NovelToon NovelToon
Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Hitam

Demi menghindari perjodohan, Cakra nekat kabur ke sebuah vila- milik keluarga sahabatnya yang terletak di daerah pelosok Bandung.

Namun, takdir malah mempertemukannya dengan seorang gadis dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna bernama Hanum.

Terdesak karena keberadaannya yang sudah diketahui, Cakra pun meminta pada Hanum untuk menikah dengannya, supaya orang tuanya tak ada alasan lagi untuk terus memaksa menjodohkannya.

Hanum sendiri hanyalah seorang gadis yatim piatu yang sangat membutuhkan sosok seorang pelindung. Maka, Hanum tidak bisa menolak saat pria itu menawarkan sebuah pernikahan dan berjanji akan mencintainya.

Lalu, apa yang akan Cakra lakukan saat ia mengetahui bahwa perempuan yang akan di jodohkan dengannya itu adalah sosok yang ia cintai di masa lalu?

Lantas bagaimana nasib Hanum kedepannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perempuan Itu?

"Cakra, tunggu!" Clara berniat mengikutinya saat suara mamanya terdengar memanggil.

"Clara, mau kemana kamu? Sini! Salim dulu sama Om sama Tante!" titah mamanya seraya melambai-lambaikan tangan.

Clara berhenti lalu menatap keempat orang itu dengan tidak sabaran. "Maaf, Om, Tante. Clara nyusul Cakra dulu, ya. Ada yang mau aku omongin soalnya sama Cakra." katanya, lalu mengangguk singkat. Tanpa menunggu respon, Clara langsung pergi begitu saja membuat papa dan mamanya merasa tidak enak hati terhadap calon besannya?

"Gak sopan," celetuk Cecilia yang hanya bisa didengar oleh Hanum.

"Anak itu.." gumam Darma, papanya Clara- menahan kesal plus malu.

"Maafin Clara, ya." ucap Andini seraya meringis.

"Tidak apa-apa. Mungkin yang ingin dibicarakan Clara dengan Cakra adalah hal yang serius." jawab Liliana memaklumi dengan tersenyum tipis.

Kedua orang itupun merasa sedikit lega walaupun rasa tidak enak hati itu masih ada.

Beberapa detik kemudian, netra Andini langsung tertuju pada gadis asing yang duduk di samping Cecilia. "Dia siapa, jeng?" tanyanya melirik Hanum.

Liliana pun ikutan melirik Hanum dengan ekspresi kaku yang sesaat menguasainya, begitupun Arya.

Hingga kemudian Liliana bisa mengendalikan diri, lalu menjawab, "ah, dia pembantu baru, jeng, di rumah. Kebetulan ikut kesini dengan Cecil ingin menjenguk katanya."

Hanum terhenyak. Ia langsung menunduk dengan perasaan sakit yang menjalar di hatinya. Hanum sadar ia memang tidak diterima kehadirannya oleh kedua mertuanya itu, tapi Hanum tak menyangka ia akan diperkenalkan sebagai pembantu pada orang lain.

"Mama!" Cecil ingin membantah. Tapi melihat tatapan papanya yang terlihat memperingatinya, membuat Cecil bungkam dengan perasaan kesal.

"Gapapa, jangan dengerin ucapan mama, ya." bisiknya mencoba menguatkan Hanum.

Hanum hanya mengangguk kecil tanpa berani mengangkat wajahnya. Karena saat ini matanya sudah berkaca-kaca. Satu kali mengedip saja, air matanya pasti langsung jatuh.

Andini dan Darma sesaat terdiam melihat interaksi itu. Ada apa? Pikir keduanya.

"Oh iya. Jadi sekarang Clara satu kampus sama Cakra?" Liliana mencoba mengalihkan perhatian keduanya.

Dan ya, akhirnya berhasil. "Iya, baru masuk beberapa hari lalu." jawab Andini tersenyum kembali. "Dia kelihatan senang sekali. Bahkan setiap pulang pun Clara selalu cerita kalo dia sering bertemu dengan Cakra di kampus."

"Saya turut senang kalau begitu." kekeh Liliana.

"Oh iya Arya. Mengenai kabar, kalau kamu memutuskan hubungan kerjasama dengan Pak Hadi, apa itu benar? Atau, hanya isu belaka saja?" sela Darma bertanya.

Arya mengangguk ringan, membenarkan. "Ya. Ada permasalahan besar di antara kami. Dan masalah itu sudah tidak bisa diperbaiki lagi secara pribadi. Jadi saya memutuskan untuk menghentikan kerjasama kami. Itupun untuk memperingati Hadi, supaya dia tidak main-main lagi dengan saya." jawab Arya datar.

"Sejujurnya sangat disayangkan sekali. Saya dengar, kamu dan dia sudah bersahabat sejak masa sekolah dulu? Tapi, saya tidak ada hak untuk ikut campur kalau ini memang sudah menjadi keputusan mu."

Arya mengangguk saja sebagai tanggapan.

"Lalu mengenai pernikahan anak kita, bagaimana kelanjutannya?" tanya Andini kemudian.

"Mengenai itu, kami sebagai orang tua Cakra harus menunggu keputusannya dulu, jeng. Tapi tenang saja, akan kami pastikan Cakra mau menerima pernikahan ini." senyum tak pernah lepas selama Liliana berkata.

Tidak memperdulikan bahwa sedari tadi Hanum mendengarkan percakapan itu dengan terus berusaha menahan air matanya, namun gagal, air katanya tetap berjatuhan.

Cecil pun sudah merasa muak pada kedua orang tuanya itu. Cecil tidak menyangka papa mamanya bisa setega itu pada orang lain, padahal mau bagaimana Hanum adalah menantu mereka.

"Gapapa, jangan nangis. Ada kakak kok yang bakal dukung hubungan kamu sama Cakra." Cecil mengulurkan tissue yang langsung diterima oleh Hanum, seraya mengucapkan makasih dengan suara lirihnya.

Dengan prihatin, Cecil mengelus punggung Hanum untuk menguatkan. "Kita keluar aja, ya?" ajaknya.

Seharusnya dari tadi bodoh ajak Hanum pergi! Rutuk Cecilia pada dirinya sendiri.

Hanum yang sudah tak ingin mendengar obrolan itupun mengangguk setuju.

Lantas Cecilia langsung membantu Hanum berdiri seraya mengulurkan kruk-nya.

"Kami pergi dulu, permisi!" ucap Cecilia tidak ingin berusaha ramah. Rasa kesalnya membuat Cecilia tidak ingin menghargai keempat orang itu.

Sedangkan Hanum hanya mengangguk tanpa berani menatap keempat orang itu.

"Mau kemana, kalian?" tanya Liliana.

Namun, Cecilia tidak menjawab. Lebih memilih membantu Hanum berjalan dengan hati-hati hingga akhirnya menghilang dibalik pintu.

Dalam hati, Liliana mengeram kesal. Sekarang putrinya pun ikut-ikutan tidak menghormatinya setelah bergaul dengan perempuan cacat itu, pikirnya.

"Apa tidak salah, jeng? Memperkerjakan orang cacat seperti itu sebagai pembantu?" tanya Andini yang sedari tadi ingin menanyakan hal itu yang di angguki oleh Darma.

Liliana meringis. "Kami hanya kasihan, karena dia yatim piatu. Jadi, ya, terpaksa kami rekrut." jawabnya yang di angguki mengerti oleh kedua orang itu.

Mereka pun lanjut mengobrol di seputaran bisnis dan rencana masa depan anak-anak mereka.

Di lain tempat. Cakra merutuki dirinya sendiri yang malah meninggalkan Hanum begitu saja.

Ingin kembali lagi, tapi Clara sudah lebih dulu menyusul dan memaksanya untuk berbicara di sebuah kafe di sebrang rumah sakit.

Dengan terpaksa Hanum pun mengiyakan. Dan disinilah mereka berada, duduk berhadapan di salah satu meja cafe tepat di samping kaca yang langsung menghadap ke gedung rumah sakit.

"Ucapan kak Cecil, tadi, bohong kan?" tanya Clara yang masih belum menerima fakta itu.

Cakra menghela nafas kasar. Minuman dingin yang di pesan kan Clara pun belum di sentuh nya. "Gue udah jawab, kan, tadi?"

"Bohong! Kamu pasti bohong! Cincin nikah aja gak ada tuh di jari kamu!"

Cakra merutuk. Bisa-bisanya ia lupa mengenakan cincin nikahnya yang ia beli secara dadakan waktu itu.

"Gue lupa pake!" jawabnya jengah.

"Bohong! Please Caka! Gak usah sampai segitunya deh, kamu bohongin aku cuma buat bikin aku ngejauhi kamu!" ujar Clara. "Sampai kapanpun aku gak akan jauhi kamu, karena sebentar lagi kita akan menikah!"

"Clara!!" sentak Cakra yang sontak memancing perhatian pengunjung yang lain.

Clara sendiri terhenyak di tempatnya.

"Lu bener-bener gak tau malu. Dulu kamu sendiri yang milih ninggalin gue dan pergi sama Arga- yang lu tau dia adalah orang yang paling gue benci! Dan sekarang lu dengan gak tau malunya balik lagi, dan bilang kita bakalan nikah? Hanya dalam mimpi!!" ujar Cakra pelan dengan penuh penekanan. Membuat Clara meneguk ludah dibuatnya. Saat ini Cakra benar-benar terlihat menakutkan di mata Clara.

Cakra langsung beranjak begitu saja meninggalkan Clara yang terdiam mematung. Saat ia akan keluar, bertepatan dengan itu Hanum dan Cecilia ada di luar dan akan masuk.

"Cakra?" sapa Hanum.

Cakra gelagapan. Kenapa Hanum bisa ada disini?

"Kamu udah buat kakak kecewa Cakra! Bukannya jagain istri kamu, kamu malah pergi gitu aja! Kamu gak tau, apa yang udah mama bilang tadi, bikin Hanum nangis!" semprot Cecilia menyorot tajam adiknya.

"Apa yang udah mama bilang? Hanum, mama ngomong apa sama kamu? Maafin aku ya. Aku ninggalin kamu gitu aja, tadi." Cakra sangat merasa bersalah.

Melihat Hanum yang hanya menunduk, membuat rasa bersalahnya itu semakin bercokol di hatinya.

"Kak Cecil?" sapa Clara yang tiba-tiba muncul di belakang Cakra. Membuat Cecil langsung menatap lebih tajam pada adiknya ini.

"Kak, kita ke tempat lain aja ya." pinta Hanum sarat akan permohonan. Dan tanpa ba-bi-bu, Cecil pun mengiyakan lalu menuntun Hanum untuk pergi dari sana, yang reflek diikuti Cakra- yang memohon-mohon pada Hanum untuk bicara. Cakra tidak ingin Hanum salah paham.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN

1
Marwan Hidayat
lanjut kak semakin seru ceritanya 🤩
Tinta Hitam: siap kak, maksih ya
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjutkan thor
Tinta Hitam: siap kak, terimakasih sudah membaca ceritaku ini
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjut kak
Tinta Hitam: siap kak
total 1 replies
Marwan Hidayat
ceritanya sangat bagus, rekomendasi deh buat yang suka baca novel
Tinta Hitam: terimakasih
total 1 replies
Lina Zascia Amandia
Tetap semangat.
Lina Zascia Amandia: Sama2.
Tinta Hitam: makasih kak sudah mampir 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!