TAKDIR CINTA (Ghea & Tristan)

"Ayah tidak setuju kamu mengambil beasiswa dan ambil Sains, Ayah mau kamu kuliah dimanajemen Bisnis supaya bisa membantu Bryan diperusahaan." Erick berbicara dengan keras saat Ghea menyodorkan surat persetujuan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Sains nya.

Ghea hanya tertunduk dan diam, dimata Ayah dan Bundanya segala prestasi Ghea tidak ada gunanya, tidak akan membuat mereka jadi bangga.

"Yah, Sayang kalau Ghea gak ambil beasiswa ini, ini hanya untuk murid-murid cerdas dan berkompeten Yah." Kali ini Bryan mencoba membela Ghea.

"Diam kamu Bryan, Ghea urusan Ayah!!" Jawab Ayah dengan nada tegas.

"Kak Bry, Udah." Ghea berucap pelan agar Bryan tidak lagi membelanya.

"Ayah sudah memilihkan kamu Universitas swasta terbaik Ghe, kamu ambil manajemen bisnis. Tidak ada pilihan lain!!" Ayah merobek surat yang ada dalam genggamannya dan kemudian membuangnya sembarangan.

"Kamu ini hanya bikin malu saja Ghe, kamu kira Ayah kamu gak bisa biayain kuliah kamu sampai kamu mau ambil beasiswa itu?" Vika sang Bunda malah membuat semakin panas dan membuat Ayah semakin marah.

Ghea berdiri dari duduknya. "Maaf Yah, Bun. Ghea banyak ngecewain Ayah dan Bunda. Ghea janji akan ikutin segala kemauan Ayah dan Bunda." ucap Ghea dengan menunduk dan menahan tangisnya. Ghea beranjak menuju kamarnya, disana Ghea memeluk Bopii dan menangis sejadi-jadinya tanpa mengeluarkan suara.

Sementara Maura yaang melihat kejadian dikeluarga suaminya ini merasakan hal aneh. kenapa mertuanya tidak memperlakukan Ghea layaknya anak sendiri. Ghea yang berprestasi tidak mereka banggakan, sedangkan Yasmin yang hanya seorang model malah mereka banggakan.

"Ayo kita pulang Ra." Ajak Bryan kepada Maura istrinya itu.

Maura berdiri dan mengikuti Bryan untuk pulang kerumah mereka. Diperjalanan mereka hanya saling diam, Maura mengerti kondisi suaminya itu, Maura juga tidak tega melihat adik iparnya juga.

***

^^^"Ghesayang lagi apa? Titan lagi latihan dilapangan basket nih, Ghesayang gak mau apa bawain Titan minum, haus nih."^^^

^^^Sebuah Chat masuk diponsel Ghea, hari ini jam pelajaran bebas karna semua guru sedang rapat.^^^

Ghea mengambil botol minum miliknya dan segera membawanya kelapangan basket.

"Queen lo tuh Tan." Teriak Dimas saat menerima lemparan bola dari Tristan.

Dengan senyum mengembangnya Tristan menghampiri Ghea.

"Kebiasaan latihan gak bawa minum." Omel Ghea.

"Kan ada lo Ghe." jawab Tristan dengan nafas tersengal-sengal.

Ghea mengambil handuk kecil di tas olahraga Tristan dan mengelapkannya pada kening dan leher Tristan.

"Kesayang Ghea bau keringet." Ledek Ghea.

"Tapi lo suka kan?" Jawab Tristan.

"Gue cinta, bukan suka lagi Tan." Ucap Ghea dengan tertawa.

"Udah woy pacarannya, panas nih panas." Ledek Dimas.

"Udah panas matahari, eh makin panas lihat yang pacaran. Jomblo nih gue." Sahut Fariz yang ikut meledek dua pasangan sejoli beda keyakinan tersebut.

"Sirik aja lo." Jawab Tristan dengan enteng.

Mereka istirahat sejenak, Pak anas, guru ekskul basket menghampiri anak-anak basket yang sedang berkumpul.

"Pertandingan Final seminggu lagi, ini pertandingan persahabatan dan terakhir dengan ketua team Tristan, kasih yang terbaik ya." Ucap Pak Anas guru pembimbing ekskul basket.

"Siap Pak!!" Jawab Anak-anak tim basket kompak.

"Yang belum punya pacar, masih ada waktu seminggu lagi buat cari pacar, biar kaya Tristan slalu bermain bagus kalau dilihat sama Ghea." sindir Pak Anas.

Tristan dengan santainya merangkul bahu Ghea. "Ini semangatnya saya Pak." Ucap Tristan dengan santai.

Satu sekolah sudah tau, Tristan ketua team basket adalah milik Ghea, dan Ghea murid paling cerdas yang sering memenangkan lomba Sains adalah milik Tristan seorang. Mereka jadi pasangan idola satu sekolah, tidak pernah ada gosip miring soal mereka.

Pulang sekolah mereka berkumpul dirumah Tristan, tentunya hanya Ghea cewek seorang diri. Anak-anak team basket walaupun mereka keren-keren tapi mereka jomblo semua.

Monica sudah memasak banyak untuk teman-teman Tristan, dia juga menyambut dengan hangat teman-teman Tristan.

Ghea duduk dengan menyenderkan kepalanya didada Tristan sambil bermain game diponselnya. Tangan Tristan dengan setianya terus mengusap rambut Ghea yang hanya panjang sebahu itu.

"Lo ngantuk Ghe, tidur gih." Ucap Fariz saat melihat Ghea terus menguap.

"Mau tidur Ghe? masuk kekamar gue aja." ucap Tristan dengan lembut.

"Gak lo temenin aja Tan?" Ledek Dimas.

"Gue gak ngantuk, cuma bosen aja, bikin permainan kek." Ucap Ghea.

"Good.. main Truth or dare aja." Sahut Fikri salah satu teman Tristan.

"Boleh-boleh.. Seru juga kayanya." Jawab Ghea antusias.

Tristan mengambil sebuah botol lalu memberikannya pada Fikri.

"Karna disini Ghea satu-satunya cewek, dia yang mulai putar botol ya ya." Ucap Fikri kemudian memberikannya pada Ghea.

Mereka duduk dilantai dengan cara membentuk lingkaran, hanya ada enam orang yang ikut bermain termasuk pak Anak sang pelatih team basket yang masih jomblo juga.

Ghea memutar botolnya dan botol berhenti dengan menunjuk kearah Dimas.

"Kebenaran atau tantangan Dim?" Tanya Ghea.

"Hem, tantangan" Jawab Dimas.

"Sebentar kalau mau tantangan." Sahut Tristan dan dia belari kearah dapur lalu tak lama Tristan kembali membawa cangkir berisikan kopi pahit tanpa gula.

"Ah gila, pahit ini Tan." Ucap Dimas.

"Lo udah milih tantangan, ya lakuin lah." tristan tau percis temannya itu tidak menyukai kopi apa lagi yang tanpa gula.

Dimas menelan salivanya, dia menyesal karna tlah memilih tantangan. Dengan menjepit hidungnya sendiri, Dimas meminum kopi pahit tersebut.

Putaran kedua dilakukan oleh Dimas, botol berhenti dengan menunjuk kearah Pak Anas.

"Kebenaran." jawab Pak Anas.

"Kenapa Bapak masih belum mau pacaran hingga saat ini?" Tanya Ghea.

"Karna masih trauma diselingkuhin sama mantan." Jawab Pak Anas enteng.

Sontak semua anak-anak team basket histeris. Cowok se cool pak Anas ternyata punya rasa trauma sama cewek.

Kali ini Pak Anas memutar botolnya kembali dan menunjukan kearah Tristan.

"Kebenaran." Jawab Tristan, dia ogah melakukan tantangan konyol yang akan diberikan oleh teman-temannya.

"Lo pernah cium bibir Ghea gak? Kapan dan dimana?" Tanya Fariz yang memang dari dulu selalu kepo dengan urusan Tristan.

Ghea terkejut mendengar pertanyaan dari Fariz.

"Riz, apaan sih lo gak jelas pertanyaannya, Titan itu belum pernah cium gue." jawab Ghea.

"Gue nanya Tristan, bukan nanya lo Ghe. Jawab Tan." Ucap Fariz dengan senyum liciknya.

"Pernah." jawab Tristan sontak membuat semua terdiam termasuk Ghea, semua mata memamdamg kearah Tristan. "Gue pernah cium bibir Ghea, waktu Ghea lagi tidur dikamarnya." Jawab Tristan.

Blushh, Pipi Ghea merona merah.

"Lo gak bikin jawaban palsu kan Tan?" tanya Fikri.

"Serius, demi tuhan." Jawab Tristan enteng.

Ghea hanya diam, dia sungguh tidak mengetahui bahwa Tristan akan menciumnya secara diam-diam.

"Gue gak mau main lagi!!" Ucap Ghea yang kemudian berdiri dari duduknya. "Gue balik duluan." ucap Ghea kemudian mengambil tas nya dan berjalan menuju keluar.

Tristan langsung beridiri dan mengejar Ghea,

"Ghe, Sorry." Ucap Tristan saat Ghea hendak membuka pintu ruang tamu, saat ini mereka hanya berdua.

"Candaan lo gak lucu Tan." Ucap Ghea.

"Gue serius, jawaban gue memang jujur Ghe, gue pernah cium bibir lo sekilas saat lo lagi tidur. Gue juga gak tau kenapa Ghe, tapi gue gak nyesel lakuin itu, lo tau gue cinta sama lo, cuma keadaan kita doang yang bikin kita jadi gak bisa bersatu Ghe." Lirih Tristan.

"Gue balik Tan." Ghea melepaskan tangannya dari tangan Tristan.

Tristan tau dirinya bersalah, mencuri ciuman pertama Ghea. "Gue cinta sama lo Ghe." Lirih Tristan.

Monica yang melihat dan mendengar obrolan Tristan dan Ghea hanya bisa menghela nafas, dia merasa sedih melihat dua remaja yang saling mencintai namun tak bisa bersama, bukan karna restu, melainkan keimanan dan keyakinan mereka yang berbeda.

.

.

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....