Arisha, gadis yang tidak pernah merasakan kebahagiaan setelah orang tuanya berpisah.
Tak disangka, takdir membawanya bertemu shean. Pria yang ditinggal istrinya setelah melahirkan putranya..
Demi biaya operasi ibunya, risha terpaksa menerima tawaran shean untuk menjadi ibu sambung dari putranya yang hanya menginginkan gadis itu..
Mampukah Risha menjalani peran Seorang ibu untuk Archie, dan menjadi istri kontrak untuk shean?...
Happy reading...
Tinggalkan jejak berupa Like komen jika suka dengan cerita ini. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Saling Mengagumi
"Arisha..." Panggil seseorang, membuat arisha angga dan Lisa menoleh kesumber suara.
"Ayah." Lirih lisa.
Tuan Argantara berjalan menghampiri anak - anaknya.
Risha Mendecak.
"Apa kabar, Risha?" Sapa tuan Argantara. Bibirnya tersenyum setelah lama sekali tidak bertemu putri dari mantan istrinya.
"Seperti yang anda lihat." Ketus risha.
"Ayah kesini ingin menjenguk, ibumu."
"Buat apa? Ibuku baik - baik saja."
Tuan Arga menghembuskan nafasnya pelan. Beginilah sifat putrinya padanya. Risha yang terang - terangan menjaga jarak dengannya, terkadang membuat pria itu merasa bersalah. Namun semua ditepisnya, Rasa cintanya kepada mamanya lisa terlalu besar hingga tega meninggalkan anak - anaknya yang membutuhkannya.
"Risha, Saya ayahmu."
"Saya tidak bertanya." Jawab risha. Kenyataan yang dibenci risha, orang tua lengkap namun tak bisa bersama. Memang ada istilah mantan istri, namun tak ada istilah mantan anak. Tapi mengapa ayah risha seolah lepas tangan dengan tanggung jawabnya terhada risha dan angga? Salahkah risha, bila gadis itu marah terhadap ayahnya?.
"Mengapa kamu menolak bantuan dari ayah?" Tanya tuan arga. Masih ingat kemarin istrinya menelpon dan mengatakan kalau risha menolak bantuannya. Setelah sampai dinegaranya, pria itu pun langsung menuju rumah sakit tempat mantan istrinya dirawat.
"Saya tidak butuh sumbangan, anda."
"Mengapa kamu selalu acuh pada ayah, risha. Ini kah didikan ibumu? Sifat kamu itu benar - benar berbeda dari lisa. Andaikan dulu ayah membawamu, pasti kamu tidak akan seperti ini."
"Terima kasih anda sudah perhatian sama, saya. Tapi kurasa anda salah menilai ibu saya. Dia tetap yang terbaik" Jawab risha tersenyum.
Dokter zayn dan perawat yang baru keluar dari ruang rawat ibu anita pun menghentikan perdebatan mereka.
"Lis, bawa angga keluar dulu." Ucap tuan arga. Angga belum dewasa untuk mendengar apa yang dokter zayn katakan, terlebih setelah melihat raut wajah dokter zayn yang berbeda.
Lisa yang menuruti apa kata ayahnya pun dengan segera menggandeng tangan adik tirinya pergi. Walau sebenarnya malas sekali mengurusi hidup saudara - saudari tirinya.
"Bagaimana keadaan ibuku, dok?" Tanya risha.
"Dalam waktu tiga hari nan, ibumu harus melakukan operasi jantung. Jika terlalu lama lagi ditunda, itu akan sangat beresiko untuk keselamatannya."
"Lakukan yang terbaik dok, saya akan membayar biayanya."
Risha menatap tajam pria yang lancang mencampur urusannya.
"Saya tidak butuh uang, anda." Ketus risha.
"Ini bukan soal butuh atau tidak, risha. Kau tidak lihat ibumu didalam? Turunkan sedikit egomu, biarkan ayah membantumu."
Merasa tidak pantas berada ditengah-tengah perdebatan keluarga pasiennya, dokter zayn pun berpamitan pergi.
"Saya bisa cari uang sendiri."
"Dengan bekerja sehari semalam pun, untuk mengumpulkan uang sebanyak itu kau tidak akan bisa." Ucap tuan arga.
Memang benar kan, setinggi apapun pendidikan risha, dia hanyalah kariawan devinisi, Bahkan gaji sebulan pun tak akan bisa mengurangi biaya ibunya.
"Jika tuhan sudah berkehendak, apapun yang tidak bisa pasti bisa."
"Jangan melakukan hal gila." Tuan arga kini menatap putrinya tajam.
Risha sama sekali tidak bergeming atas sikap ayahnya. Peduli apa tuan Argantara? Bertahun - tahun menelantarkannya dan baru datang sekarang? Setelah semua yang dilakukannya terhadap dirinya dan angga, kini datang seolah menjadi pahlawan.
*
*
*
*
*
Kantor pusat Elza Group.
Kini menjadi tujuan Gadis yang mengenakan stelan celana jeans putih dan kemeja kotak - kotak hitam. Sederhana namun terlihat sangat cocok dipakainya, siapa lagi kalau bukan Arisha.
Pukul set 3 siang, setelah perdebatan arisha dan tuan Argantara, gadis itu sudah memikirkan matang - matang keputusan yang diambil. Jalan yang sulit ditempuh namun harus tetap diterjang demi sebuah tujuan. Ya mau gimana lagi? Kalau adanya memang jalan itu..
Arisha memandangi bangunan gedung mewah yang menjulang tinggi didepannya. Sebuah plang nama besar tertulis ditengah-tengah. Kantor pusat ELZA GROUP.
Dengan ragu, gadis berusia 24 tahun itu melangkah menuju pintu utama Elza group. Setelah melakukan pemeriksaan saat hendak memasuki kantor, gadis itu langsung menuju bagian Resepsionis. Dua kariawan resepsionis yang bertugas pun langsung menyambut arisha dengan senyum ramahnya.
"Selamat siang, nona. Ada yang bisa kami bantu?"
Dua kariawan perempuan itu mengantupkan kedua tangannya.
"Apa, ini benar, Kantornya tuan Shean?" Tanya risha sedikit ragu. Apakah benar pria yang dirumah sakit itu pemilik perusahaan sebesar ini? Itu artinya, dia memang bukan orang sembarangan.
"Benar. Gedung dan kantor ini milik presedir Shean."
Tidak salah lagi, kan? dugaan risha.
"Saya bisa bertemu dengan, tuan shean?"
Dua kariawan resepsionis itu saling melempar pandang.
"Apakah sebelumnya sudah ada janji?" Tanya salah satu resepsionis.
Risha menggeleng. "Belum."
"Mohon tunggu sebentar, ya. Kami akan menghubungi Sekretaris presiden terlebih dahulu. Jika presiden sibuk, maka anda bisa membuat janji dilain waktu."
"Baiklah."
Salah satu resepsionis pun mencoba menghubungi sekertaris presiden liwat telepon kantor.
"Nona, siapa nama anda?"
"Arisha Camelia."
kariawan Resepsionis itu pun mematikan telpon.
"Nona, mari ikut saya. Anda dipersilahkan masuk."
Risha bernafas lega. Kalau pertemuan ini gagal, artinya ibunya pun akan ditunda juga untuk operasi. Menerima bantuan dari ayahnya pun tak mungkin, dan inilah jalan yang diambil.
Risha mengikuti langkah Kariawan resepsionis yang terbalut stelan jas dan kemeja hitam. Setelah menaiki lift umum, mereka pun sampai dilantai 12. Tepatnya lantai dimana hanya ada ruangan sang presiden direktur dan sekertaris. Juga ruangan - ruangan penting yang hanya kariawan khusus yang diperbolehkan masuk.
"Permisi, Kak Nila. Ini gadis yang mau bertemu tuan, presiden."
"Pergilah. Biar saya yang urus."
"Baik, kak. Saya permisi." Kariawan resepsionis itu pun melangkah pergi meninggalkan mereka.
"Mari nona." Ucap sekretaris nila.
Risha pun mengikuti langkah sekretaris nila memasuki ruangan sang big bos.
Risha terkagum-kagum saat melihat ruangan yang dimasuki. Sederhana namun mewah.
Sekretaris nila melangkah pergi setelah sang atasan menyuruh.
"Apa kabar, nona arisha?"
Sapa-an Shean membuyarkan lamunan gadis yang tengah memandangi setiap inci benda dalam ruangan.
"Sa-saya. Baik." Risha gugup ketika menyadari, pria tampan itu sudah berada didepannya. Kapan shean berjalan?
Pria itu terkekeh pelan melihat ekspresi gadis yang terlihat gugup itu. Sangat imut . Apalagi penampilannya yang sederhana, shean menyukainya. Apapun yang dipakai terlihat indah.
Shean memasukkan tangan kirinya di saku kiri celana-nya. jasnya sudah dilepas setelah kembali dari makan siang. Kini pria itu hanya terbalut kemeja warna putih tanpa dasi, dan kancing bagian atasnya dibuka. gerah katanya.
Sepersekian detik, risha terpesona dengan tampilan pria matang didepannya. Tampan dan mapan, duda pula. Kurang apa lagi coba? Sialan memang, risha.
Setelah 'saling mengagumi' satu sama lain tanpa sepengetahuan keduanya. Shean berdehem.
"Silahkan duduk." Ucap shean sembari berjalan kearah kursi sofa diruang kerjanya.
Risha mengambil tempat duduk disofa panjang 3 orang. Dan shean single.
Dua minuman dan beberapa cemilan sudah tersaji, setelah Seorang Office boy datang mengantar. Sehan memang sudah memintanya, untuk tamu spesialnya.
"Minumlah terlebih dahulu. Atau mau makan sekalian? Biar saya suruh Nila pesankan makanan." Tawar shean.
Pria itu menyunggingkan senyum untuk pertama kalinya dengan tulus didepan Risha. Manis sekali ketika bibir ranum itu Melengkung keatas dengan indah
Risha seketika terpana dengan pesona yang diberikan Shean. Bisakan nanti dia tak main hati dengan pria itu bila seperti ini? Bukankah cinta tidak bisa memilih, dimana bisa berlabuh?
Risha mengerjapkan matanya berkali-kali. Bisa-bisanya memuji pria itu. Kurang ajar.
"Terima kasih tawaran-nya. Tapi saya kesini bukan meminta makan." Jawab risha.
"Oke, baiklah. Kalau begitu langsung to the point saja. Ada apa anda kemari?" Shean menatap intens bola mata yang membuat matanya tertarik.
Sekali lagi risha berfikir ulang. Apakah keputusannya tepat? Menjadi Seorang ibu dari Anak yang bukan lahir dari rahimnya? Bisakah risha memberikan kasih sayang tulus pada Putra shean?
gadis itu berkali- kali menarik nafas dan mengeluarkannya. Pasokan oksigen tiba-tiba menipis, membuat jantungnya berdetak berkali-kali lipat dari biasanya.
"Sa-saya..."
*
*
*
*
Bersambung...
aturannya kamu bikin pak suami jatuh cinta dan bucin, rasa kamu jangan kasih liat dulu 🤭