Demi mendapatkan uang untuk biaya operasi transplantasi ginjal ibunda tercinta, Arini rela menjadi teman ranjang atasannya, Sean, selama setahun.
Selama menikah dengan Arini, Sean bersikap sesuka hati tanpa memikirkan perasaan Arini sedikit pun. Arini terbelenggu oleh beragam aturan yang diberikan Sean, dilecehkan dan dihina, termasuk oleh Monica, kekasih Sean.
Sedihnya, setelah semua pengorbanan yang sangat menyakitkan, sang ibunda justru berpulang dan Arini terus diperbudak oleh Sean. Entah sampai kapan. Mungkin sampai hati Sean melembut tersentuh oleh cinta yang datang tanpa diundang? Atau, sampai Arini cukup kuat untuk melawan dan melarikan diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang bulan
"Huft nggak boleh nangis saat bersamanya, nggak boleh cemberut, nggak boleh membantah, nggak boleh ini dan itu, kenapa dia nggak menikahi robot saja," gerutu Arini
"Dasar bule gila, ku sumpahi bucin sama aku setelah itu aku tinggal hahahaha," imbuh Arini dengan tertawa keras
Tanpa sadar Sean sudah masuk dalam kamarnya kembali, dia meletakkan kedua tangannya di antara perut dan dada sambil bersandar di dinding dengan melihat Arini yang cekikikan sendiri.
Sean mengerutkan alisnya, dia mengira dengan memberi peraturan yang segitu banyaknya Arini akan tersiksa la ini Arini malah tertawa bahagia.
"Wanita aneh," gumam Sean
Arini yang menangkap penampakan Sean pun menghentikan tawanya lalu menatap Sean.
"Apa yang kamu tertawakan?" tanya Sean melemparkan pandangan tajamnya pada Arini
"Nggak tuan, saya hanya tertawa membaca chat teman saya," jawab Arini berbohong
Dengan langkah pelan Sean mendekat, dia duduk di samping Arini
Plak
Tepukan mendarat sempurna, "Jangan coba-coba berbohong jelas-jelas kamu tertawa dengan membawa berkas ini," kata Sean
Arini tersenyum ketir menatap Sean, berharap Sean tidak memarahinya.
"Tidakkah kamu baca kalau tidak boleh membohongiku," ujar Sean
Arini hanya mengangguk, "Maaf tuan,"
"Oh ya tuan kenapa anda tidak menggenapkan peraturannya menjadi seratus daripada sembilan puluh sembilan kok nanggung banget," kata Arini dengan tertawa
Sean nampak kesal dengan Arini bahkan dia berani sekali menertawakannya, seumur-umur baru kali ini ada yang terang-terangan menertawakannya.
Sean yang bingung menjawab apa, asal ngomong "Karena aku suka angka itu seperti jumlah nama-nama Tuhan kita," sahut Sean
Kini ekspresi Arini heran, seorang Sean tau nama-nama Tuhan.
Tak ingin menunggu lama lagi Sean langsung saja mengungkung Arini di bawah tubuhnya.
"Tuan bolehkah saya, ke kamar mandi dulu. Karena gugup saya jadi ingin buang air, apa tuan mau saya pipis disini?" kata Arini
Dengan kesal Sean menyingkirkan tubuhnya, segera Arini berlari menuju kamar mandi
Arini sangat senang sekali, karena saat membuka celananya dia melihat bercak merah yang tandanya dia kedatangan tamu.
"Syukurlah aku datang bulan jadi seminggu ke depan aku tidak melayani bule gila itu," gumam Arini
Seusai buang air, Arini keluar.
Sean yang tidak sabar menunggu Arini pun menggerutu
"Lama sekali, apa kamu mengeluarkan air seni hingga sepuluh liter!" omel Sean
"Maaf tuan, saya sedang datang bulan," kata Arini berpura-pura melas padahal dalam hati bersorak gembira
"Maksudnya?" tanya Sean yang gagal paham dengan ucapan Arini
Arini menghela nafas,
"Saya lagi datang bulan yang artinya saya dalam masa dimana sel telur yang tidak berhasil dibuahi dalam dinding rahim saya luruh dan keluar lewat area sensitif," jawab Arini menjelaskan seperti guru biologi
Sean mengangguk dengan ekspresi kesal, baru sehari memanjat kini harus libur bahkan benda tumpulnya sudah menantikan sarangnya.
"Kamu tidak bohong kan?" tanya Sean yang masih ragu dengan jawaban Arini
"Apa perlu aku bukakan," jawab Arini
Sean menggeleng, karena tidak membawa pembalut Arini meminta Sean untuk mengantarnya beli pembalut di mini market atau toko terdekat.
"Ogah, memangnya siapa dirimu sehingga diriku mau mengantarmu beli benda itu," sahut Sean
"Dasar, istri minta tolong begitu saja nggak mau," gerutu Arini
Mendengar Arini bilang kata istri membuat Sean tidak nyaman, karena Sean tidak pernah menganggap Arini sebagai istrinya
"Jangan sebut dirimu sebagai istriku, kamu hanyalah teman tidurku, pernikahan kemarin hanyalah formalitas saja," sahut Sean
Hati Arini sangat sakit mendengar kata-kata Sean, dia tersenyum dan pamit keluar sendiri untuk membeli pembalut.
Sean agak menyesal mengucapkan kata-kata itu, dari jendelanya dia melihat Arini berjalan malam-malam keluar rumahnya.
Satu jam berlalu tapi Arini tidak kunjung kembali sehingga membuat Sean gusar.
"Wanita itu kenapa belum kembali?" gumam Sean sambil bolak balik melihat luar dari jendela kamarnya.
"Arrrggg bodoh amat, tapi kalau hilang gimana?" Sean bermonolog dengan dirinya sendiri, rasa sosialnya bermain sekarang menuntunnya untuk mencari Arini.
Sean menyambar kunci mobil dan keluar kamar untuk mencari Arini.
Sepanjang jalan bola matanya memutar kanan dan kiri setiap ada orang yang berjalan dia memperlambat laju mobilnya.
Karena tak kunjung menemukan Arini, Sean memukul setir mobilnya
"Brengsek! siapa dia yang berani membuat aku seperti ini," umpat Sean
Hingga dia melihat seorang wanita yang duduk manis sambil menikmati es krim di tangannya.
Bola mata Sean memperdalam penglihatannya, berkali-kali dia mengucek matanya memastikan itu Arini atau bukan
Dengan rasa kesal yang memuncak Sean keluar mobil dan mendekati Arini yang duduk di sebuah kursi.
Tanpa suara dan kata Sean membuang es krim yang dimakan Arini tentu hal ini membuat Arini kaget.
Mata Sean dan Arini saling bertemu,
"Kenapa dibuang?" protes Arini
Sean tak menjawab kata-kata Arini, dia menarik tangan Arini dan membawanya masuk dalam mobil.
Sean masih membisu, terlihat dari nafasnya sangat terlihat jelas kalau dia sangat marah.
Rasa takut mulai merasuk dalam seluruh tubuh Arini. Mulai otak, hati, jantung bahkan paru-paru Arini sehingga kini dia merasakan kesulitan bernafas.
"Siapa yang menyuruhmu makan es krim di sana?" tanya Sean dengan nada yang tinggi sehingga lagi-lagi Arini harus tersentak kaget.
"Bisa copot jantungku," gumam Arini yang masih bisa di dengar oleh Sean
"Tekanan darahku pun bisa naik jika kamu bertindak sesukamu!" sahut Sean dengan nada tinggi
Di kepala Arini muncul berbagai macam tanda tanya, dia sungguh bingung memangnya apa salahnya, dia hanya membeli pembalut karena lelah berjalan dia istirahat dan menikmati es krim, orang waras pun akan bilang itu wajar-wajar saja lalu letak salahnya dimana?
"Sinting," umpat Arini
Sean semakin kesal pada Arini, dia pun menepikan mobilnya dan menyuruh Arini turun.
"Turun!" teriak Sean
"Kalau nggak niat jemput mending nggak usah sok-sok an jemput segala daripada menurunkan aku di tengah jalan begini," kata Arini yang tak mau kalah dengan Sean.
Entah keberanian darimana sehingga Arini bisa berbicara dengan Sean dengan nada tinggi seperti itu.
Sean melajukan mobilnya dengan kencang, sedangkan Arini terus berteriak sepanjang jalan dengan umpatan-umpatan untuk Sean.
"Bule sialan, bule menjengkelkan, bule kampret, awas ya jika suatu saat kamu bucin dengan aku, ku pastikan aku tidak akan menerima kamu, ingat itu Sean," umpatan Arini.
Arini terus berjalan dengan berbagai umpatan mulai dari A sampai Z, sehingga orang yang berlalu lalang dengan Arini menertawakan Arini bahkan ada yang mengira kalau Arini gila.
Lama berjalan akhirnya Arini sampai juga di rumah Sean, dia langsung menuju dapur untuk mengeringkan tenggorokannya yang kering karena mengoceh sepanjang jalan.
Setelah melepas dahaganya, Arini berjalan menuju kamar Sean. Dia melihat Sean yang sudah memejamkan matanya.
"Syukurlah dia sudah tidur," gumam Arini lalu menuju kamar mandi untuk memakai pembalutnya.
apakah mantan nya Nick
kulit bersentuhan ada efek sampingnya
eh Sean malah frustasi lihat kelakuan nya Arini pada hantu🤣🤣