Pertemuan tanpa sengaja menjadi bibit cinta tumbuh dibumbui oleh perjalanan karakter yang penuh rintangan serta persahabatan antar karakter yang membuat kisah mereka lebih berwarna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Atas saran dari beberapa pembaca sebelumnya, untuk membedakan tokoh bibi dan abi author bedakan dengan panggilan Abi saya bikin italic yah...
Beberapa menit kemudian Gracia bangun dari tidurnya namun rasa pusing di kepalanya masih terasa yang membuat dia sedikit mual, dan untung saja di kamar itu menjadi satu dengan kamar mandi jadi Gracia langsung menuju ke kamar mandi.
Dan pada saat dia sudah di kamar mandi, dia sulit sekali memuntahkan isi perutnya entah mengapa namun karena sudah kadung di kamar mandi dia memutuskan untuk duduk di kloset duduk disana dan menunggu mual datang kembali.
Namun setelah beberapa lama dia menunggu tidak kunjung datang, akhirnya dia keluar dari kamar mandi, dia berniat keluar dari kamar. Pada saat dia mencoba membuka pintu kamar itu ternyata dia dikunci di kamar itu entah alasan apa yang membuat dia terkunci disana.
Dia mencoba mencari handphonenya namun dia tidak menemukan tasnya di kamar itu, dan dia mengetuk pintu kamar itu namun tidak ada yang menjawab. Alhasil dia memutuskan untuk kembali merebahkan tubuhnya di kasur kembali dan terlelap. Sebenarnya dia ingin berteriak minta tolong namun dengan Okta dan bibinya bersikap baik dengannya jadi dia memutuskan untuk menunggu mereka saja.
*
Beberapa jam kemudian Okta dan bibinya telah kembali ke rumahnya dengan banyak bawaan yang dia beli di supermarket karena kakaknya itu sangat menyukai makanan Indonesia apalagi nasi liwet dan beberapa makanan Indonesia lainnya.
Setelah membantu bibinya membawakan bawaan dia kembali ke kamar bibinya untuk mengecek keadaan Gracia yang tadi dia dan bibinya kuncikan di kamar.
Pada saat dia buka pintunya, tanpa disadari Gracia bersembunyi di balik pintu dan memukul Okta dengan bantal yang membuat Okta kaget dan berusahalah menahan pukulan Gracia itu.
"Ehh ini gw ini gw" ucap Okta sambil menahan pukulan dari Gracia
"Lo ye kenapa kunciin gw di kamar?" Tanya Gracia dengan emosi
"Sorry gw ngga kasih tau Lo tapi Lo diem dulu yah demi keselamatan kita berdua" jawab Okta meminta maaf kemudian dia menahan bantal yang tadi digunakan untuk memukulnya
"Kenapa? Lo mau nunggu komplotannya Lo?" Tanya Gracia untuk memastikan bahwa Okta adalah orang baik atau ingin menculiknya
"Enak aja kan gw udah bilang gw orang baik-baik, mana mungkin gw mau nodai Lo" bantah Okta yang menyangkal pernyataan Gracia barusan
Sejenak Gracia mencerna ucapan Okta 'maksud menodainya itu apa' seketika dia juga melamun, namun lamunan itu disadarkan oleh Okta yang melambaikan tangannya di depan wajah Gracia.
"Ehh malah ngelamun, Lo tiduran lagi ya nanti gw ambilin tas Lo ya" Okta menyadarkan Gracia
Gracia menggelengkan kepalanya, "Ngga gw mau pulang"
Okta menutup mulut Gracia dengan telunjuknya, "Sttt udah ikutin kata gw aja kalo Lo mau selamat"
"Emang kenapa sih?" Tanya Gracia melepaskan tangan Okta yang menutup mulutnya
"Udah sekarang Lo disini aja nanti gw ambil tas Lo sama ambilin makan buat Lo" pinta Okta
"Iya ya, jangan lama" Gracia menyetujuinya
"Ok sip, sabar yah"
Okta meninggalkan Gracia yang mematung melihat senyuman dari Okta itu, sebenarnya Gracia tidak menyangka bisa dalam satu situasi dengan orang yang dia tidak kenali namun dia juga terpaksa melakukannya. Akhirnya Gracia kembali ke tempat tidur dan menunggu Okta kembali.
Disisi lain Okta menuju ke kamar tamu tempat Salim sedang beristirahat, setelah dia masuk dia bernafas lega melihat Abinya itu masih tertidur namun pada saat dia ingin mengambil tas Gracia tiba-tiba Salim terbangun dari tidurnya.
"Kamu ngapain ta?" Tanya Salim menyadari kehadiran Okta namun matanya masih dalam keadaan terpejam
"Ng...ngga kok bi" jawab Okta yang gugup
"Ngga apa itu di tangan kamu megang apa?" Tanya Salim melihat sedikit kearah Okta
"Ngga megang apa-apa kok bi" Okta melepaskan tas Gracia dan untung pas dibelakangnya ada meja yang cukup tinggi jadi tidak berbunyi pada saat dijatuhkan
"Hmmm, oh iya ta tadi kakak kamu udah ngabarin udah nyampe Bandara katanya mau ketemu temennya dulu jadi ngga usah di jemput yah" Salim memberitahu Okta tentang kedatangan kakaknya
"Iya Bi"
"Ya udah sana kamu hari ini ngga jelas banget"
"Iya Bi aku keluar dulu yah"
"Iya"
Akhirnya Okta bisa keluar dalam keadaan aman dari kamar tamunya sambil membawa tas Gracia yang tertinggal di kamar tamunya, kemudian dia langsung membawakannya ke Gracia.
"Nih tas Lo" Okta memberikan tas pada Gracia
"Makasih" Gracia langsung mengambil tasnya dengan kasar karena masih kesal dengan Okta
"Sama-sama, ya udah gw mau ambil makan buat Lo ya" pamit Okta yang ingin kembali keluar kamar
"Ya" ketus Gracia
"Ketus banget sih" keluh Okta yang melihat Gracia begitu kesal
"Kenapa ngga boleh?" Tanya Gracia sambil memeluk ke arah Okta
"Ya ngga masalah sih tapi kenapa?"
"Lo sih ngapain coba kunciin gw di kamar" Gracia yang masih kesal dengan dirinya dikuncikan di kamar
"Nanti gw ceritain deh habis Lo makan ya"
"Iya ya"
Okta memutuskan kembali keluar dari kamar bibi dan langsung menuju ke dapurnya mengambil makanan yang sudah dia masak sebelumnya. Dan disana dia bertemu dengan bibinya yang juga sedang memasak untuk kakaknya itu.
"Ehh tuan, mau ambil makanan buat dia yah" bisik bibinya
"Iya Bi, bibi masak apa?" Tanya Okta melihat bibinya sedang memasak
"Biasa kesukaan nona nasi liwet sama lauknya" jawab bibinya
"Ohh gitu yah, ya udah bi saya ambil makanan buat dia sama minumannya yah. Ohh iya gpp kan bi dia makan di kamar bibi dulu?" Tanya Okta sambil berbisik
"Iya tuan gpp demi keselamatan kita juga" balas bibinya sambil
"Iya Bi, ya sudah aku ke kamar bibi lagi yah"
"Iya tuan"
Setelah mengambilkan makanan dan minuman untuk Gracia, Okta kembali ke kamar bibinya yang tak jauh dari dapur. Dia membukakan pintu kamar dan melihat wajah Gracia yang ditekuk seperti ada masalah, Okta yang melihat itu menghampirinya.
"Nih makanannya, dimakan yah" Okta memberikan nampan berisi makanan dan minuman untuk Gracia
"Iya makasih ya ta" ucap terimakasih Gracia yang sekarang lebih halus karena dia melihat kebaikan Okta yang lain
"Iya sama-sama, Lo kenapa mukanya ditekuk gitu" ucap Okta melihat wajah Gracia seperti itu

"Temen gw baru pulang dari luar negeri tapi ngga ngasih tau gw" ucap Gracia memasang wajah cemberutnya
Okta menepuk jidatnya yang tidak habis pikir dengan Gracia, "Ya Allah gre barangkali dia lupa, kan perjalanannya jauh"
"Iya tapi kan seenggaknya ngabarin dulu kek" sekarang Gracia memanyunkan bibirnya
"Ya udah sekarang Lo makan biar mood Lo balik lagi" pinta Okta agar Gracia segera makan
"Iya ya, ohh iya Lo punya utang cerita sama gw"
"Ohh iya gw lupa, tapi Lo makan dulu Aru gw cerita"
"Iya ya"
"Jadi gini, Lo liat kan muka gw dari keturunan mana?" Tanya Okta
"Iya ngerti" Gracia menganggukkan kepalanya sambil menyuapkan makanannya
"Jadi bokap gw punya usaha gitu dan ya dibilang lumayan lah pencapaiannya, tapi di internal kantornya ada yang korupsi gitu tapi maaf ya bukan rasis tapi yang korupsi kebetulan orang Chinese jadi bokap gw kayak anti banget sama orang Chinese dan kebetulan kan Lo itu" Okta menjelaskan tentang Abinya itu pada Gracia
"Lah kenapa coba kan ngga semua Chinese itu kayak gitu" Gracia yang berusaha membantah pernyataan Okta
"Gw juga awalnya gitu tapi bokap gw susah orangnya jadi mau gimana lagi" Okta yang juga sepemikiran dengan Gracia
"Terus kenapa Lo bawa gw kesini? bukannya kata Lo nanti keselamatan kita terancam" tanya Gracia yang seharusnya mereka tidak terjebak dalam situasi seperti itu
"Nahh itu yang gw ngga tau, sebenarnya gw mau makan berdua sama Lo tapi bokap gw baru pulang dari UEA dan ngga bilang gw" ucap jujur Okta yang tidak tau apa yang terjadi
"Makan berdua?" Tanya Gracia sambil menaikan alisnya
"Iya sebagai permintaan maaf gw sebelumnya kayaknya gw gangguin Lo" ucap niat Okta sebenarnya mengajak Gracia makan
"Lah bukannya emang yah" ucap Gracia memancing emosi Okta
"Lo yeh, gw ngga sengaja. Lo inget ngga yang bodyguardnya Stefi ngasih Lo kopi" Okta mengingat kejadian sebelumnya
"Inget, loh kok Lo tau?" Tanya Gracia
"Itu gw yang ngasih sebagai ganti gw numpahin kopi lo"
"Jadi?"
"Iya gw mau kenalan sama Lo aja soalnya Lo orangnya beda sama yang lain, apalagi temen gw yang hati sama muka kayak gunung es Antartika" ucap Okta menyindir sahabatnya itu Vino
"Waduh dingin banget tuh" ucap gracia sambil memperagakan orang kedinginan
"Bukan dingin lagi, Lo ketemu dia hawanya aja udah dingin apalagi diajak ngobrol udah lo beku sendiri" ucap Okta yang memang benar adanya tentang Vino
"Hahaha ada-ada temen Lo itu yah, tapi kenapa Lo bisa temenan sama dia?" Tanya Gracia yang mulai penasaran dengan Vino
"Kebetulan dia dulu satu grup sama gw dan mungkin satu frekuensi jadi ya bisa temenan" jawab Okta tentang pertemanan dan persahabatannya bersama Vino
"Hebat yah Lo bisa temenan sama gunung es"
"Biasa aja kali, ohh iya gw tadi udah ijin sama Stefi katanya gpp"
"Iya deh makasih ya, oh iya Lo kenal sama Stefi?" Tanya Gracia tentang Stefi
"Kenal dia temen gw pas sekolah dulu tapi kita pisah pas mau masuk kuliah" Okta menjelaskan tentang pertemanannya dengan Stefi
"Ohh pantesan pas itu Lo di rumahnya"
"Iya gitu deh mengenang masa lalu"
"Ohh iya nih udah selesai makannya gw, gw mau pulang" ucap Gracia sambil memberikan nampan bekas makanan dan minumannya
"Ehh tunggu dulu, nunggu situasi bagus dulu"
"Yahh terus gimana? Gw mau lanjutin laporan gw" ucap Gracia yang ngotot ingin pulang
"Duhh gimana yah, laporannya Lo di-upload cloud ngga?" Tanya Okta
"Kayaknya sih tapi gw lupa"
"Nanti gw ambil laptop nanti Lo ngerjain aja disini yah"
"Ngga mau gw mau pulang"
"Please gre demi kita berdua, kalo Lo ketauan sama bokap gw abis nanti"
"Haduh Lo sih ya bikin gara-gara jadinya kayak gini"
"Kan tadi gw udah bilang gw ngga tau bokap gw mau kesini"
"Ya udah deh, mana laptop Lo?"
"Bentar ya gw ambil dulu"
"Hm"
***