Berkisah tentang Alzena, seorang wanita sederhana yang mendadak harus menggantikan sepupunya, Kaira, dalam sebuah pernikahan dengan CEO tampan dan kaya bernama Ferdinan. Kaira, yang seharusnya dijodohkan dengan Ferdinan, memutuskan untuk melarikan diri di hari pernikahannya karena tidak ingin terikat dalam perjodohan. Di tengah situasi yang mendesak dan untuk menjaga nama baik keluarga, Alzena akhirnya bersedia menggantikan posisi Kaira, meskipun pernikahan ini bukanlah keinginannya.
Ferdinan, yang awalnya merasa kecewa karena calon istrinya berubah, terpaksa menjalani pernikahan dengan Alzena tanpa cinta. Mereka menjalani kehidupan pernikahan yang penuh canggung dan hambar, dengan perjanjian bahwa hubungan mereka hanyalah formalitas. Seiring berjalannya waktu, situasi mulai berubah ketika Ferdinan perlahan mengenal kebaikan hati dan ketulusan Alzena. Meskipun sering terjadi konflik akibat kepribadian mereka yang bertolak belakang, percikan rasa cinta mulai tumbuh di antara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Kekacauan di Pesta.
Katerine melangkah anggun ke depan ballroom dengan senyuman lebar yang tampak penuh percaya diri. Suaranya mulai menggema melalui mikrofon saat dia berbicara kepada para tamu.
"Terima kasih sudah hadir malam ini, saya ingin berbagi sedikit cerita yang mungkin kalian belum tahu," ucapnya dengan nada yang terdengar tulus, namun penuh sindiran tersembunyi.
Semua tamu mulai memperhatikan, termasuk Alzena yang duduk bersama Ferdinan. Wajah Alzena menegang, merasakan sesuatu yang tidak beres akan terjadi.
"Kalian tahu, ada kisah yang cukup menarik di dunia ini. Bayangkan jika seseorang direbut dari hidupmu, lalu pasangan itu dijodohkan bukan karena cinta, melainkan karena keserakahan. Oh, saya bahkan mendengar keluarga perempuan itu menukar anak mereka hanya demi mendapatkan status dan kekayaan," kata Katerine dengan nada menyindir, sambil melirik langsung ke arah Alzena.
Tamu-tamu mulai berbisik, suasana berubah tegang. Beberapa tatapan tertuju pada Alzena, seolah ingin memastikan kebenaran cerita Katerine.
"Mengerikan, bukan? Tapi, apa yang bisa kita lakukan? Dunia ini memang penuh tipu daya. Ada yang berjuang dari bawah, tapi ada juga yang memilih jalan pintas," tambah Katerine, sambil tersenyum licik.
Alzena merasa dadanya sesak. Hatinya bergetar mendengar tuduhan kejam yang dilontarkan Katerine. Dia ingin berdiri dan membela diri, tapi Ferdinan tiba-tiba memegang tangannya, memberikan sinyal agar tetap tenang.
Ferdinan berdiri dengan tenang, tatapan tajamnya langsung mengarah ke Katerine. Suaranya terdengar jelas di tengah ruangan. "Cukup, Katerine."
Semua mata tertuju pada Ferdinan. Katerine tampak terkejut, namun dia tetap berusaha menjaga sikap santai.
"Aku tidak tahu apa tujuanmu mengatakan semua ini, tapi biar aku luruskan di sini, sekarang juga," ucap Ferdinan dengan tegas. "Alzena adalah istriku. Kami menikah dengan cinta, bukan karena alasan yang kamu sebutkan tadi."
Dia melanjutkan, "Dan soal tuduhan tentang keluarganya, itu hanya omong kosong yang tidak beralasan. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghina istri atau keluarganya."
Ruangan hening, dan tatapan para tamu berubah, kini lebih fokus pada Ferdinan yang berdiri melindungi Alzena.
"Katerine," lanjut Ferdinan, "aku sudah mencoba bersikap baik padamu, tapi malam ini kamu sudah melewati batas. Jika kamu masih terus menyebarkan fitnah ini, aku tidak segan-segan mengambil tindakan hukum."
Katerine terdiam, wajahnya memerah karena malu dan amarah yang tertahan. Ferdinan menoleh ke Alzena, memberikan senyum menenangkan, lalu menggenggam tangannya di depan semua orang.
"Mari, Alzena, kita tidak perlu mendengarkan hal-hal tidak penting seperti ini," katanya lembut, mengajak Alzena berdiri.
Dengan langkah percaya diri, mereka berdua meninggalkan ballroom, meninggalkan Katerine yang hanya bisa menahan rasa malu di depan para tamu yang kini mulai berbisik-bisik tentang tindakannya.
Katerine berusaha menghadang langkah Ferdinan dan Alzena di depan ballroom dengan wajah panik, mencoba menarik perhatian Ferdinan.
"Tunggu, Ferdinan! Kamu tidak bisa pergi begitu saja! Aku belum selesai bicara!" serunya dengan suara lantang, membuat beberapa tamu melirik ke arah mereka.
Namun, Farrel, asisten Ferdinan yang sigap, segera berdiri di antara mereka. Dengan tenang namun tegas, Farrel berkata, "Permisi, Nona Katerine, lebih baik Anda tidak menghalangi jalan mereka. Tuan Ferdinan memiliki urusan lain yang lebih penting."
Katerine memandang Farrel dengan tatapan kesal, tetapi langkahnya terhenti karena tahu bahwa melawan asisten Ferdinan hanya akan memperburuk situasi.
Ferdinan, tanpa sepatah kata pun, segera merangkul Alzena dengan penuh perlindungan. Dia membuka jasnya dan menutupkan ke wajah Alzena untuk melindunginya dari sorotan kamera yang mungkin tersembunyi di antara kerumunan.
"Jangan khawatir, aku akan melindungimu," bisik Ferdinan lembut di telinga Alzena.
Mereka berjalan cepat menuju pintu keluar, melewati tatapan tajam beberapa tamu dan penggemar Katerine yang masih bergumam pelan. Beberapa wartawan yang berkumpul di lobi mencoba mengambil gambar dan mendekati mereka, tetapi Ferdinan dengan tegas berkata, "Tidak ada komentar malam ini. Silakan beri kami ruang."
Setelah sampai di mobilnya, Ferdinan membuka pintu untuk Alzena dan memastikan dia duduk dengan nyaman sebelum masuk ke sisi pengemudi. Dia menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan tangan, dan menyalakan mesin mobil.
"Maaf untuk semua ini, Alzena," ucap Ferdinan sambil melirik istrinya dengan penuh penyesalan. "Aku tidak seharusnya membiarkan kamu mengalami hal seperti ini."
Alzena hanya diam, wajahnya masih menyimpan sisa ketegangan. Dia menunduk, mencoba menenangkan diri, sementara Ferdinan menggenggam tangannya sejenak sebelum mulai mengemudikan mobil keluar dari hotel.
Malam ini seharusnya menjadi momen indah untuk mereka berdua, berubah menjadi situasi penuh dengan tekanan bagia Alzena. Namun bertekad akan segera menyelesaikan permasalahan ini demi menjaga Alzena dan agar hubungan yang utuh.
Berita online tentang kisah cinta segitiga antara Ferdinan, Katerine, dan Alzena menjadi viral, dengan berbagai judul sensasional menghiasi laman utama media. Foto-foto Ferdinan dan Alzena di pesta, serta pertemuan Katerine di ballroom, dijadikan bahan spekulasi yang semakin memperburuk keadaan.
Alzena, yang biasanya berusaha tegar, tidak dapat menahan rasa syok. Tubuhnya mulai lemah, dan dia jatuh sakit dengan suhu tubuh yang tinggi. Ferdinan yang baru pulang dari kantor terkejut melihat Alzena terbaring lemas di tempat tidur, wajahnya pucat, matanya sembab, dan tangan kecilnya menggenggam foto lama dirinya bersama sang nenek.
"Sayang, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu tidak enak badan?" tanya Ferdinan dengan nada khawatir, segera mendekat dan menyentuh dahinya yang panas.
Alzena hanya menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku rindu nenek... Aku rindu masa kecilku... Semua ini terlalu berat, mss. Aku tidak siap dengan semua tuduhan mereka..."
Ferdinan merasa dadanya sesak mendengar pengakuan Alzena. Dia tahu istrinya sudah cukup menderita sejak berita tersebut beredar. "Aku minta maaf, Zena. Aku yang seharusnya melindungimu, tapi malah membuat kamu terjebak di situasi ini."
Dia segera mengambil telepon dan menghubungi dokter pribadi mereka untuk memastikan kondisi Alzena tidak memburuk. Setelah itu, Ferdinan duduk di sampingnya, menggenggam erat tangan Alzena.
"Aku janji akan membereskan semuanya. Aku akan melindungimu dari mereka, dari siapa pun yang mencoba menyakitimu," ucapnya dengan nada penuh ketegasan.
Namun, Alzena hanya menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Fer. Aku hanya ingin semuanya tenang. Aku ingin kehidupan sederhana seperti dulu bersama nenek."
Mendengar itu, Ferdinan memutuskan untuk menghubungi nenek Alzena di desa. Dia tahu bahwa hanya pelukan hangat sang nenek yang bisa menghibur Alzena di saat seperti ini. "Kalau kamu ingin bertemu nenek, kita akan ke sana. Aku akan memastikan kamu mendapatkan ketenangan, Zena."
Alzena memandang Ferdinan dengan mata yang lelah namun penuh harap. Meskipun sakit, dia merasa lega mendengar tekad suaminya untuk melindunginya dan membawanya pulang ke rumah nenek yang selalu dirindukan.