NovelToon NovelToon
Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah

Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Cerai / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:230.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rositi

Hidup Aranti sudah hancur sejak 1 bulan lalu, setelah siswi kelas 2 SMA itu diperkosa oleh Davin—kakak kelasnya. Namun, Aranti harus menegakkan bahunya lantaran kejadian tersebut menghadirkan seonggok janin yang akhirnya tumbuh di dalam rahimnya.

Ketika semua orang termasuk orang tua Aranti memaksa Aranti untuk menggugurkan janinnya kemudian menganggap tidak pernah terjadi apa-apa. Demi masa depan sang janin, Aranti terpaksa menerima tanggung jawab Davin yang sangat ia benci, atas perbuatan pemuda itu kepadanya.

Setelah menikah, Aranti tinggal bersama keluarga Davin, sementara Davin melanjutkan kuliahnya di luar kota. Namun, meski orang tua Davin merupakan orang paling terpandang di desa Aranti tinggal, mereka justru memperlakukan Aranti layaknya budak. Fatalnya, kepulangan Davin tiga bulan kemudian, justru dibarengi dengan seorang wanita bernama Anggita.

“Anggita sedang hamil anakku dan aku akan menikahinya, apalagi orang tuaku sangat setuju. Jadi, jika kamu tidak suka, aku akan langsung menceraikanmu!” ucap Davin tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Lantas, apakah kali ini Aranti masih akan bertahan di tengah kenyataannya yang berjuang sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Belas

Musim tandur tengah berlangsung bersama intensitas hujan yang makin sering. Warga setempat menyebutnya sebagai musim rendeng. Dan memang waktu tersebut juga yang paling cocok untuk mulai menanam padi. Kenyataan tersebut juga yang membuat semuanya sibuk mengurus sekaligus menanami sawah masing-masing.

“Kebetulan kita bertemu di sini,” sergah mas Narendra sambil melepas tudung dari kepalanya.

Wajah cerah mas Narendra yang tampak kemerah-merahan menahan lelah, fokus menatap Aranti. Di hadapannya, Aranti tetap memakai tudung. Sementara diamnya Aranti dirasanya karena wanita yang ia sekeluarga kenal sangat pekerja keras, tengah merasa sangat tertekan.

“Hah ... memangnya, aku salah apa?” batin Aranti yang jadi khawatir dirinya telah membuat kesalahan. Karena kini, mas Narendra menyikapinya penuh ketegasan. “Memangnya saya salah apa, Pak?” tanya Aranti sangat sopan. Selain itu, ia juga menyikapi mas Narendra layaknya ketika pria itu masih menjadi bagian dari bosnya.

Mas Narendra yang sudah terbiasa dipanggil pak oleh Aranti, meski baginya itu membuatnya jauh lebih tua dari usianya, segera berdeham. “Kebetulan saya mengawasi kasus kamu!”

Wajah tampan dan juga tatapan sendu kedua mata mas Narendra masih mengawasi sekaligus menunggu Aranti penuh kepastian.

“K—kasus?” lirih Aranti mengulang ucapan mas Narendra. “Kalau saya boleh tahu, ... kasus yang mana dan tentang apa, yah, Pak?”

Mas Narendra terdiam sejenak kemudian meminta maaf. “Maksud saya bukan kasus, melainkan perkembangan keadaan kamu. Ini mengenai kamu yang saat dibawa ke klinik, dalam keadaan babak belur. Kamu bahkan diduga mengalami ... mohon maaf tapi saya harus tetap menyampaikannya. Bahwa kemarin saat ke klinik dokter Sundari, kamu juga telah mengalami kejah.atn s.eksual!” ucap mas Narendra lirih tapi cepat sekaligus jelas. “Terakhir kamu juga tetap tidak menjalani kontrol keadaanmu sesuai jadwal kontrol yang dokter Sundari jadwalkan. Itu, kamu tetap ada kontrol meski tidak di klinik dokter Sundari, kan?”

Meski Aranti langsung diam, wanita berkulit putih bersih itu sebenarnya langsung merenung. Aranti mempertimbangkan segala sesuatunya. Karena renungannya itu juga, ia jadi ingat bahwa saat di klinik, mas Narendra memang ia pergoki di sana juga. Hanya saja, Aranti tidak tahu jika alasan pria berambut rapi di hadapannya ada di klinik, juga untuk mengawasi keadaannya. Sebab yang Aranti tahu, dokter Sundari masih merupakan keluarganya mas Narendra.

Pertemuan tak sengaja dengan mas Narendra yang merupakan seorang pengacara. Dan sampai menawarkan perlindungan hukum, membuat Aranti berkonsultasi.

“Aku enggak tahu harus bagaimana, tapi yang aku alami ... bagiku ini sudah kurang manusiawi. Entah memang mereka yang sudah keterlaluan, atau malah aku yang terlalu lemah bahkan payah,” ucap Aranti. “Aku mohon arahannya, Pak!”

Deg-degan, Aranti sungguh merasakannya. Aranti takut ceritanya mengenai perlakuan Davin sekeluarga malah membuat keadaannya makin serba salah.

“Seperti yang kamu rasakan, mereka benar-benar sudah keterlaluan. Nanti sore kamu baru akan pulang, kan? Dan sekarang pun, orang tua suami kamu juga sedang tidak di rumah?” ucap mas Narendra.

Kesepakatan pun dibuat. Bahwa mas Narendra akan datang ke rumah Davin, sorenya.

“Nanti sebelum kamu pulang, apa siang ini, saya usahakan ke toko mertua kamu,” sergah mas Narendra.

Alih-alih merasa lega apalagi tenang, Aranti yang sangat baik dan memang memiliki hati bersih, malah jadi kepikiran. “Kok malah jadi gini, ya? Kok aku jadi takut banget. Gimana kalau sampai kenapa-kenapa? Gimana kalau pak Narendra diapa-apakan?”

Sempat akan mengurungkan niatnya dan meminta mas Narendra tak usah membantu perlindungan hukum kepadanya. Namun mas Narendra sudah jauh di hamparan tengah- tengah sawah sebelah. Pria muda itu sibuk menaruh setiap ikat benih padi nan hijau yang harus ditandur. Yang paling membuat Aranti tak mungkin menyusul, mas Narendra tak hanya sendiri. Karena di lokasi yang sama juga banyak ibu-ibu tengah mulai tandur.

“Ya sudahlah, bismillahirrahmanirrahim. Semoga setelah ini, mama papanya Davin bisa jauh lebih manusiawi.” Niatnya Aranti memang begitu, cukup Davin dan orang tuanya bersikap manusiawi. Namun yang ada, Aranti tetap merasa bersalah sekaligus terus kepikiran.

Seharian tandur, Aranti nyaris tidak istirahat. Ia terus menanam setiap bibit calon padi. Aranti hanya sesekali meminum bekal air putihnya, selain Aranti yang juga akan mengencangkan selendang yang mengikat bawah perutnya. Sejauh ini, mengikat kencang bawah perutnya menggunakan selendang memang membuat Aranti melakukan semua kesibukannya dengan jauh lebih nyaman. Janin yang ada di dalam rahimnya dan terkadang seolah nyaris turun ke jalan lahir, jadi bertahan di posisi atas hanya karena Aranti mengikat bawah perutnya.

Karena kesibukan tandur yang dijalani juga, Aranti tidak bisa bantu-bantu di toko. Aranti yang kuyup keringat dan wajahnya sudah sangat pucat menahan lelah, tak berani pulang. Termasuk sekadar meninggalkan sawah sebelum tandurnya beres. Aranti tidak berani saking takutnya Aranti kepada ancaman ibu Susi.

“Kalau kamu sampai pulang sebelum sawah itu beres kamu tanduri, saya pencet perut kamu biar janin di perutmu mati!” ucap ibu Susi dan membuat Aranti kerja rodi tanpa kenal waktu.

Hujan deras disertai angin mendadak turun. Langit menjadi sangat gelap dan keadaan juga jadi sangat mengerikan. Ditambah lagi, petir juga jedar-jeder dan seolah ada persis di atas kepala Aranti. Selain itu, di sana juga tidak ada orang karena memang sudah petang.

“Ya Allah ... Hamba memohon perlindungan kepada Engkau yang lebih tahu. Alasan hamba di sini karena diutus mertua hamba. Jika memang harus ada yang tersambar petir, bahkan meski hamba yang di sini, ... ya sudah ... sambar saja mama Susi. Siapa tahu, setelah kesambar, mama Susi jadi dapat hidayah,” rengek Aranti yang sudah deg-degan tak karuan. Ia bahkan jadi makin berkeringat dingin karena kelelahan sekaligus ketakutan akibat situasi sekarang.

“Ya Allah, bukan bermaksud jadi menantu durhaka,” lirih Aranti lagi masih berusaha merayu Tuhan-nya.

“JEDUUUEEERRRRR!”

Bersama petir yang sungguh ada di depan mata Aranti dan membuat benih yang belum lama Aranti tanam gosong. Aranti juga menjerit ketakutan. Aranti kabur, lari terbanting-banting di antara sisa petak sawah berlumpur dalam. Aranti histeris bukan main menyelamatkan diri.

“Orang-orang selalu berpikir, menjadi menantu orang kaya itu bikin yang menjalani bahagia. Padahal menjadi bahagia dalam rumah tangga beneran enggak harus bikin kita menikah dengan orang kaya. Karena sepertinya, asal dengan orang yang tepat, kita pasti bisa bahagia!”

“Apalagi kalau orang kayanya tipikal yang perhitungan seperti orang tua suamiku. Bissmilah, semuanya segera berlalu!”

Aranti terus berdoa. Ia bahkan tak hentinya bersyukur ketika tubuh penuh lumpurnya bisa mengayuh sepeda di antara hujan angin yang mirip badai.

Padahal ketika Aranti kesusahan layaknya sekarang. Di tempat berbeda dan itu di kampus, Davin justru tengah bertukar tatapan sekaligus senyuman. Gadis cantik berpenampilan seksi yang tak sengaja bertabrakan dengannya di pinggir jalan depan kampus, sungguh mengalihkan dunia seorang Davin.

1
S
ngeluarin uang 5.5 jt aja ngos ngosan koq kayak aku ya bedanya aku gak ngaku kaya 😅😅.
Linda Wati
Alhamdulillah Happy Ending terima kasih Thor 🙏🙏
Linda Wati
Aku selalu suka ceritamu Thor
Linda Wati
Sedih ceritanya Thor
Amrih Wiludjeng
Luar biasa
Linda Wati
Aranti terlalu bodoh
Retno Elisabeth
mampir thor
Bunga Bunga Liar
Luar biasa
Nani Rodiah
Aku selalu tunggu2 karyamu ttg keluarga mba arum dan pak kalandra, sambung menyambung bikin hati sangat terhibur👍👍👍❤️❤️❤️❤️💪💪
Nuryanti Yanti
pura pura ky...nyahok sidavin
Nuryanti Yanti
duhhh....mirip si Nina nih ceritanya...beda status aja....byk air mata
Nuryanti Yanti
dah kabur aja....
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Danny Muliawati
kemana yah Thor kok sepi lanjutan nya mana
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Kakak enggak lihat novel ini sudah ada label tamat?
total 1 replies
Haira Latifa
ceritanya sangat bagus, sampai tamat aku baca..!
Nur Halima
Luar biasa
Natasya Lia
sangat puas thor
Nazla Awalia
sejak membaca karya dari ka ros... aq jd males baca novel yg lain,, soalny nyambung bacaan ny wlaupun judul ny beda2 bikin penasaran sama kisah2 selanjutnya.. 👍👍
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Hooohhhh aku nangis baca ini. Makasih banyak Kak 😭😭😭😭❤️
total 1 replies
Dede Yulli
Luar biasa
azka karim
ternyata anak pembokat 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!