Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?
"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.
Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.
Siapa gadis ini? pikirnya panik.
Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf
Setelah hari itu, Hail rutin datang berkunjung kerumah Evelyn setiap pagi dan akan pulang setelah puas mengajak Cala bermain. Laki-laki itu tetap datang meski Evelyn mengusirnya dengan kasar. Evelyn tidak ingin Hail ikut campur daam kehidupannya, apa pria itu tidak mengerti? Hidup menjadi orang tua tunggal, tidak mudah. Status Evelyn yang dianggap janda, selalu saja ada yang memandang sebelah mata.
Ditambah lagi kedatangan Hail ke rumahnya, membuat Evelyn menjadi buah bibir di kompleks perumahan itu. Kabar menyebar lebih cepat dari kecepatan cahaya, seorang janda muda beranak satu yang suka memasukan pria asing ke dalam rumah. Sebenarnya ini bukan kali pertama Evelyn mendengar desas-desus tentang dirinya sendiri, meski baru beberapa bulan tingga di perumahan itu, Evelyn sudah sering menjadi topik hangat pembiacaraan para netizen di sana.
Pagi ini Evelyn melakukan rutinitasnya membersihkan halaman depan rumah, menyapu daun-daun kering yang datang bersama angin. Masih seperti kemarin, Hail bermain bersama dengan Cala di ruang tamu. Sementara dia pura-pura sibuk dan tidak bergabung bersama papa dan anak?
"Duh Mbak Evelyn rajin banget," ujar seorang wanita bertumbuh tambun yang sengaja berhenti di depan pagar rumah Evelyn bersama seorang wanita lain.
"Biasa saja Bu," sahut Evelyn dengan senyum ramah. Lalu melanjutkan menyapu, enggan bicara lebih banyak.
Wanita bertumbuh tambun itu melirik mobil hitam mengkilap yang terparkir tepat di samping Evelyn. Sedangkan temannya menggerak-gerakkan bibirnya seolah mencibir, lalu berkata "Kemarin motor, sekarang mobil, tamunya Mbak Eve ini banyak banget ya."
"Ya kan Mba Eve kesepian, pasti banyak tamu yang dateng mampir," celetuk si ib-ibu tambun.
"Iya juga ya, nggak kayak kita yang udah ada suami ... hehee," sahut yang satunya dengan tawa mengejek.
Gerakan menyapu Evelyn seketika terhenti. Ia menegakkan tubuhnya, mengambil nafas beberapa kali lalu menyunggingkan senyum terpaksa.
"Saya masuk dulu ya Bu, permisi," ujar Evelyn seraya berjalan ke arah rumah. Tangannya meremas kuat gagang sapu lidi yang ia pegang, jika tidak ingat sopan santun mungkin sapu in sudah mendarat di mulut julid dua wanita paruh paya itu.
Namun, Evelyn masih berusaha menjaga kewarasannya. Dia sadar dia pendatang, dan hanya ngontrak di sana. Evelyn tidak ingin membuat keributan dan lebih memilih diam.
"Lho Mbak Evelyn mau kemana? Diajak ngobrol kok malah masuk, nggak sopan banget jadi orang!" tutur Wanita bertubuh tambun dengan daster hijau dengan sebal.
"Halah, paling mau layanin tamunya."
"Hem .... dasar janda gatel," cibir yang lain pelan, tapi masih terdengar jelas oleh Evelyn.
Wanita bermata sipit itu hanya bisa menghela nafas panjang. Sulit sekali rasanya untuk hidup tenang, selalau saja ada masalah yang datang dalam hidup Evelyn. Suara tawa menggema menyambutnya saat Evelyn menapakan kaki di teras, setelah meletakkan sapu lidinya menyandar di tembok sebelah pintu ia pun masuk. Evelyn tersenyum getir melihat Cala yang duduk bersila di lantai bersama Hail, keduanya tertawa sambil bermain lego yang Hail beli hari ini.
Evelyn melangkah lalu duduk di sofa usang yang tak jauh dari mereka. ia menumpukan siku diatas paha lalu menopang dagu. Sesekali sudut Evelyn terangkat naik saat Cala tertawa lepas, tawa yang sangat ia suka. Rasanya begitu hidup saat bisa mendengar Cala tertawa selepas ini. Hail yang menyadari tatapan kosong Evelyn pada Cala, membisikan sesuatu pada putrinya itu. Cala pun mengangguk lalu berlari kearah Evelyn.
"Mama ... ayo main ama Cala!" Cala menarik tangan Evelyn sambil merengek.
"Eh ... Cala main sama dia saja, Mama liat di sini," tolak Evelyn dengan halus.
"Tenapa Mama ga mau? Mama ga mau main cama Cala?" bibir gadis mungil itu melengkung turun, dengan pipi mengembung.
Evelyn menghela nafas panjang, ia pun bangkit dan ganti mengandeng tangan kecil Cala.
"Ayo," satu kata dari Evelyn yang membuat binar di mata Cala kembali menyala.
Dengan penuh semangat Cala menarik tangan sang Mama, Evelyn hanya bisa menurut. Bahkan saat Cala membuat dia duduk begitu dekat dengan Hail, Evelyn tidak menolak meski wajahnya masih datar seperti biasa. Tentu saja hal itu membuat Hail girang bukan main, ia bahkan sengaja menggeser duduknya agar lebih dekat lagi dengan Evelyn.
"Ini buat Mama," celoteh gadis berkuncir dua itu sambil menyerahkan orang-orangan ada Evelyn.
Wanita itu hanya mengangguk sambi tersenyum tipis. Cala mulai menata lagi legonya dengan celotehan yang kadang Evelyn sendiri tidak begitu paham. Hail tersenyum lebar, menatap Evelyn. Dia sangat senang karena sejak ia datang tadi wanita itu tidak marah-marah dan bentak-bentak seperti kemarin, mungkin Evelyn sudah menerimanya.
Hail tahu dia akan berhasil, walau Evelyn masih bersikap dingin. Tapi setidaknya, dia tidak di marahi lagi. Langkah yang tepat, sudah ada kemajuan, sebentar lagi Evelyn pasti membuka hati untuknya, lalu mereka pacaran, lalau besoknya menikah. Duh indahnya angan Hail.
"Langsung nikah aja kali ya, udah punya anak juga. Ngapain pacaran? Langsung seatap. Fix besok gue lamar langsung, Eve mau pake adat apa? Gue tanya dulu, biar bisa langsung fitting baju ... mueheheee," monolog Hail berapi-api.
Hail baru hendak membuka mulutnya tapi, Evelyn lebih dulu berucap.
"Ini terakhir kalinya saya izinkan kamu masuk kerumah saya," ujar Evelyn lirih tapi penuh penekanan, wajahnya tegas tanpa ragu. Wanita itu tidak menatap Hail, dia masih memperhatikan Cala yang sibuk berceloteh tentang apa yang ia bangun dengan lego warna-warni itu.
"Tapi Ev-"
"Tidak bisakah Anda berhenti menganggu hidup saya?" kali ini Evelyn menoleh, menatap tajam pada Hail.
Hail sedikit terperanjak dengan apa yang Evelyn katakan. Dia menganggu? dia membuat Evelyn tidak nyaman?
"Saya hanya ingin hidup dengan tenang bersama Cala. Jadi tolong saya mohon, menjauhlah, pergi dari hidup saya. Kita tidak pernah saling kenal Tuan Hail, kita akan selalu jadi orang asing."
Hati Hail mencelos mendengar apa yang Evelyn katakan. Untuk pertama kali dia mendengar namanya di ucapkan Evelyn, tapi wanita itu menganggapnya orang asing.
"Jadi kehadiranku menganggu mu Eve?" tanya Hail memastikan.
"Harus dengan bahasa apa saya harus mengatakan agar Anda mengerti?" sahut Evelyn lalu melengos kembali menatap ke arah Cala.
Desahan suara berat terdengar dari pria berambut blonde itu.
"Baiklah, kalau memang itu maumu. Tapi aku akan tetap datang untuk Cala."
"Kalau Anda masih datang, saya pastikan saya dan Cala akan pergi dari sini!" tegas Evelyn.
"Oke, maaf kalau kehadiranku menganggumu. Aku tidak akan datang, tapi aku akan tetap mengirimkan sesuatu untuk Cala."
Evelyn mendelik tajam.
"Kau tidak boleh menolaknya jika tidak ingin aku datang," imbuh Hail cepat sebelum Evelyn membantahnya lagi.
Hail pun bangkit, lalu menghampiri Cala.
"Papa kerja dulu ya, Sayang," ucapnya sambil mengusap lembut kepala sang putri.
"Ote Papa, becok cini lagi?" tanya Cala dengan penuh harap. Hail hanya tersenyum lalu mencium pipi Cala.
"Nanti Cala telepon Papa ya," bisik Hail.
"Ote Papa," sahut Cala tak kalah lirih.
Hail pun menegakkan badannya, menatap sekilas pada Evelyn yang membuang muka kearah lain. Perlahan wajah wanita itu menunduk, dengan guratan sendu yang mulai ia tampakkan saat deru mobil Hail sudah terdengar menjauh.
"Maaf," lirih Evelyn.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
.
.
jangan sampai ada cakra ke dua lagi yaa pakk...
kamu pasti bisa membuktikan kalau papa nya evelyn gak bersalah. dia hanya di fitnah seseorang.
aduduh untung bgt ya ada ob lewat bawa mie goreng jadi hail gak lama² deh di luar nya
eh kebetulan yg disengaja nih, ada OB bawa makanan. jadi alasan hail tepat
sudah saatnya hail berjuang untuk mencari kebenaran untuk ayahnya Eve