Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30.
"Untuk hukum negara, tentunya kita harus melewati persidangan di kantor pengadilan agama. Dan, untuk aset yang dihasilkan selama pernikahan akan kuberikan semuanya kepadamu, kecuali aset perusahaan, karena itu bukan sepenuhnya miliku, tapi milik keluargaku(Daddy Alexander).
"Tidak....Tidak...." teriak Irin.
"Aku tidak mau kita bercerai, mas. Tarik kembali kata-kata kamu itu, mas!." Irin mengamuk, tak terima diceraikan oleh Ardian. ibu dua anak itu sudah seperti orang kesetanan.
"Maafkan aku, Irin. tidak ada jalan lain lagi untuk rumah tangga kita selain perpisahan. Daddy... Mommy...Ardian pamit, terima kasih untuk jamuannya siang ini. sekali lagi Ardian mohon maaf jika keputusan Ardian telah mengecewakan kalian."
Daddy hanya bisa mengangguk pasrah tanpa bisa berbuat banyak untuk membantu mempertahankan rumah tangga putri dan menantunya. Ardian sudah teguh pada keputusannya, menceraikan Irin.
Setelah mengutarakan itu semua Ardian beranjak dari duduknya, hendak meninggalkan kediaman mertuanya.
"Mas....Mas.....Mas Ardian..... Minggir saya bilang....!!apa kalian tuli...?." Irin semakin bertambah emosi pada dua orang bodyguard Daddy yang menghalangi langkahnya hendak menyusul Ardian. Kedua pria bertubuh tinggi besar tersebut seakan menulikan telinga, tetap melakukan tugas yang diperintahkan oleh Daddy.
"Mas.....Mas Ardian....aku tidak mau kita berpisah...aku mencintaimu, mas." Irin terus berteriak histeris, berharap Ardian kembali. Namun, suara deru mesin mobil keluar dari pekarangan rumah meyakinkan Irin jika suaminya, atau lebih tepatnya mantan suami karena beberapa saat yang lalu Ardian sudah menjatuhkan talak kepadanya, telah berlalu pergi.
"Aku tidak mau kita berpisah, mas.....aku mencintaimu, mas Ardian...." Tubuh Irin terduduk lemas di lantai. Tangisnya pun semakin pecah. Mommy yang tidak tega melihat kondisi putri semata wayangnya tersebut pun ikut menangis seraya memeluk tubuh Irin. "Kuatkan hatimu, Irin."
"Cukup Irin....! Untuk apa kamu menangisi hasil dari perbuatan kamu sendiri?. lagi pula benar kata Ardian, jika kamu mencintainya tidak mungkin kamu tega mengkhianati cintanya. seharusnya kamu masih bersyukur karena hingga detik ini Ardian masih menganggap Irhan sebagai putranya meskipun Fakta menunjukkan jika Irhan bukanlah darah dagingnya. Ardian bahkan mempercayakan anak dari hubunganmu dengan pria lain untuk memimpin anak cabang perusahaannya. Jika Daddy ada di posisi Ardian, jangankan memberikan fasilitas apalagi kedudukan, menerima kehadiran anak yang bukan darah daging sendiri belum tentu Daddy sanggup, terlebih dengan cara kamu tipu seperti itu."
Daddy mengeluarkan semua kemarahannya. pria paruh baya tersebut tak lagi memikirkan tentang kondisi kesehatannya. terlalu dalam rasanya kekecewaan yang ditorehkan sang Putri ke dalam hatinya. Terlebih saat ini ia memikirkan bagaimana perasaan Irhan jika sampai tahu yang sebenarnya. sungguh, ia merasa kasihan pada cucu laki-lakinya tersebut. Karena perbuatan dimasa lalu ibunya, pemuda itu harus ikut menanggung kesedihan.
Daddy meminta pada suster yang merawatnya untuk membantu mendorong kursi roda menuju kamarnya. Karena, jika terus melihat wajah anak dan istrinya rasanya kemarahan pria itu akan semakin memuncak, mengingat dahulu keduanya menyembunyikan kehamilan Irin darinya.
**
Ardian meninggalkan kediaman mertuanya dengan perasaan lega. Ya, lega telah mengembalikan Irin dengan cara baik-baik sebelum nantinya mereka akan menempuh jalur persidangan di kantor pengadilan agama.
Tidak bisa dipungkiri, Ardian pun merasa bersedih dengan akhir dari hubungan rumah tangganya bersama wanita yang telah melahirkan anaknya tersebut. "Ini jalan terbaik untuk rumah tangga kita, Irin. Kuharap kelak kau tidak akan pernah lagi menyia-nyiakan cinta dan kepercayaan dari pria yang akan menjadi penggantiku." batin Ardian.
Setelah meninggalkan rumah mertua tujuan Ardian selanjutnya adalah bandara. Ya, sejak semalam ia sudah merencanakan untuk segera kembali ke tanah air setelah urusannya selesai. Ardian mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi seseorang, sayangnya benda pipih tersebut nyaris kehabisan daya, hanya tinggal satu persen. Ketika hendak melakukan panggilan, ponsel itu pun mati karena benar-benar kehabisan daya.
"Ck... bagaimana aku bisa menelepon bi Inah kalau ponsel mati total begini." Ardian berdecak kesal.
**
Di Tanah Air.
"Bi...."
"Iya, den." bibi menghampiri Irhan di ruang tengah. tak lama kemudian wanita paruh baya tersebut kembali berjalan ke arah ruang kerja Ardian untuk mengambil buku yang diminta oleh Irhan. lima belas menit berlalu, bibi tak kunjung kembali hingga Irhan pun mau tak mau menyusulnya.
"Maaf den, bibi nggak nemu bukunya."
"Ya sudah, bibi lanjut kerja saja, biar Irhan yang cari sendiri!."
"Baik, den." Bibi manut saja, meninggalkan Irhan di ruang kerja ayahnya.
Irhan mulai menyusuri satu persatu buku yang tersusun rapi di rak buku, hingga beberapa saat kemudian ia pun menemukan buku yang dicarinya. "Pantas saja bibi tidak menemukannya, bukunya terselip di sini." gumam Irhan.
Hendak berlalu, namun secara tidak sengaja Irhan melihat dari ekor mata, meja kerja ayahnya sedikit berantakan, suatu hal yang nyaris tak pernah terjadi mengingat Ardian merupakan sosok yang cukup perfectioanis. Irhan mengarahkan Pandangan dengan sempurna ke arah meja kerja ayahnya.
"Tumben meja kerja papa berantakan. Pasti papa terlalu sibuk sampai tak sempat merapikannya." pemuda itu bergumam seraya merapikan susunan berkas di meja kerja ayahnya. Hingga beberapa saat kemudian secara tidak sengaja ia menemukan amplop berwarna coklat yang terselip diantara tumpukan berkas lainnya. Awalnya Irhan sama sekali tidak tertarik untuk melihat isinya, tetapi setelah membaca bagian depan amplop tersebut, pemuda itu dibuat mengeryit bingung sekaligus penasaran.
"Hasil DNA test???." batin Irhan saat membaca tulisan di bagian depan amplop coklat tersebut. Perlahan ia pun mulai membuka dan membaca isinya.
Duar.....
Jantung Irhan seperti dihantam batu besar setelah membaca kata demi kata yang tercetak jelas di lembar kertas putih itu.
"Tidak mungkin....ini tidak mungkin terjadi...."Pemuda berusia dua puluh tahun tersebut menggelengkan kepala, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Hati dan pikirannya ingin menolak percaya, tetapi di lembar kertas tersebut terdapat stempel resmi Milik rumah sakit ternama, dan itu artinya hasil tes tersebut asli.
Dengan hati berkecamuk, Irhan berlalu meninggalkan ruangan kerja sang ayah dengan membawa serta hasil tes DNA tersebut bersamanya.
"Den....Den Irhan mau kemana?? Tuan dan Nyonya sudah pesan sama bibi, Den Irhan belum boleh keluar rumah!." bibi menyusul Irhan yang kini terus berjalan menuju garasi mobil.
Tanpa mengindahkan perkataan bibi, Irhan berlalu meninggalkan rumah dengan mengendarai sendiri mobilnya. Tujuan pemuda itu tak lain adalah ingin menemui sahabat baik sang ayah, yakni dokter Wisnu. ia yakin dokter Wisnu pasti sudah tahu mengetahui hal ini, mengingat stempel rumah sakit sama persis dengan nama rumah sakit tempat dokter Wisnu bertugas, dan juga rumah sakit yang sama tempat ia dirawat selama beberapa hari.
Kedatangan Irhan mengejutkan dokter Wisnu. Pasalnya pemuda itu tak mengetuk pintu terlebih dahulu. Untungnya saat ini sesi pelayanan pada pasien rehat sejenak karena waktu istirahat makan siang telah tiba, kalau tidak, bisa jadi kedatangan Irhan yang begitu mengejutkan akan menambah porsi penyakit pada pasien.
"Ada apa ini, Irhan?." dokter Wisnu sampai berdiri dari duduknya.
Irhan menyodorkan amplop ditangannya Kepada sahabat baik ayahnya itu. "Bisa tolong jelaskan semua ini pada Irhan, Om! Irhan yakin Om pasti sudah tahu, bukan!." bukannya menjawab, Irhan langsung mencecar sahabat ayahnya itu.
Deg
"Dari mana kamu dapat ini?."
"Tidak penting dari mana Irhan mendapatkannya, Om. Please... jelaskan semua ini Om, Irhan yakin Om Wisnu pasti sudah tahu tentang hasil tes ini, iyakan!?."
Dokter Wisnu bisa membayangkan betapa syoknya Irhan saat pertama kali membaca hasil tes DNA tersebut. Di mana tercetak jelas jika DNA miliknya sama persis dengan DNA milik orang lain, dan secara otomatis pria yang selama ini dipanggilnya dengan sebutan papa bukanlah ayah biologisnya.
ini juga Ardian rumah kok gak dijaga,
bisa bisa nya Irin masuk tanpa ada pengawasan...
aku dibelikan gorengan aja sepulang pak kerja udah seneng banget
😆😆😆😆
akhirnya...
kalimat sakral itu terucap kan juga ya Ardian💖💗💓
dapat kejutan nih up 3 bab 💖
jujur lebih baik Kafisha
sama sama tidak dicintai oleh suaminya...
akhirnya anak yang menderita
😭
ᥴrᥲzᥡ ᥙ⍴ 𝗍һ᥆r ძᥲᥒ sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍𝗍𝗍