Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benua Yanming 2
Angin di Puncak Kabut Merah berhembus membawa aroma belerang dan kemenangan. Di Aula Utama yang baru direnovasi dengan kristal hitam vulkanik, pesta perayaan internal sedang berlangsung. Bukan pesta yang bising dengan mabuk-mabukan, melainkan perjamuan teh yang hangat dan penuh tawa kekeluargaan—pemandangan yang sangat kontras dengan reputasi ganas sekte ini.
Di sekeliling meja giok merah raksasa, para penguasa Lembah Merah berkumpul tanpa formalitas yang kaku.
"Tuan Muda Lu," suara berat namun ramah dari Tetua Agung Qin Hua memecah kehangatan. Pria tua berotot itu menyodorkan piring berisi kue kering kemerahan dengan senyum kebapakan. "Cobalah Kue Bulan Magma ini. Istri saya membuatnya subuh tadi khusus untuk Anda. Dia bilang, kalau Tuan Muda tidak suka, dia akan membakar dapurnya sendiri karena malu. Dia bahkan mengancam akan mencukur jenggot saya jika saya gagal membujuk Anda memakannya."
Lu Changzu, yang duduk santai di kursi Tulang Naga Hitam miliknya, tertawa kecil. Dia mengambil sepotong kue itu, mengamatinya sejenak—teksturnya berkilau seperti bara api yang dipadatkan—lalu menggigitnya.
Renyah. Panas. Manis.
"Sampaikan pada Nyonya Qin, dapurnya aman dan jenggot Anda selamat, Tetua Qin. Ini kue terbaik yang pernah saya makan di benua ini. Rasanya... meledak di mulut dengan pas. Ada sedikit rasa pedas dari Lada Api Hantu, bukan? Sentuhan jenius."
"Hahahaha! Dengar itu, Huolin?!" Qin Hua menepuk punggung cucunya, Qin Huolin, dengan tenaga yang cukup untuk meretakkan batu. Qin Huolin yang sedang menuangkan arak di sudut hampir menumpahkan isinya. "Belajarlah dari Tuan Muda! Jangan cuma tahu main pedang dan pasang wajah garang seperti orang sembelit, belajarlah memuji masakan nenekmu!"
Qin Huolin hanya tersenyum masam sambil memijat punggungnya yang nyeri, namun matanya memancarkan rasa hormat yang tulus pada Lu Changzu. "Kakek benar. Saya masih jauh di bawah standar Tuan Muda. Lain kali saya akan menulis puisi untuk masakan nenek."
"Cih, Qin Hua, kau cuma bisa menyogok lewat perut. Kuno sekali," cibir Tetua Agung Li Zhun, sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas bulu api. Dia menatap Lu Changzu dengan mata berbinar seperti paman kaya yang memanjakan keponakan kesayangannya.
"Tuan Muda, lupakan kue yang bikin gemuk itu. Saya baru saja memeriksa pembukuan sektor perdagangan kita. Keuntungan bulan ini naik 300% berkat reputasi baru kita. Saya sudah memindahkan 50 juta batu spiritual murni ke rekening pribadi Anda sebagai... uang jajan tambahan. Gunakanlah untuk membeli mainan, budak baru, atau mungkin pulau pribadi kecil jika Anda bosan."
Lu Changzu mengangkat alis. "50 juta untuk jajan? Tetua Li, kau membuatku terdengar seperti anak manja yang boros."
"Uang jajan?" sela Tetua Agung Quan Xisha, paman Ketua Sekte yang biasanya kaku dan menyeramkan, kini tersenyum tipis yang jarang terlihat—senyum yang membuatnya terlihat sedikit kurang menakutkan, meski hanya sedikit. Dia menuangkan teh baru ke cangkir Lu Changzu dengan tangannya sendiri, mengabaikan pelayan.
"Li Zhun, Tuan Muda tidak butuh uang recehmu. Yang beliau butuhkan adalah stimulasi intelektual. Tuan Muda, mengenai konsep Void yang Anda jelaskan kemarin... saya merenungkannya semalaman sampai kepala saya berasap. Saya merasa meridian saya bergetar hebat. Jika Anda tidak keberatan, bisakah kita mendiskusikannya lagi nanti? Saya merasa seperti murid bodoh yang baru belajar mengeja di hadapan Anda. Saya bahkan sudah menyiapkan papan tulis kapur jika perlu."
Quan Huaxi, yang duduk di takhta Ketua Sekte, tertawa lepas melihat tingkah para tetuanya. Auranya sebagai Emperor Tahap 9 Akhir memancar stabil, namun hangat.
"Lihatlah kalian. Dulu kalian saling berebut kekuasaan sampai mau saling bunuh, sekarang kalian berebut perhatian Tuan Muda seperti anak kecil di taman kanak-kanak. Tapi aku tidak menyalahkan kalian. Tuan Muda adalah matahari di lembah ini, dan kita semua adalah bunga matahari yang haus cahaya."
Quan Huaxi mengangkat gelasnya ke arah Lu Changzu.
"Kepada Tuan Muda Lu. Karena Anda, kami bukan lagi katak dalam tempurung. Kami adalah Naga yang siap melahap langit."
"Kepada Tuan Muda!" seru Tetua Douma dan yang lainnya serempak, mengangkat gelas dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan. Douma bahkan menumpahkan sedikit araknya karena terlalu bersemangat.
Lu Changzu tersenyum, mengangkat cangkir tehnya. Di mata mereka, dia melihat loyalitas fanatik yang telah berubah menjadi kasih sayang keluarga yang aneh namun kuat. Sekumpulan monster tua yang menemukan 'rumah' baru.
"Kepada Lembah Merah," balas Lu Changzu lembut.
Di sisinya, Liu Yanran dan Lin Yuwen melayani dengan patuh, namun mata mereka juga memancarkan rasa aman berada di tengah-tengah "keluarga" monster ini. Yanran bahkan diam-diam mencuri sepotong kue Nyonya Qin saat tidak ada yang melihat.
Namun, momen damai itu terhenti saat pintu aula terbuka dengan kasar.
BRAK!
"Lapor!!, Ketua Sekte!"
Seorang tetua ranah Grandmaster bergegas masuk, berlutut dengan satu kaki hingga lantai retak sedikit. Napasnya terengah, jubahnya berantakan, namun matanya berbinar gila membawa kabar penting.
"Kamar Dagang Chaoming... hah... hah... baru saja mengirimkan undangan emas kelas SSS! Mereka akan mengadakan 'Lelang Kekaisaran' besok malam di Ibukota Haiming. Ini adalah lelang darurat terbesar dalam lima puluh tahun terakhir!"
Quan Huaxi meletakkan cangkirnya perlahan. "Lelang darurat? Apa yang membuat pedagang licik itu begitu terburu-buru sampai mengirim undangan SSS? Biasanya mereka pelit sekali dengan kertas emas itu."
"Barang utamanya, Ketua," tetua itu menelan ludah, jakunnya naik turun. "Batu Naga Emas (Golden Dragon Stone) yang berasal dari Alam Tingkat 2! Dikabarkan mengandung setetes darah asli Naga Langit yang bisa membantu penerobosan ke ranah Core Formation!"
Hening sejenak. Lalu...
"APA?!"
Suara hiruk-pikuk meledak di antara para tetua. Meja bergetar.
"Alam Tingkat 2?!"
"Darah Naga Langit?! Itu harta karun mutlak! Legenda mengatakan baunya saja bisa memperpanjang umur sepuluh tahun!"
"Kita harus mendapatkannya! Dengan itu, Ketua Sekte mungkin bisa menembus batas dunia ini!"
Mata Douma sudah menyala hijau karena keserakahan, air liur hampir menetes dari sudut bibirnya. Dia menggebrak meja. "Tuan Muda Lu! Kita harus pergi! Kita punya uang! Kita rampok jika perlu! Kalau lelangnya curang, saya akan memakan podiumnya!"
Namun, di tengah kehebohan di mana para tetua tua bertingkah seperti remaja yang melihat idola, hanya ada satu orang yang tetap tenang. Lu Changzu meniup uap tehnya, ekspresinya datar seolah mendengar kabar tentang diskon sayuran layu di pasar pagi.
"Batu Naga Emas?" gumam Lu Changzu, suaranya pelan namun memotong keributan seketika. Sudut bibirnya terangkat membentuk cemoohan tipis. "Hanya sampah kalsifikasi dari kotoran naga yang jatuh ke dunia bawah, atau mungkin batu ginjal dari kadal terbang yang sembelit. Kalian terlalu mudah terkesan."
Semua orang terdiam. Douma yang baru saja mau berteriak "SERBU!" tersedak ludahnya sendiri.
Bagi Lu Changzu yang memiliki Jari Naga Void (artefak asli Entitas Tingkat 5) yang menyatu di jarinya, batu dari Alam Tingkat 2 hanyalah kerikil pinggir jalan.
"Apakah ada barang lain?" tanya Lu Changzu malas, memutar cangkir tehnya.
"A-ada, Tetua Agung," jawab pembawa pesan itu gugup, merasa antusiasmenya baru saja disiram air es. "Daftar kedua menyebutkan sebuah... Artefak Aneh Tingkat Emperor. Bentuknya tidak beraturan, seperti pecahan cermin rias yang pecah, namun memancarkan aura waktu yang kacau. Penilai bilang benda itu membuat jam pasir di dekatnya berjalan mundur."
Telinga Lu Changzu bergerak sedikit. Aura waktu?
Dia melirik Gelang Ouroboros di pergelangan tangannya. Pola Rune yang berhubungan dengan dimensi waktu masih terkunci rapat.
"Artefak tingkat Emperor aku bisa membuatnya sendiri dengan mata tertutup sambil bernyanyi," batin Lu Changzu. "Tapi 'kekacauan waktu' adalah variabel yang menarik. Mungkin itu pecahan dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu dari... masa laluku? Atau masa depanku?"
Lu Changzu berdiri. Jubah hitamnya jatuh dengan elegan.
"Siapkan kapal," perintahnya. "Kita pergi ke Haiming. Bukan untuk batu kotoran naga itu, tapi aku butuh membeli informasi... dan mungkin memancing beberapa ikan besar dari kolam yang keruh. Sekalian menghabiskan 'uang jajan' dari Tetua Li."
Ibukota Haiming - Markas Besar Kamar Dagang Chaoming.
Gedung Kamar Dagang Chaoming malam ini bersinar lebih terang dari istana kaisar. Menara sembilan lantainya dilapisi formasi ilusi yang menampilkan naga dan phoenix menari di langit malam. Kereta-kereta kencana yang ditarik oleh Beast langka—Kuda Angin, Singa Bersayap, bahkan Kura-kura Awan—berbaris di depan pintu masuk, menurunkan tokoh-tokoh paling berpengaruh di Benua Yanming.
"Lihat itu! Kereta Lotus Emas milik sekte lotus crimson!"
"Itu Paviliun Pil! Tungku terbang mereka berkilauan!"
Namun, semua kemewahan dan pamer kekayaan itu seolah meredup dan mati kutu ketika rombongan dari Tenggara tiba.
Mereka tidak naik kereta kencana. Mereka tidak naik pedang.
Mereka turun langsung dari langit dengan menunggangi cristal api hitam yang dipadatkan membentuk kapal. Suhu udara di sekitar gedung naik drastis namun tidak membakar, hanya memberi sensasi tekanan yang mendominasi, kapal tersebut lalu menghilang perlahan.
Quan Huaxi memimpin di depan, auranya ditekan namun wibawanya sebagai Emperor Tahap 9 akhir membuat udara bergetar. Douma di sampingnya berjalan dengan dada membusung, matanya melotot menantang siapa saja yang menghalangi jalan.
Tapi mata semua orang tertuju pada pemuda di tengah.
Lu Changzu mengenakan jubah sutra hitam pekat tanpa motif, namun potongan kainnya begitu sempurna membalut tubuhnya yang proporsional. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai sebagian, dibingkai oleh (mahkota kecil) dari kristal emas.
Wajahnya... adalah bencana bagi kewarasan lawan jenis. Kulit porselen hasil tempaan Dark Universe Body memancarkan pesona surga yang memikat namun berbahaya. Matanya yang heterochromia (Kanan Kristal, Kiri Gelap), namun kedalamannya tetap membuat siapa pun yang menatapnya merasa tenggelam ke dasar samudra.
"Tuan muda itu sangat tampan"seketika hormon pembangkit nafsu dikalangan kultivator wanita aktif.
"Aku mau jadi selir ke berapapun asal bisa berkultivasi ganda dengannya"ucap seorang wanita cantik dari balik tirai, lidahnya mengusap air liur di bibirnya.
Di lengan kirinya, Liu Yanran menggandengnya dengan posesif. Dia mengenakan gaun merah menyala yang memamerkan lekuk tubuh-nya, tatapannya tajam menyapu setiap wanita yang berani melirik tuannya seolah berkata, 'Lihat sekali lagi, dan aku akan congkel matamu untuk manik-manik gelangkuku.'
Di sisi kanan, Lin Yuwen berjalan dengan anggun namun patuh, mengenakan gaun biru es yang kontras, wajahnya dingin namun memancarkan aura ketundukan yang aneh.
"Demi Dewa... Siapa pemuda itu?" bisik seorang kultivator wanita dari sekte kecil, kipasnya terjatuh dari tangan. "Tampan sekali... Kakiku lemas... Apa dia pangeran dari kekaisaran lain?"
"Lihat matanya... rasanya aku ingin menyerahkan jiwaku dan sertifikat tanah ayahku padanya," gumam putri seorang pedagang kaya, wajahnya memerah padam.
Yanran mendengus pelan, mengeratkan pelukannya di lengan Lu Changzu sampai kukunya hampir menembus kain (jika kain itu bukan sutra surgawi).
"Cih. Dasar pelacur-pelacur murah. Berani sekali menatap Tuan dengan mata kotor itu. Tuan, izinkan aku mencungkil mata mereka satu per satu," bisik Yanran, cemburu membakar hatinya, aura membunuhnya bocor sedikit.
"Tahan dirimu, Yanran," Lu Changzu tersenyum ramah pada kerumunan (membuat tiga wanita pingsan hingga halu di tempat), namun suaranya pada Yanran sedingin es kutub. "Kita di sini sebagai tamu terhormat, bukan tukang jagal. Biarkan mereka bermimpi. Mimpi adalah pajak yang mereka bayar untuk melihatku. Lagipula, membersihkan darah disini itu merepotkan."
Beberapa kultivator pria yang mencoba menatap Yanran dan Yuwen dengan nafsu tiba-tiba merasakan hawa dingin menusuk selangkangan mereka, seolah ada jarum es yang mengancam masa depan keturunan mereka.
Mata Lu Changzu melirik sekilas.
Jarum Semesta: Serangan Mental Mikro.
"Ugh!"
"Argh!"
Pria-pria itu memucat, memegangi kepala mereka yang tiba-tiba sakit luar biasa, dan segera memalingkan wajah dengan ketakutan. Beberapa bahkan refleks melindungi bagian bawah tubuh (adik kecil mereka) mereka.
"Selamat datang! Selamat datang di Chaoming!"
Seorang pria paruh baya dengan jubah emas terbang keluar menyambut. Itu adalah Han Shuang, Master Cabang Kamar Dagang Chaoming, seorang Emperor Tahap 5 Akhir. Di belakangnya, mengikuti Tetua Guan Long (King Tahap 3 Akhir) yang dulu pernah menjamu Lu Changzu.
Han Shuang biasanya angkuh, tapi merasakan aura Quan Huaxi, dia membungkuk hormat.
"Ketua Sekte Quan! Suatu kehormatan bagi gubuk kami menerima kedatangan Naga dari Selatan! Maafkan penyambutan kami yang sederhana!"
Guan Long mendongak, dan matanya membelalak lebar saat melihat Lu Changzu. Wajahnya pucat karena kaget bercampur kagum.
Terakhir kali dia melihat pemuda ini, dia adalah "Tuan Muda Kaya" misterius yang menjual resep pil tingkat Grandmaster—resep yang membuat posisi Guan Long melesat naik di Kamar Dagang. Sekarang? Dia mengenakan lencana Tetua Agung Sekte Lembah Merah, diapit oleh dua dewi, dan berjalan di samping Emperor Tahap 9 akhir seolah mereka teman nongkrong.
"Tuan... Tuan Muda Lu?" Guan Long tergagap, keringat dingin sebesar biji jagung mengucur karena gugup bertemu dermawan besarnya dalam situasi tak terduga ini. "A-Anda... Tetua Agung?"
Lu Changzu tersenyum, senyum ramah pada mitra bisnis lamanya yang cerdas.
"Halo lagi, Tetua Guan? Bagaimana resep pil yang kujual padamu dulu? Kuharap kau sudah balik modal," sapa Lu Changzu santai, menepuk bahu Guan Long yang kaku. "Seperti yang kau lihat, karirku sedikit menanjak sejak terakhir kita bertemu. Sedikit promosi jabatan, kau tahu bagaimana dunia bekerja."
Han Shuang menatap Lu Changzu dengan tatapan penuh selidik. Kultivasi pemuda ini hanya ada di ranah king tahap 3 akhir. Tapi Rasanya seperti menatap kabut, atau menatap jurang.
"Jadi ini Tetua Agung Lu yang menjadi berita utama menara informasi itu? Yang membuat Kaisar Ming Haobo meminta maaf secara terbuka? Maafkan mata saya yang buta!" Han Shuang segera membungkuk lebih dalam pada Lu Changzu daripada pada Quan Huaxi. Insting pedagangnya berteriak: Orang ini adalah bos sebenarnya. Jilat dia, atau kau akan bangkrut.
"Master Cabang Han terlalu sopan," Lu Changzu mengeluarkan sebuah kotak giok hitam dari cincin naganya. Kotak itu terlihat biasa, tapi ukirannya bergerak sendiri. "Saya datang bukan dengan tangan kosong. Saya punya titipan untuk slot lelang terakhir."
Han Shuang menerima kotak itu dengan hati-hati. Dia membukanya sedikit, hanya secelah rambut.
BOOM!
Aura obat yang begitu pekat dan ganas meledak keluar, membentuk bayangan naga merah kecil yang mengaum tanpa suara. Aroma herbalnya menyebar, dan seketika rasa sakit punggung menahun yang diderita Guan Long lenyap begitu saja hanya dengan menghirupnya.
"I-ini..." tangan Han Shuang gemetar hebat. Kotak itu terasa seberat gunung. "Energi ini... Pil Tingkat Kaisar Puncak?! Tidak... kemurniannya..."
"Pil Akar Kaisar," koreksi Lu Changzu santai, sambil membetulkan letak lengan bajunya. "Mampu menaikkan satu tahapan kecil Ranah King atau Emperor tanpa efek samping, sekaligus memperbaiki fondasi yang rusak. Harga buka: 500 Juta Batu Spiritual."
Han Shuang hampir menjatuhkan kotak itu. Matanya melotot keluar.
"500 Juta?! Tuan Lu, Anda bercanda! Ini bisa laku 2 Miliar! Ini harta karun strategis! Anda bisa membeli satu kota dengan ini!"
"Aku sedang beramal," Lu Changzu mengedipkan mata, senyum licik tersungging. "Jadikan ini item pertama malam ini. Bukan penutup, tapi pembuka. Saat dompet mereka masih utuh dan ego mereka masih setinggi langit."
"P-pembuka?" Han Shuang terkejut. "Biasanya barang selevel ini ditaruh di akhir sebagai klimaks, Tuan."
"Tidak," potong Lu Changzu. "Lemparkan ini saat mereka masih merasa kaya. Biarkan mereka saling bantai dan menguras kantong mereka di awal acara. Dengan begitu, saat barang-barang lain muncul, mereka sudah 'miskin' atau setidaknya ragu untuk mengeluarkan uang lagi."
Han Shuang menatap Lu Changzu dengan kekaguman sekaligus ketakutan. Strategi itu jahat. Sangat jahat. Memanfaatkan psikologi orang kaya yang impulsif di awal acara.
"Akan segera saya laksanakan! Siapkan Ruang VVIP Celestial untuk tamu terhormat! Dan bawakan teh terbaik! Jangan teh yang biasa kita kasih ke tamu biasa, ambil yang dari brankas!"
Lantai 9 - Koridor VVIP.
Saat rombongan Lu Changzu berjalan menuju ruangan mereka di atas karpet beludru merah, mereka berpapasan dengan rombongan lain yang tak kalah mewah. Pengawal berzirah emas dengan lambang Matahari Kekaisaran.
Itu adalah rombongan Keluarga Kerajaan.
Pangeran Pertama, Ming Hun (Grandmaster Tahap 9 Akhir), berjalan di depan. Pria berusia 29 tahun ini memiliki wajah tegas dan mata yang penuh perhitungan politik, seolah dia sedang menghitung nilai guna setiap orang yang ditemuinya.
Di belakangnya, tiga Jenderal Perang Ranah Emperor Tahap 3 menjaga ketat.
Namun, perhatian semua orang tersedot oleh sosok di samping Pangeran Ming Hun.
Putri Keempat, Ming Huo'er (Grandmaster Tahap 5 Awal).
Berbeda dengan rumor tentang putri kerajaan yang biasanya angkuh atau manja, gadis ini memancarkan aura kelembutan yang menyilaukan mata, seolah-olah dia adalah bidadari yang tersesat di dunia fana. Dia mengenakan gaun sutra putih bulan yang jatuh dengan lembut membalut tubuh rampingnya, tanpa perhiasan berlebihan, hanya sebuah jepit rambut giok putih sederhana.
Wajahnya... adalah definisi dari kemurnian. Kulit seputih salju, bibir mungil berwarna merah muda alami, dan sepasang mata bening seperti mata air pegunungan yang belum tersentuh dosa dunia. Setiap gerakannya begitu halus, seakan dia takut melukai udara di sekitarnya.
Langkah kedua rombongan terhenti.
Lu Changzu, yang biasanya memandang wanita sebagai objek estetika atau alat, tiba-tiba terdiam.
Matanya terkunci pada Ming Huo'er.
Untuk sepersekian detik, waktu di mata Lu Changzu melambat. Kecantikan gadis itu bukan jenis yang membakar nafsu seperti Yanran, atau dingin menawan seperti Yuwen. Ini adalah kecantikan yang menenangkan. Sesuatu yang membuat jiwa Lu Changzu yang penuh gejolak kekacauan dan kegelapan seketika tenang. Ada dorongan aneh di dadanya untuk sekadar... memandanginya lebih lama.
Namun, dalam sekejap mata, kabut kekaguman itu ditebas oleh pedang logika dingin di benaknya.
'Tidak.'
Mata Lu Changzu kembali jernih dan datar seketika.
'Kecantikan seperti ini adalah racun yang paling mematikan. Kecantikan ini merusak logika. Rasa ini adalah rantai. Hubunganku dengan Yanran dan Yuwen didasari fondasi saling menguntungkan dan kontrak jiwa. Itu aman. Itu terkendali.'
'Jika didasari cinta atau kekaguman murni... itu akan membuatku lemah. Itu akan membuatku ragu untuk membunuh jika situasi mengharuskan. Perasaan semacam itu hanya akan menjadi tali kekang yang menghambatku menuju puncak.'
'Kecantikan seperti ini lebih cocok bersanding dengan tokoh utama di dunia ini bukan anti hero sepertiku'
Lu Changzu mengalihkan pandangannya, kembali memasang topeng senyum tipis yang tak tertembus.
"Ah, Tetua Agung Lu. Ketua Sekte Quan. Pertemuan yang menyenangkan," sapa Ming Hun, memecah keheningan. "Kehadiran Lembah Merah benar-benar menambah bobot acara ini. Ayahanda Kaisar masih sering membicarakan 'kesalahpahaman' di pesta itu. Beliau titip salam."
Lu Changzu membalas dengan sopan, namun nada suaranya sedikit lebih berjarak dari sebelumnya.
"Yang Mulia Pangeran terlalu memuji. Kami hanyalah orang desa yang kebetulan punya sedikit keberuntungan. Salam kembali untuk Kaisar, semoga ginjal beliau sehat."
Ming Huo'er melangkah maju sedikit, lalu menunduk hormat dengan gerakan yang sangat anggun. Dia tidak menatap Lu Changzu dengan berani, melainkan mencuri pandang dengan malu-malu, pipinya sedikit merona merah.
"Salam... Tuan Muda Lu," suaranya lembut, seperti denting lonceng angin di pagi hari. Sangat kontras dengan suara tegas kakaknya.
Dia mengangkat wajahnya sedikit, memberanikan diri menatap mata Lu Changzu. "Maaf jika saya lancang... Tapi saya mendengar kabar tentang tetua agung Lu yang pernah menjual teknik dan resep pemurnian pil tahap grandmaster. Saya... saya juga seorang murid alkimia, meski masih dangkal."
Huo'er memainkan ujung lengan bajunya dengan gugup, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu yang murni.
"Menurut berita kekaisaran resep pil buatan Tuan Muda... itu seperti seni yang melampaui dunia ini. Jika Tuan Muda tidak keberatan... dan jika takdir mengizinkan... bolehkah saya meminta sedikit petunjuk atau melihat Anda meracik suatu saat nanti? Saya... saya merasa buntu dengan teknik kekaisaran."
Permintaannya begitu polos, murni didasari hasrat akan ilmu alkimia, bukan kekuasaan.
Yanran di samping Lu Changzu yang biasanya siap mencakar wanita manapun yang mendekat, kali ini terdiam. Dia merasa... aneh. Dia tidak bisa marah pada makhluk selembut ini. Justru dia merasa sedikit terintimidasi oleh kemurnian yang tak dimilikinya.
Lu Changzu menatap Ming Huo'er datar. Alkimia adalah salah satu rahasia kekuatannya, dan membiarkan orang luar—terutama putri kerajaan—melihatnya adalah risiko.
'Dia menggunakan kelemah-lembutan sebagai senjata, atau dia memang sepolos itu? Tidak masalah. Jawabannya tetap sama.'
"Tuan Putri terlalu memuji," jawab Lu Changzu, suaranya sopan tapi ada dinding tak terlihat yang membatasi. "Api alkimia saya liar dan berbahaya, berbeda dengan teknik api dan tungku istana yang stabil. Tangan sehalus milik Tuan Putri tidak cocok terkena jenis api liar saya. Sebaiknya Anda tetap pada teknik ortodoks yang aman."
Ming Huo'er tersenyum tipis, sedikit kecewa dengan penolakan halus itu, tapi dia mengangguk patuh tanpa mendesak.
"Saya mengerti... Tuan Muda benar. Mungkin saya belum cukup kualifikasi. Terima kasih atas peringatannya, Tuan Muda. Anda sangat perhatian."
Ming Hun menatap interaksi itu dengan mata menyipit. Dia melihat adiknya yang biasanya pemalu tampak sangat tertarik pada pemuda berbahaya ini.
"Kami harap Tuan Lu bisa mendapatkan barang yang diinginkan malam ini. Tapi hati-hati, dompet Kekaisaran cukup tebal malam ini," canda Ming Hun dengan nada peringatan halus, menarik perhatian kembali ke bisnis.
"Dompet tebal bagus untuk ekonomi, Pangeran," balas Lu Changzu singkat, sudah kehilangan minat untuk berbasa-basi. "Mari kita lihat siapa yang tertawa paling akhir."
Mereka berpisah jalan, masuk ke ruangan masing-masing. Lu Changzu berjalan tanpa menoleh lagi, mematikan bayangan wajah bidadari itu dari pikirannya secara paksa.
Tak lama kemudian, perwakilan sekte-sekte lain mulai berdatangan.
Sekte Es Abadi dengan aura dingin yang membekukan lorong, membuat pelayan bersin-bersin.
Sekte Beast Ming dengan bau binatang buas yang samar (dan sedikit bau kotoran kandang).
Sekte Spiritual Barat yang membawa tongkat-tongkat biksu dan terus menggumamkan mantra.
Sekte Laut Biru yang tampak licik dengan kulit bersisik halus.
Semua pemain utama telah berkumpul di satu papan catur.
Di Dalam Ruang VVIP Celestial No. 1.
Lu Changzu duduk di sofa kulit naga yang empuk, melihat ke bawah melalui dinding kaca satu arah. Aula lelang di bawah sudah penuh sesak. Ribuan kultivator menahan napas, aroma keringat dan antusiasme memenuhi udara.
"Tuan," bisik Yanran, menuangkan anggur ungu ke gelas kristal. "Putri tadi... dia sangat cantik. Apakah Tuan tertarik?"
Lu Changzu menyesap anggurnya, matanya dingin menatap panggung.
"Cantik hanya kulit, Yanran. Di dunia ini, yang lemah akan dimakan, tak peduli secantik apa mereka. Dan cinta... adalah cara tercepat untuk menjadi makanan."
Yanran terdiam, lalu tersenyum puas. Itu jawaban yang dia inginkan.
"Batu itu hanya umpan," lanjut Lu Changzu, mengalihkan topik. "Aku di sini untuk melihat siapa yang punya uang, siapa yang punya ambisi, dan siapa yang punya rahasia."
Lampu aula meredup. Juru lelang naik ke panggung dengan sorotan cahaya magis.
"Hadirin sekalian! Selamat datang di Lelang Kekaisaran! Siapkan uang kalian, karena malam ini kita akan mencetak sejarah!"
Suasana tegang. Biasanya lelang dimulai dengan barang pemanasan. Tapi malam ini, juru lelang tersenyum misterius.
"Untuk menghormati tamu agung kita malam ini, kita akan melanggar tradisi! Kita akan mulai dengan LEDAKAN!"
Petugas membawa masuk kotak hitam milik Lu Changzu.
"Item Pembuka! Kejutan Malam Ini! Pil Akar Kaisar! Kualitas Sempurna! Tingkat Emperor!"
Petugas membuka kotak itu di panggung.
BOOOOM!
Seluruh aula meledak dalam kegemparan. Gelombang energi memukul wajah para penawar di baris depan. Keheningan pecah seketika menjadi teriakan histeris. Mereka yang baru duduk langsung melompat berdiri.
"APA?! Item pertama langsung Pil Emperor?!"
"Gila! Chaoming sudah gila!"
"Dompetku! Aku belum siap mental!"
"Harga buka: 500 Juta!"
Karena uang mereka masih utuh dan belum terpakai untuk barang sampah, keberanian mereka berlipat ganda.
"600 Juta!" teriak Sekte Es Abadi tanpa ragu.
"700 Juta!" teriak Sekte Beast Ming, tetuanya berdiri di atas kursi.
"800 Juta!" teriak Pangeran Ming Hun dari ruang VVIP sebelah. Suaranya terdengar kaget namun mendesak. Rencana belanjanya berantakan, tapi dia butuh ini!
Perang harga terjadi brutal dan cepat. Tidak ada yang menahan diri karena saldo mereka masih penuh. Harga meroket hingga 1,5 Miliar dalam sekejap mata. Orang-orang saling memaki, mengancam, dan melempar harga gila-gilaan.
Akhirnya, Pangeran Ming Hun memenangkannya dengan harga 1,8 Miliar Batu Spiritual, napasnya terdengar berat bahkan dari kejauhan. Dia menang, wajahnya sangat senang saat menyadari dia baru saja mendapatkan pil akar kaisar dengan harga 1,8 Miliar masih terbilang pantas, jika ia memakan pil ini kemungkinan menembus ranah king sudah di depan mata , tapi jika memberikan pil tersebut pada ayahnya, maka reputasinya akan meningkat dan greatming akan menguasai dunia tianyun.
Di ruang VVIP Celestial No. 1, Quan Huaxi tertawa sampai memegang perutnya. "Tuan Muda, Anda jenius. Anda baru saja merampok pangeran secara legal dan dia berterima kasih untuk itu."
"Dia membeli masa depan, wajar jika mahal," kata Lu Changzu santai sambil menyesap anggurnya. "Sekarang, lihatlah wajah mereka. Pangeran sudah 'miskin'. Sekte lain patah hati. Sekarang saatnya kita belanja barang-barang aneh dengan harga murah karena saingan kita sudah kehabisan nafas."
Lelang berlanjut.
Lu Changzu tersenyum. "See? Dompet tebal yang bocor di awal, membuat perjalanan selanjutnya jauh lebih mudah."
Bersambung...