NovelToon NovelToon
Manuskrip Vyonich

Manuskrip Vyonich

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Cinta Terlarang / Epik Petualangan / Persahabatan / Romansa
Popularitas:233
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Rifa'i

Arka Fadhlan, seorang pakar kriptografi, menemukan potongan manuskrip kuno yang disebut Vyonich, teks misterius yang diyakini berasal dari peradaban yang telah lama menghilang. Berbagai pihak mulai memburunya—dari akademisi yang ingin mengungkap sejarah hingga organisasi rahasia yang percaya bahwa manuskrip itu menyimpan rahasia luar biasa.

Saat Arka mulai memecahkan kode dalam manuskrip, ia menemukan pola yang mengarah ke lokasi tersembunyi di berbagai penjuru dunia. Dibantu oleh Kiara, seorang arkeolog eksentrik, mereka memulai perjalanan berbahaya melintasi reruntuhan kuno dan menghadapi bahaya tak terduga.

Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin banyak rahasia yang terungkap—termasuk kebenaran mengejutkan tentang asal-usul manusia dan kemungkinan adanya kekuatan yang telah lama terlupakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Sebuah Teka-Teki

Langit di atas Praha tampak kelabu saat Arka Fadhlan melangkah keluar dari Perpustakaan Nasional. Tangannya masih gemetar, bukan karena cuaca yang dingin, tetapi karena sesuatu yang baru saja ditemukannya. Di dalam tas kulitnya, tersimpan beberapa lembar fotokopi dari manuskrip yang hampir terlupakan oleh waktu, Manuskrip Vyonich.

Arka, seorang pakar kriptografi dari Indonesia, tidak pernah menyangka pencariannya akan membawanya sejauh ini. Selama bertahun-tahun, ia mendalami teks-teks kuno yang belum terpecahkan, tapi tak satu pun yang se-misterius Vyonich. Tulisan dalam manuskrip itu seperti tarian rumit dari simbol-simbol aneh, tidak menyerupai alfabet atau aksara mana pun yang dikenal manusia.

Ia melirik jam tangannya. 19:45. Jika ingin mengejar penerbangan ke London, ia harus segera pergi. Namun, langkahnya terhenti saat ponselnya bergetar.

Nomor tidak dikenal.

Arka mengernyit. Ia hampir mengabaikannya, tapi sesuatu dalam dirinya berkata untuk menjawab.

"Halo?"

Hening sejenak. Kemudian, suara seorang wanita berbicara dengan nada tegas, namun berbisik.

"Aku tahu kau telah menemukan sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi. Jika kau ingin hidup, jangan naik pesawat itu."

Jantung Arka berdetak lebih cepat. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi hanya melihat kerumunan turis dan penduduk lokal yang sibuk dengan urusan mereka.

"Siapa ini?" tanyanya, berusaha tetap tenang.

"Aku bukan musuhmu, tapi mereka sedang mengawasi mu. Pergilah ke Katedral St. Vitus sekarang. Aku akan menemui mu di sana. Dan satu hal lagi, jangan percaya siapa pun."

Sambungan terputus.

Arka menggenggam ponselnya erat-erat. Semua ini terlalu aneh. Bagaimana seseorang bisa tahu tentang manuskrip itu? Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan?

Satu hal yang pasti, ia tidak bisa mengabaikan peringatan itu.

Katedral St. Vitus, 20:15

Katedral berdiri megah di bawah cahaya remang senja, bayangannya memanjang di atas halaman batu yang basah oleh hujan. Arka melangkah masuk, merasakan udara dingin dan aroma dupa yang khas.

Ia berjalan ke tengah gereja, matanya menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda seseorang yang mungkin mengenalnya.

Lalu, ia melihatnya.

Seorang wanita dengan rambut cokelat gelap, mengenakan mantel hitam panjang, berdiri di dekat altar. Tatapannya tajam, penuh kewaspadaan. Saat Arka mendekat, wanita itu berbicara tanpa basa-basi.

"Kau Arka Fadhlan?"

Arka mengangguk. "Dan kau siapa?"

Wanita itu mengeluarkan sebuah amplop dari dalam mantelnya dan menyerahkannya kepadanya.

"Namaku Kiara. Aku seorang arkeolog, dan aku tahu apa yang kau cari."

Arka merobek amplop itu dengan cepat. Di dalamnya, ada foto lembaran lain dari Manuskrip Vyonich, tetapi berbeda dari yang ia temukan di perpustakaan. Simbol-simbolnya lebih jelas, dan ada pola yang tampak seperti koordinat.

"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanyanya.

Kiara tersenyum tipis. "Manuskrip itu bukan sekadar teks kuno. Ia adalah peta, dan kita bukan satu-satunya yang mencarinya."

Sebelum Arka bisa merespons, suara langkah kaki bergema di dalam katedral.

Mereka tidak sendirian.

Arka merasakan bulu kuduknya meremang saat tiga pria berbadan tegap dengan jas hitam masuk ke dalam gereja. Mata mereka tertuju langsung padanya dan Kiara.

"Mereka sudah menemukan kita," bisik Kiara.

Arka mencengkeram amplop itu lebih erat. Ia tidak tahu siapa orang-orang ini, tapi nalurinya mengatakan bahwa mereka bukanlah pihak yang bisa diajak bicara.

"Ikuti aku," ujar Kiara, menarik tangan Arka.

Mereka berlari ke bagian samping katedral, menuju pintu kecil yang mengarah ke lorong bawah tanah. Kiara mendorong pintu itu dengan cepat dan menguncinya dari dalam, tepat saat suara langkah kaki semakin dekat.

"Kau yakin ini bukan jebakan?" tanya Arka, napasnya memburu.

Kiara menatapnya serius. "Jika aku ingin menjebak mu, aku tidak akan repot-repot menyelamatkanmu."

Arka terdiam. Ia tidak punya pilihan lain selain mempercayainya, setidaknya untuk saat ini.

Di balik pintu, terdengar suara benturan keras. Para pengejar mereka tidak akan menyerah begitu saja.

"Kita harus pergi dari sini, sekarang," kata Kiara.

Tanpa menunggu jawaban, ia mulai berlari menyusuri lorong gelap. Arka mengikutinya, menyadari bahwa ini baru awal dari teka-teki besar yang harus mereka pecahkan.

Di tangannya, lembaran Manuskrip Vyonich bergetar pelan. Seolah memberi isyarat bahwa rahasia yang tersembunyi di dalamnya akan segera terungkap.

...****************...

Lorong bawah tanah yang mereka masuki sempit dan lembap, diterangi hanya oleh cahaya kuning redup dari lampu-lampu tua yang tergantung di dinding batu. Langkah kaki mereka beradu dengan lantai yang kasar, bergema dalam keheningan. Arka mencoba mengatur napasnya yang memburu, sementara Kiara berlari di depannya, matanya tajam mencari jalan keluar.

Di belakang mereka, suara benturan keras menggema. Para pengejar mereka pasti telah menemukan pintu masuk lorong ini.

"Berapa jauh lagi?" bisik Arka.

"Tidak jauh, ada pintu keluar di dekat ruang penyimpanan tua. Jika kita bisa keluar sebelum mereka menyusul, kita punya kesempatan melarikan diri."

Arka menatap lembaran Manuskrip Vyonich di tangannya. Ia tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata Kiara sebelumnya. Manuskrip ini adalah peta. Tapi peta menuju apa?

Langkah mereka tiba di persimpangan. Kiara mengambil jalan ke kiri, tapi tiba-tiba terdengar suara letusan. Suara peluru memantul di dinding batu, hanya beberapa inci dari kepala Arka.

"Cepat!" Kiara menarik tangannya dan mereka berdua berlari lebih cepat.

Di ujung lorong, terlihat sebuah pintu tua dari kayu yang sudah lapuk. Kiara mendorongnya keras-keras, dan dengan berderit pintu itu terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan gelap yang dipenuhi rak-rak tua dan peti kayu berdebu.

Mereka masuk, menutup pintu di belakang mereka, dan bersembunyi di balik salah satu peti. Napas Arka masih memburu, dan ia bisa merasakan detak jantungnya berdentum keras.

Kiara meletakkan jari di bibirnya, memberi isyarat untuk tetap diam.

Suara langkah kaki mendekat. Pintu lorong dibuka dengan paksa, dan seseorang masuk. Arka bisa melihat sepatu kulit hitam mengilap di bawah celah rak.

Hening.

Arka menahan napas, berharap mereka tidak ditemukan.

Namun, tiba-tiba suara seseorang berbicara dengan bahasa yang tidak dikenalnya.

"Zyren vosh'kal. Deyra vyonich."

Arka mencengkeram lembaran manuskrip lebih erat. Kata "Vyonich" disebutkan mereka memang mencari manuskrip itu!

Lalu, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Manuskrip di tangan Arka tiba-tiba terasa panas, seperti ada aliran energi yang mengalir melalui kertas tua itu. Huruf-huruf yang semula tampak acak mulai bersinar samar, membentuk pola yang hampir seperti peta bintang.

Arka menatap Kiara, matanya membelalak.

"Kau melihat ini?" bisiknya.

Kiara mengangguk, jelas sama terkejutnya.

Di luar, suara langkah kaki semakin menjauh. Para pengejar mereka tampaknya tidak menemukan mereka dan beralih ke tempat lain.

Saat semuanya hening kembali, Arka dan Kiara saling berpandangan. Mereka baru saja menyaksikan sesuatu yang tak dapat dijelaskan.

"Manuskrip ini lebih dari sekadar kode," bisik Arka. "Ini… sesuatu yang hidup."

Kiara menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

"Dan itu berarti," katanya pelan, "kita bukan satu-satunya yang menginginkannya."

Suasana di ruangan itu terasa lebih dingin, seolah ada sesuatu yang mengintai mereka dari balik bayangan.

Di tangan Arka, lembaran Manuskrip Vyonich masih bersinar redup, seakan memberi isyarat bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.

1
Diana Dwiari
berasa nonton film lara croft
Ahmad Rifa'i: terima kasih kak sudah mampir ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!