Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Tanah di sepatu
Saat pagi hari, Fatma membangunkan putra yang malah tidur lagi usai sholat shubuh. Arya bilang tidak apa apa karena memang masih kecil, sedangkan Arya kedesa sebelah lagi untuk melihat keadaan mayat yang ada di sana dan bila memang nasib nya mujur maka dia ingin bertemu dengan arwah nya Sukma yang menjadi orang pertama dalam kasus ini.
Sebab baik Purnama atau pun Arya mereka belum sempat bertemu dengan arwah Sukma, entah kemana juga Purnama pergi nya karena seolah dia sedang sibuk dengan urusan nya sendiri. Arya tidak tau Kakak nya ada urusan apa, sebab dia pun tidak banyak tanya karena memikirkan masalah dia sendiri.
Kali ini masalah jauh lebih berat dari apa pun karena bila memang ramalan nya Arjuna benar, maka sudah pasti lawan nya Arka adalah Ayah dan juga Bibi nya sendiri. dalam keadaan begitu lah yang membuat Arya sangat pusing sekali, takut bila dia tak akan mampu menghadapi anak nya.
Bukan karena kekuatan nya, tapi rasa kasih sayang seorang Ayah yang tidak mungkin bisa hilang. sejahat apa pun Arka nanti, namun tetap saja Arka adalah putra nya sehingga tidak bisa mau di ganggu gugat lagi, bahkan rasa takut nya itu lebih besar dari apa pun yang pernah ia lalui selama ini.
Maka nya sebisa mungkin Arya akan menyelidiki nya dengan teliti, sebab dia pun harus waspada dan tidak boleh ceroboh, pagi tadi sudah pergi dan hanya tinggal Fatma di rumah sendirian bersama anak nya yang kecil bernama Kiara yang baru berusia tiga tahun setengah.
"Tanah!" Fatma menatap sepatu Arka yang ada di dalam rak.
"Ibu." Arka bangun dari tempat tidur nya mendekati Fatma.
"Arka sudah bangun, hari sudah siang sekali ini." ujar Fatma.
"Arka mengantuk sekali, maka nya tadi tidur lagi pas selesai sholat." jawab Arka mengucek mata nya.
"Ya sudah kalau begitu sekarang mandi dulu, Ibu sudah buat sarapan." suruh Fatma.
"Baik." Arka mencium Ibu nya sekilas dan masuk kedalam kamar mandi yang ada dalam kamar nya.
"Dari mana dia dapat tanah ini, tanah nya merah dan becek!" gumam Fatma memperhatikan sepatu milik putra nya.
Semula yang hati nya yakin bahwa Arka tak akan macam macam seperti yang Arya cemaskan, malah menjadi gamang karena sepatu ini tanah nya masih sangat baru dan juga basah. Xiela yang di tugaskan menjaga di luar kamar juga heran saat di panggil oleh Fatma, sebab dia pun tidak ada melihat Arka keluar.
"Aku sama sekali tidak ada melihat nya keluar kok, Fatma." ujar Xiela meyakinkan.
"Tapi ini tanah nya masih basah, La! dia juga tidak ada keluar di siang hari, kan sepatu sekolah beda." ujar Fatma yang bingung juga.
"Ini memang masih sangat basah, kira kira memang tadi malam dia keluar." angguk Xiela pula.
"Bagai mana ini, Ya Allah?" Fatma sudah lemas karena pikiran nya kemana mana.
"Jangan panik dulu, bisa saja dia keluar saat siang tapi kau tidak melihat." Xiela masih membela Arka karena tidak mau bocah kecil itu di salahkan.
"Tapi kau bilang juga dia tidak ada keluar malam." lirih Fatma sampai gemetar.
"Kalau dia keluar malam maka sudah pasti kalian curiga, bisa saja ini keluar siang kemarin!" sentak Xiela kesal juga lama lama.
Fatma memang menangis karena takut bila Arka memang pelaku nya dan membuat kehebohan besar, tidak bisa ia bayangkan bila nanti malah terjadi perseteruan yang sangat besar antara mereka semua karena Arka yang sudah salah jalan hingga membunuh banyak nyawa.
"Ada apa ini?" Purnama datang karena mendengar keributan besar.
"Anak ku, Mbak Pur! tolong katakan padaku kalau Arka bukan pelaku nya." Fatma sudah menangis kencang karena panik.
"Diam lah, menangis tak akan membuat masalah jadi menemukan solusi!" sentak Purnama yang paling anti ribut dan juga menangis begini meski pun itu saudara sendiri.
Fatma cepat mengusap air mata nya agar masalah cepat selesai dan Purnama bisa dengan adem mencari kan solusi, yang ada nanti malah kena banting oleh Kakak nya sehingga dan pasti akan sakit pinggang.
"Aku tidak sanggup membayangkan bila anak ku jadi pembunuh, Mbak." isak Fatma.
"Maka tidak usah di bayangkan!" ketus Purnama pula.
Xiela memutar bola mata nya malas karena Ratu ular satu ini dangat tidak basa basi, bahkan mungkin saja Purnama tidak tau kalimat menenangkan itu bagai mana sehingga kalau teman curhat langsung di sekak saja.
Mohon maaf guys, enggak bisa up lagi karena banyak sekaleh jadwal kondangan.
salah satu di antaranya atau ke duanya 🤔
tapi nanti takut salah,mlah bukan ke 2nya,,,kasihan yg di tuding 😁😁😁