bilang?" Sara mengerutkan keningnya.

" Nggak lah, kamu bilang cinta sama aku setelah nikah 1 Minggu. Kamu bohong ya?"

Sara mengedip-edipkan matanya mencoba mengingatnya kapan dia bilang begitu. " Ya benner aku bilang kek gitu?"

" Iyalah. Aku ingat jelas banget, waktu itu kan kamu jual mahal waktu aku kejar kamu."

" Nggak usah di bahas ya..."

Belum selesai bicara, Leo langsung mengecup bibirnya membuatnya tercengang.

" Ciuman pagi." Leo tersenyum.

Namun Sara pun juga langsung membalasnya dengan ciuman yang lebih dalam.

Yang awalnya hanya ciuman biasa, kini terlanjur dengan lumatan yang brutal dari Leo.

Masih pagi, mereka sudah melakukan hal itu (⁠•⁠‿⁠•⁠)

xxxxxxxxxxxxx

" Sar, Lo yakin kan? Ko jangan bikin malu-malu njir." Tegur Sam.

" Kalo gue salah kali ini, Lo bertiga boleh ambil gaji gue."

" Beneran nih? Semoga Lo salah deh." Reva tersenyum.

" Ckkk Lo ya..."

DING! DONG! Bel sudah berulang kali berbunyi namun pemilik rumah belum juga keluar.

DING! DONG!

" Apa sih! Ganggu orang aja!" Geram Evelyn membuka pintunya dan membantingnya. " Lo lagi?"

" Kami dari kepolisian." Ucap Reva memperlihatkan tanda pengenalnya. " Bisa kami masuk?"

" Jadi?"

" Kami harus menyelidiki rumah anda dulu, mohon kerja samanya."

" Gue nggak mau kalian masuk ke rumah gue. Lo masih nuduh gue pelaku ya?" Evelyn menatap tajam Sara.

" Kami membawa surat perintah." Ucap Eza.

Evelyn melarang mereka masuk namun mereka tetap memaksa masuk.

"Lo pada nuduh gue tanpa bukti, gue bisa nuntut Lo pada ya!"

" Gue tahu kok, jadi gue sedang cari bukti buat nuduh Lo. Sebelum itu, Lo boleh sewa pengacara apa." Sara tersenyum.

" Ok fine, Lo cari sampe ketemu. Jika nggak ada bukti sama sekali, gue pastiin Lo bakal mendekap di penjara selamanya."

" Sar, Lo bisa terkena hukuman penjara 2 bulan jika sampe kita nggak nemuin bukti apapun." Bisik Bian.

" Gue yakin kok, gue nggak bakalan bertindak kek gini jika gue nggak punya bukti." Sara melihat sekitar rumah itu.

" Detektif Sara, kami telah memeriksa semuanya, tidak ada yang aneh di rumah ini."

" Kalian yakin memeriksanya dengan benar?"

" Iya, kami sudah memeriksa semuanya."

" Gue kan udah bilang nggak ada apa-apa di sini." Evelyn berlagak sombong. " Jadi Lo pada silahkan pergi."

" Tapi biarin gue meriksa satu hal lagi." Sara melangkah menuju dinding polos yang kosong.

" Lo mau ngapain." Evelyn langsung menghalanginya.

" Gue cuma mau meriksa doang."

" Nggak ada apa-apa di sini."

Sementara Evelyn menjelaskannya, mata sara terus tertuju pada noda merah yang ada di dinding putih itu.

Namun Sara yang tak peduli, tetap menatap curiga dinding itu. Ia pun dengan pelanggan mengetuknya dan merasakan bunyi aneh yang tak seperti dinding biasa.

" Gue bilang nggak ada apa-apa di sini." Evelyn mendorong Sara.

" Ya kalo nggak ada apa-apa, nggak usah tantrum juga. Kok Lo panik banget sih?"

" Teman-teman Lo udah bilang nggak ada apa-apa di sini, Lo pergi aja deh."

" Tapi gue nggak percaya jika nggak ada apa-apa di sini."

" Apa-apaan sih Lo!"

" Buka dinding ni sekarang." Suruh Sara.

" Maksud Lo apasih?! Di sini nggak ada apa-apa!"

" Nggak mungkin ni dinding ini ngelilingin ruangan ni gitu aja kan? Mana luas banget lagi."

" Nggak ada apa-apa di sini, ini tu cuma dinding doang."

" Hancurkan dinding ini!" Titah Sara.

" Lo benar-benar gila ya! Gue bilang nggak ada apa-apa di sini! Lo dengerin gue nggak sih!"

" Kalo emang nggak ada apa-apa, Lo santai aja."

" Lo bakalan hancurin dinding gue dan Lo pikir gue nggak marah! Pergi nggak Lo!"

" Tahan dia!" Tidak Bian.

Reva dan Sam lalu menahan Evelyn yang hendak menyerang Sara karena begitu marah.

2 orang lalu dengan cepat terus memukul dinding itu dengan paku besarnya.

" Anjing yang Lo pada!! Lepasin gue!!! Gue bakalan bunuh Lo jika dinding gue Lo rusak!!! Woi ANJING!!!" Rusuh Evelyn.

" Berisik banget sih. Hancurin lagi." Titah Sara lagi. " Kalo ni dinding rusak gitu aja karena nggak ada apa-apa, gue bakalan tanggung jawab kok."

Beberapa saat kemudian setelah lama memukul dinding itu tiba-tiba ada cairan merah yang keluar membuat semua orang terkejut.

Satu kali lagi pukulan keras tiba-tiba ada bau anyir bersamaan dengan cairan merah itu.

Dinding yang sudah setengah hancur itu pun mengeluarkan satu kepala manusia yang menggelinding di lantai membuat semua orang terkejut!

Semakin dinding itu di hancurkan, terlihatlah ruangan luas yang di penuhi hiasan kepala wanita yang di awetkan.

" Kepala njir!" Tentu semua orang sangat terkejut.

" Dasar sialan!!!!!" Jerit Evelyn. " Gue bakalan bunuh Lo!"

" Ada pintu di sini." Ucap Bian. " Berarti ini ruangan rahasia ya?"

" Anjink, 2 kepala yang masih berdarah." Sam mengaga tak percaya.

" Udah pasti ini kelakuan Lo kan? Lo baru bunuh ni 2 orang dan kepalanya Lo bawah ke sini, sekarang gue ngerti kenapa Lo lama banget buka pintu rumah Lo."

" Anjink Lo! Lo pikir gue bakalan bikin Lo hidup tenang?!"

" Gue bakalan tetap tenang selagi Lo di penjara." Sara memborgol tangan Evelyn. " Lo bisa jelasin nanti di kantor polisi."

xxxxxxxxxxx

Di kantor polisi*

Sara dan Sam pun kembali mengintrogasi Evelyn untuk menanyai hal yang lebih banyak lagi.

" Dari semua kepala yang ada di sana, semuanya cocok dengan tubuh yang kami temukan di TKP. Berarti Lo emang pembunuh berantai itu kan?" Tanya Sara.

" Pertanyaan bodoh." Ejek Evelyn. " Lo udah tahu semuanya dan Lo masih nanyak?"

" Kenapa Lo ngelakuin itu?" Tanya Sam.

" Mereka nolak cinta gue dan yang lainnya bikin gue kesel." Evelyn tersenyum gila. " Gue nggak suka di tolak apalagi di bentak."

" Tapi Lo perkosa semua tu cewek? Lo lesbi?"

" Gue kan udah bilang gue nggak suka cinta gue di tolak."

" Jijik gue dengerinnya njir." Ucap Bian yang mengintai mereka dari luar. " Tanyain cepet, gue nggak tahan njir."

" Cuma karena itu, Lo ngolesik kepala mereka?" Tanya Sara. " Sadis juga Lo ya."

" Lo nggak bakal tahu semenyenagkan apa ngebunuh orang lalu otaknya di makan."

" Lo makan otak mereka?!"

" Kenapa nggak? Otaknya enak banget."

" Bener-bener Lo ya, kanibal njink." Sara serasa ingin muntah. " Ok, lalu tujuan Lo merkosa mereka itu gimana?"

" Itu enak anjink, gue merkosa mereka dulu baru bunuh mereka..."

" Udah!! Gue udah nggak tahan. Lo ini menjijikan banget." Sara berdiri menggebrak meja.

" Tapi, ada yang tahu gue yang ngelakuin itu selama ini, dia bahkan bantuin gue." Evelyn tertawa.

" Jadi kau punya alibi?"

" Bukan alibi juga sih, tapi dia kadang nolongin gue dari Lo pada. Tapi sekarang dia udah nggak mau nolongin gue."

" Kenapa dia nggak mau nolongin Lo?"

" Lo tahu siapa dia."

" Maksud Lo apa?" Sara mengerutkan keningnya.

" Tu orang selalu ada di deket Lo, tapi herannya kok dia diam aja gitu. Dia nggak bilang ama Lo tentang gue, dia bahkan bantuin gue. Tu orang aneh banget, tapi gue suka." Evelyn menjelaskannya sambil tersenyum.

" Gue bilang siapa dia?" Sara menggebrak meja itu lagi.

" Sar, Lo harus tenang." Sam menahan tangan Sara. " Dia lagi mancing emosi Lo."

Saat semuanya tak memerhatikan tingkah Evelyn, Evelyn dengan cepat mengambil pulpen di hadapannya dengan tangannya yang masih terborgol.

Entah apa yang ingin lakukan dengan pulpen itu, namun ia tersenyum jahat saat menatap Sara.

" Gue bakal bawa dia kembali ke tahanan." Ucap Sam memegang bahu Evelyn.

Saat berdiri dan hendak keluar, Evelyn menyiku kepala Sam dan berlari menuju Sara dan menusuk pinggang kiri Sara.

" Akhh..." Sontak Sara mendorong Evelyn.

" Sara!"

Evelyn langsung tertawa keras setelah melakukan hal itu. " Rasain Lo! Lain kali gue bakal bunuh Lo!"

" Beraninya Lo!" Sam tak kuasa menahan emosinya dan memukul Evelyn.

" Sam!" Bian dan Reva lalu masuk.

" Sar, Lo nggak apa-apa kan!" Cemas Reva membantunya berdiri. " Pinggang Lo bedarah, bener-bener ni psikopat. Ayo kita ke rumah sakit."

TO BE CONTINUED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!