NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Bee? Dia siapa? Kenapa manggil kamu bee? Jangan bilang kamu manggil dia umi," ujar Diana yang sejujurnya membuat aku ingin tertawa. Namun, di situasi seperti ini tak mungkin juga aku tertawa.

"Nggak, aku nggak manggil umi, yang."

Bisa-bisanya aku keceplosan dalam situasi genting seperti ini. Aku menutup rapat mulutku meskipun percuma saja karena mereka terlanjur mendengar.

"Kamu bilang apa tadi? Yang? Kamu duain aku?" tuduh Nilam

"Emang kamu siapa? Selingkuhan Bari?" sahut Diana ketus.

"Kamu kali yang dijadikan selingkuhan. Aku sudah satu tahun pacaran sama Bari." Nilam tak mau kalah.

"Masih lama aku, aku udah satu tahun lebih satu hari. Itu artinya kamu yang jadi selingkuhan."

Ya Tuhan bisa-bisanya Diana masih membuatku ingin tertawa. Bahkan aku sendiri lupa kapan aku jadian dengan mereka saking banyaknya wanita yang jadi kekasih ku.

"Bisa-bisanya kamu duain aku Bar? Kamu pikir kamu ganteng apa? Ganteng modal skincare aja sok-sok an mau selingkuh. Kita putus," ucap Diana yang jujur saja membuat aku geli.

Wanita pertama yang mengatai aku ganteng karena skincare. Jika wanita lain akan menangis karena tahu pacarnya memiliki wanita lain, tidak dengan Diana. Wanita itu justru mencaci maki ku.

"Nih ambil laki-laki macam buaya. Laki-laki model beginian juga aku bisa nyari, lebih kaya, lebih ganteng, lebih segalanya." Diana mengatakan itu dengan mata yang sesekali melirik ku. Sangat terlihat bahwa dia marah dan kesal padaku. Aku hanya mampu mengantar kepergiannya dengan sudut netraku.

"Mikir apa kamu? Kamu pikir aku mau nerusin hubungan ini, nggak. Kita putus, nih ambil barang yang kamu pilih buat aku." Nilam juga pergi meninggalkan aku seorang diri di tempat yang seramai ini.

Aku tak berniat mengejar salah satu dari mereka. Hal ini sudah aku anggap biasa, karena memang ini sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang Bari.

Aku mengembalikan barang yang tadi sempat di pilih oleh Nilam. Aku baru menyadari bahwasanya orang-orang di sekitar situ menjadikan aku obyek tontonan. Aku merapikan kemejaku yang sebenarnya baik-baik saja lalu melangkah dengan penuh kewibawaan menuju lantai dasar dan keluar dari tempat terkutuk itu.

Saat aku sampai di parkiran aku melihat masih ada Diana di sana. Namun, dia tak sendirian seperti saat tadi bertemu denganku di dalam mall. Dia dengan sepupunya yang memakai pakaian syar'i dan bercadar.

Aku berjalan mendekati wanita yang tadi sempat melempar cacian padaku. Aku melihat dia yang sedang membuat gerakan seperti menghapus air mata.

"Di," panggil ku saat sampai di depan meraka.

Lagi-lagi wanita yang bercadar itu mengalihkan pandangan ke bawah. Ingin sekali aku bertanya padaya kenapa selalu mengalihkan perhatian saat dia tak sengaja melihat ku. Namun, rasanya untuk saat ini tak mungkin juga aku bertanya.

"Ngapain lagi kamu ke sini? Sana pergi! Pacaran sana sama wanita yang bisa kamu permainkan. Aku sumpahin kamu nanti kalau udah punya wanita yang kamu cintai benar-benar, kamu akan kesusahan mendapatkannya. Ayo mbak kita pergi." Diana mengucapkan sumpah serapah yang sebenarnya tak mungkin terjadi. Seorang Bari tak pernah kesulitan untuk mendapatkan apa yang dia mau, apa lagi jika urusan wanita.

Ah sudahlah, lebih baik aku pulang, mengistirahatkan tubuh dan besok beraksi kembali mencari pengganti mereka. Akan aku buktikan sumpah serapah dari Diana tak mempan bagi Bari.

*

Beberapa hari berlalu, aku sudah mendekati dua wanita yang tak kalah cantik dari mantan-mantanku dulu. Mereka adalah kenalan ku waktu masih kuliah. Hari ini aku ada janji dengan salah satu wanita di antara mereka. Di hari yang terik dan menahan lapar, aku berkali-kali melirik jam di tangan kananku. Baru lima belas menit berada di tengah jalan menunggu kemacetan, namun rasanya sudah setengah hari aku berada di jalan.

Saat baru saja ingin melajukan mobil, sudut mata ku tak sengaja melihat seorang wanita yang sedang duduk di trotoar. Wanita itu seperti sedang menahan sakit. Setelah aku perhatian dengan seksama, wanita itu sedang hamil besar.

"Mbak, mbak nggak apa-apa?" tanyaku dengan memperhatikan wajahnya yang tetap cantik meskipun sedang kesakitan.

Astaga Bari, kenapa otak mu ini isinya hanya wanita cantik?

"Nggak, saya sedang berasa bahagia," jawabnya ketus. "Udah tahu lagi nahan sakit begini, kenapa masih nanya?" lanjutnya dengan nada yang sama.

"Suami mbak kemana?"

"Kerja lah. Kan situ tahu ini hari kerja."

Astaga, aku menghela nafas panjang beberapa kali agar tak tersulut emosi. Aku yakin suaminya pasti kurus kering memliki istri seperti wanita ini. Dia pasti tertekan menikah dengan wanita segalak dia.

"Kenapa nggak dihubungi suaminya mbak?"

"Udah. Situ kan tahu kalau jalanan macet. Ya masih di jalan lah. Mending situ pergi kalau nggak mau nolong saya. Nanya mulu kayak wartawan."

"Saya bawa ke rumah sakit kalau mbak mau." Aku memberi tawaran meski dari tadi dia selalu menjawab ucapan ku dengan nada yang tak enak di dengar.

"Ya udah buruan bantu berdiri, saya udah nggak tahan ini."

Aku diam tak lagi berucap lagi, hanya saja tanganku tergerak untuk membantunya. Dari yang aku lihat, dia sangat kesakitan. Peluh yang sudah membanjiri seluruh sudut wajahnya yang nampak pucat.

"Mbak telepon lagi suaminya suruh ke rumah sakit yang kita tuju."

"Kita ke rumah sakit yang ada di ujung jalan sana saja. Saya tadi kasih tahu dia untuk ke sana langsung."

Untungnya jalanan sudah sedikit lengang saat aku membawa wanita hamil ini. Aku tak mau membuang kesempatan, selain harus cepat bawa ke rumah sakit, aku juga ada janji dengan Sinta. Mengingat nama itu membuat tanganku refleks menghubungi dia, aku memberi tahu bahwasanya akan datang terlambat.

Naasnya saat berteleponan dengan Sinta, tiiba-tiba saja wanita yang ada di samping ku ini berteriak kesakitan dan meminta ku untuk lebih cepat. Hal itu pantas membuat Sinta salah paham dan menutup telepon tanpa mendengar penjelasan ku.

"Mbak, saya ini sudah ngebut. Mbak tahu saya sedang menghubungi seseorang. Dan karena teriakan mbak ini membuat salah paham orang yang di sana. Diam dan nikmati rasa sakit mbak yang akan membawa mbak ke tahap kebahagiaan sesungguhnya," ucapku dengan kesal.

Wanita itu diam, hal itu membuat aku menyesal juga karena berbicara tak enak pada wanita ini. Ingin minta maaf tapi dia salah juga. Ah sudahlah, seorang Bari memang terlalu sulit untuk meminta maaf duluan.

Tak berselang lama kami sampai di rumah sakit khusus ibu dan anak. Niat hati ingin mengantarnya saja, namun yang terjadi sebaliknya. Wanita itu mencengkram erat kemeja yang terpasang di dalam jasku.

"Aduh sakit sus," keluhnya saat di di dorong ke ruangan bersalin.

"Mbak maaf mbak tolong lepaskan saya harus kembali ke kantor ini. Saya ada perlu," ujarku seraya berusaha melepas cengkramannya.

"Tunggu sampai suami saya datang," ucapnya di sela-sela sakitnya.

"Apa? Yang benar saja. Di sini mbak udah dapat pertolongan yang tepat dan dijamin aman. Kenapa saya harus tunggu sampai suami mbak datang," protes ku.

"Dok sakit dok," keluhnya tak mengindahkan kalimat protes ku.

"Sabar ya bu. Ini udah buka tujuh. Atur nafasnya dan jangan mengejan sebelum ada arahan dari saya ya." Sungguh sangat halus dan lembut suara dokter tersebut. Aku yang tadinya memejamkan mata menahan amarah refleks menengokkan kepala.

Dia!

Bersambung

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!