Siapa yang menyangka seorang Gus cucu dari pemimpin pesantren bisa melakukan kesalahan yang terbilang fatal.
Zayn tak sengaja meniduri seorang gadis yang merupakan teman adiknya. gadis yang kerap kali Zayn anggap sebagai musuhnya karna perilaku dan tindakan gadis itu.
Zayn terus memaksa akan bertanggung jawab meskipun gadis itu selalu menolaknya. rasa bersalahnya tak hilang begitu saja meski gadis itu tak mempersalahkan apa yang mereka lalu.
Lantas apakah mereka akan tetap diam atas dosa yang pernah mereka lakukan tanpa sengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh wanita
Pagi-pagi, Zayn sudah di buat kehilangan semangat paginya saat hendak memesan kopi di kantin sekolah.
Terlihat Adam dan Alexa tengah makan bersama. Adam merupakan teman sepermainan Zayn juga dan sekarang Adam sudah membuka usaha sendiri di bidang percetakan.
"Assalamualaikum Dam." Zayn menghampiri Adam untuk berbasa-basi sebentar.
"Waalaikumsalam. Eh, Zayn rajin pagi-pagi udah stand by."
"Yupp, iya donk. Biar deket jodoh sama rejeki." Zayn terkekeh.
"Oh ya, kapan Nikah Broo? Lama-lama pacaran itu ga enak. Jangan sampai jagain jodoh orang." Sebenarnya Zayn ingin mengatakan jangan lama-lama pacaran nanti ke bablasan. Namun ia tak segegabah itu lagi pula tak sedekat itu dengan Adam.
"Insya allah secepatnya. Doakan saja." Adam menanggapi sekilas ia tak ingin mempermasalahkan apa yang di katakan Zayn padanya, sedikit banyak ia tau Zayn bermulut pedas. Lagi pula ia tidak pandai berdebat.
Zayn melirik ke arah Alexa yang tengah memakan bubur kacang hijau menggunakan campuran roti gandrum.
"Kopi Dam." Zayn menyerahkan segelas kopi hitam yang masih mengepulkankan asapnya ke arah Adam, ia sengaja memesan dua gelas kopi tadi.
Adam menerima gelas kopi yang di sodorkan oleh Zayn. Ia tak enak jika harus menolak pemberian temannya.
"Terimakadih."
"Kak Adam, jangan minum kopi. Ini masih pagi nanti asam lambung kak Adam naik bagai mana?" Alexa mengambil alih gesas kopi di hadapan Adam dan menggesernya ke hadapan Zayn.
"Kak Zayn saja yang habiskan. Biar kenyang. Ga papa asam lambung kak Zayn naik, sampai luber-luberpun sungguh ga papa. Ga ada yang peduli juga." Alexa juga bawaannya emosi terus jika di hadapkan dengan Zayn.
"Lexa ..." Adam menegur kekasihnya.
"Kak Adam makan bubur ini. Kacang hijau kaya akan serat jadi pencernaan kak Adam akan baik."
"Alexa kau tak lupa kan ini di mana?"
"Oh Ya lupa saya. Maaf pak Dosen."
Zayn hanya mendengus.
"Kapan nikah Zayn? Aku mengerti kau tak akan memiliki kekasih."
"Entahlah belum nemu yang pas Dam."
"Ya ga bakalan ngepas wong ga laku."
"Apa Xa?" Adam bertanya karna tidak terlalu jelas mendengar.
"Ga ko kak."
"Xa, aku harus pergi sekarang. Nanti jika pulang hati-hati ya. Kabari aku jika sudah sampe."
"Oke Kak."
Alexa mencium tangan Adam dengan takzim layaknya istri shaliha padahal status mereka masih sepasang kekasih.
"Ck. Gayamu Xa, Xa. Layaknya istri shaliha. Ga ada dari sonohnya pacar shaliha. Kau pikir dengan mencium tangannya pahalamu bercucuran dari arah tak di sangka-sangka, dosamu berguguran begitu. Yang ada kau malah memupuk dosa Alexa." Zayn kehilangan kata-kata saat menasehati Alexa.
"Iya pak ustadz. Eh ngomong-ngomong rajin bener bapak ngitungin dosa saya." Alexa tak mengerti Zayn selalu sensi padanya, padahal banyak orang yang pacaran di kampus itu mengapa hanya dirinya yang selalu di kritik.
"Lexa."
Teman-teman Lexa yang di dominasi pria menghampiri Alexa. "Baib, honor semalem lu nyanyi udah gua tranfer ya." ujar sala seorang temannya yang beramput cepak.
"Aman, udah masuk kok."
Mereka belum menyadari jika di sana ada dosen mereka.
"Ntar ngeplog di restoran bokal gue ya Xa, bikin ulasan baik. Tenang aja ada bonus tambahan oke."
"Sip."
"Ehem .."
Semua orang menengok ke sumber suara "Eh pak dosen." ujar semuanya kompak.
"Kalian berisik!"
"Maaf pak." ujar si gadis berambut pirang.
"Alexa ..." terdengar suara Hanna memanggil Alexa. Gawat ia harus pergi, kasihan Hanna jika lagi-lagi kena omel karna masih dekat dengannya di hadapan Zayn. Alexa harus pergi.
"Eh, ada Hanna. Maaf Ann, aku harus pergi ada urusan dahhh." Alexa bergegas meninggalkan kerumunan juga Dosen killernya.
"Ga asyik lo Xa." ujar teman-temannya bersamaan.
"Alexa." Hanna menatap sedih punggung Alexa yang menjauh.
"Annaaa ..." Zayn memanggil adiknya.
"Jangan berbicara kepadaku. Sebelum Alexaku kembali." Hanna kemudian pergi.
"Dasar para betina, bisanya cuma mengancam." Zayn bertanya-tanya, jangan-jangan Alexa benar-benar mendengar perbincangan mereka semalam sehingga gadis itu menghindari Hanna. Bukankah itu lebih baik? Zayn tak akan lagi di buat khawatir oleh pergaulan adiknya.
Zayn pergi ke ruangannya. Ia mempersiapkan diri untuk mengajar di kelasnya. Zayn sendiri mengajar di jurusan bisnis.
Tok ...
Tok ...
"Masuk."
Lula, sepupu keduanya memasuki ruangannya. Gadis sepantaran adiknya itu terlihat begitu anggun juga ceria, tutur katanya yang sopan juga Zayn sukai. Zayn dan Lula nyaris tidak pernah berdebat sedari kecil. Lula sangat penurut padanya bahkan melebihi Hanna adiknya sendiri.
Meski begitu Zayn tidak memiliki perasaan yang lebih selain seperti seorang kakak kepada saudara sepupunya. Bahkan Papanya yang menilai Zayn cocok dan Lula menawarkan untuk melamar gadis itu.
Tapi entahlah hati Zayn menolak untuk mengganti setatus sepupu di antara mereka. Jika kata Hana hidup mereka akan monoton dan jalan di tempat seandainya Zayn dan Lula menikah.
"Ada apa Lula?"
"Pak saya mau bimbingan. Kapan bapak senggang." gadis berjilbab moca itu membuka pembicaraan.
"Nanti saja di jam istirahat."
"Baik pak terimakasih."
Lula undur diri.
Tok ...
Tok ...
"Masuk."
"Pak saya mau bimbingan." Tanpa basa basi Alexa membuka materinya.
"Nanti saja jam istrirahat."
"Tidak bisa Pak, nanti saya sibuk."
"Sekarang saya mau menyiapkan materi, satu jam lagi saya mengajar Alexa."
"Ya sudah, jika tidak bisa sekarang tidak usah. Tapi jika nilai saya turun jangan salahkan saya. Bapak yang tidak mempunyai waktu."
"Alexa, saya nanti jam istirahat."
"Sekarang atau tidak sama sekali?"
"Alexa."
"Bagaimana?"
"Ya sudah buka materimu!"
Sialnya Zayn lagi-lagi di buat tak berkutik oleh Alexa. Gadis itu berbuat semaunya. Dari sini saja terlihat perbedaan antara dua gadis yang selalu menjadi bahan perbandingan Zayn. Tapi anehnya Zayn tidak menerima jika Lula melakukan keinginannya. Sedangkan Zayn tak bisa menolak ke inginan Alexa.
Bagaimana bisa Zayn berhenti memusuhi Alexa sedangkan gadis itu mengaja terus membuatnya kesal sepanjang tahun. Ya bagi Zayn Alexa adalah musuh wanitanya.