Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Tak Sengaja Menabrak
"Hahahah...iya..iya, lain kali di club yang lain," pungkas Leandra tertawa langsung mendapat tatapan horor dari Pamela.
"Aku bercanda kok, Jack juga melarang ku tadi. Padahal dia juga sering ke tempat seperti ini dengan teman-temannya," kata Leandra.
"Sudah..sudah...kita pesan minum saja," ucap Casey. Mereka lalu memesan mocktail dan beberapa makanan.
Saat mereka sedang menikmati minuman dan makanan yang dipesan, Casey tiba-tiba berdiri menahan sesuatu, "guys..aku ke toilet sebentar ya, kebelet banget," ujar Casey melangkahkan kakinya menuju toilet bar.
Setelah buang air kecil, Casey bercermin di kaca toilet dan merapikan penampilannya. Ia memakai dress hitam di atas lutut yang mencetak jelas lekuk tubuhnya. Serta rambut yang diikat cepol menampilkan bahu mulusnya.
drrrrttt....drrrttt..., ponsel Casey bergetar. Ia lalu melihat layar ponselnya dan mengangkat panggilan itu.
"Halo kak, ada apa?" tanya Casey.
"Aku hanya ingin memberitahu saja kalau aku dan mommy mau berkunjung ke rumah aunty Clarissa, apa kamu tidak ingin ikut?" tanya Adeline. Clarissa adalah saudara perempuan dari Matilda.
"Tidak kak, kalian pergi saja. Aku masih bersama teman-teman yang lain. Tidak enak meninggalkan mereka," ucap Casey menolak.
"Baiklah kalau begitu, hati-hati saat pulang nanti," tukas Adeline sangat perhatian pada adiknya itu.
"Iya kak, aku tutup teleponnya dulu. Bye kak," pungkas Casey mematikan ponselnya.
Casey keluar dari toilet dan tidak sengaja menabrak tubuh seorang pria yang bertubuh tegap dengan balutan kemeja biru. Lengan bajunya digulung hingga sebatas sikunya.
"Akkhhh.." pekik Casey hampir saja terjatuh jika saja pria itu tidak sigap menarik tubuhnya.
Casey menatap pria itu dan seketika tubuhnya tersentak. Matanya mengerjap beberapa kali. Rasanya wajah pria itu tidak asing baginya. Seketika ia terbayang dengan kejadian beberapa tahun lalu.
"Ma..maaf saya tidak sengaja menabrak anda," ujarnya mendorong dada bidang pria di depannya. Casey pergi meninggalkan pria itu dengan langkah yang cepat dan kembali menemui ketiga temannya. Pria itu tampak mengernyitkan kedua alisnya melihat sikap wanita yang baru saja menabraknya.
"Apa kami pernah bertemu," batin Dariel saat merasakan tubuh wanita itu yang tiba-tiba tersentak saat menatapnya. Dan sialnya kenapa pikirannya terbayang saat tangannya tidak sengaja menyentuh bokong wanita yang tidak sengaja menabraknya.
"Ah sudahlah. Tidak penting juga," Dariel menggelengkan kepalanya masuk ke dalam toilet pria.
"Casey... ada apa dengan wajahmu itu?" tanya Leandra menatap wajah pucat Casey.
"Hah...memangnya ada apa dengan wajah ku," pungkas Casey memegang wajahnya.
"Kau tampak sedikit pucat, tadi wajah mu baik-baik saja. Apa terjadi sesuatu di toilet atau kamu sedang tidak enak badan?" tanya Megan.
"Aku baik-baik saja kok," ujar Casey meneguk moktailnya. Ia harap ketiga temannya tidak bertanya lebih jauh lagi. Untung saja Pamela kembali bergabung dengan mereka setelah mengakhiri panggilan dari ibunya.
"Aku harus pulang. Sepertinya ayahku berhutang lagi," pungkas Pamela dengan wajah sedihnya. Ibunya baru saja mengatakan jika penagih hutang datang lagi kerumah mereka. Pamela tidak tau sebanyak apa utang-utang ayahnya yang suka minum-minum dan berjudi itu.
"Astaga Pamela, kalau begitu kami akan ikut mengantar mu," pungkas Casey.
"Tidak perlu Casey, aku pulang sendiri saja. Kalian lanjut saja minumnya," balas Pamela menolak.
"Kalau begitu aku akan mengirim sedikit uang yang kupunya untuk membantu melunasi utang ayahmu," ujar Casey.
"Jangan Casey. Aku akan meminjamnya dari dari Mrs. Luvena saja," timpal Pamela.