Menikah karena wasiat, itulah yang di alami Clea. ia terpaksa menikah dengan Renei Suprapto, pria tampan, mapan dan matang dan juga suami orang. Margareth istri Renei yang menginginkan pernikahan itu terjadi karena ia sedang sakit keras. Margareth tidak ingin sepeninggal dirinya Renei kesepian karena itu ia menjodohkan suaminya dengan Clea gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain adalah petugas terapis Margareth selama sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19 Tergoda
Larut malam Renei dan Clea pulang ke rumah mereka sendiri. Renei bersikeras tidak ingin menginap di rumah papi ia masih cukup waras untuk bisa mengemudikan mobilnya.
Di sepanjang perjalanan pulang keduanya hanya terdiam. Clea yang setengah mengantuk dan lelah bersandar kursi lalu memejamkan matanya. Sementara Renei fokus mengemudi. Sesekali Renei melirik istrinya.
Sudah membuatku kesal setengah mati seharian mencarinya dan sekarang dia enak-enakan tidur!
Setelah mengendarai mobilnya selama satu jam lebih akhirnya Renei dan Clea tiba di rumah.
"Bangun pemalas atau kau modus agar aku menggendong mu?!" Renei mencubit pipi Clea dengan gemas.
Clea membuka matanya ia menatap Renei sembari mengusap pipinya yang terasa perih.
"Hmm turun!" kata Renei sembari membuka pintu mobil.
Clea menurut ia berjalan turun lalu melangkah menuju kamarnya. karena mengantuk ia jadi lupa dengan keberadaan Renei. Clea masuk kedalam kamarnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah tidur di perjalanan rasanya ia sudah kembali segar.
Clea membuka lemari pakaian disana kosong tidak ada sepotong pun bajunya yang tertinggal. Semua sudah di angkut kedalam koper oleh Marisa dan sekarang koper itu tertinggal di rumah papi.
"Bagaimana ini, aku harus berganti baju, tidak mungkin aku tidur dengan pakaian yang seharian aku pakai"
Clea berjalan mengendap endap menuju kamar Renei. Pria itu sedang berada di kamar mandi. Clea segera membuka lemari pakaian milik Renei. Ia mengeluarkan sebuah kemeja berwarna putih bermotif garis-garis samar. Clea langsung kembali ke kamarnya setelah mendapat satu kemeja Renei berukuran L. Clea melepas kimono-nya dan mengenakan kemeja itu.
Kemeja itu bak daster di tubuh Clea karena kebesaran. Panjangnya setengah paha, menampakkan kaki Clea yang putih mulus meski tidak jenjang.
Di kamarnya Renei sudah selesai mandi air hangat ia merasa segar dan tidak jadi mengantuk. Renei memakai kaos putih dan celana pendek berwarna navy. ia meraih ponselnya menelpon Clea.
"Buatkan aku secangkir kopi " perintah Renei.
Setelah menunggu beberapa saat Clea tiba di depan pintu kamar Renei.
"Mas?"
"Masuk!"
Clea memasuki kamar Renei, pria itu tercengang melihat penampilan Clea. Ia tidak berkedip menatap Clea dari atas sampai bawah. Rambut kemerahan yang di cepol ke atas, kemeja kedodoran, kulit putih mulus. Dan pemandangan itu terlihat di larut malam seperti ini. Renei menelan salivanya. Biar bagaimana ia adalah pria normal yang sudah merasakan pernikahan dan hubungan ranjang. Melihat penampilan Clea pikiran Renei jadi liar.
"Mas ini kopinya" kata Clea canggung, ia takut Renei marah karena ketahuan Clea memakai kemejanya.
"Kenapa kau pakai baju ku?"
"Maaf mas, koper ku ketinggalan di rumah papi dan lemari ku kosong tidak ada pakaian yang tertinggal jadi terpaksa aku pakai satu kemeja mas Rey"
Renei menghela napas memalingkan pandangannya. Syahwatnya tergoda melihat gadis muda, cantik dan mempesona berdiri di hadapannya. Sebenci apapun Renei pada Clea itu tidak bisa membendung nafsunya yang bergejolak sekarang.
"Cepat pergi!" kata Renei dengan napas tersengal.
Clea yang bingung segera pergi meninggalkan kamar Renei kembali ke kamarnya.
Malam ini Renei merasakan kegelisahan yang tidak ada habisnya. Tadi siang Clea membuatnya panik dan sekarang gadis itu kembali berulah membuat junior Renei yang panik.
Renei berjalan mondar mandir tidak tenang. ia menyerah akhirnya berbaring ranjang membekap wajahnya dengan bantal mencoba untuk tidur agar pikiran liarnya segera hilang.