NovelToon NovelToon
Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Beda Dunia / Wanita Karir
Popularitas:685
Nilai: 5
Nama Author: Leo.Nuna_

Prolog:
Claretta Fredelina Beryl adalah seorang wanita dewasa yang belum juga menikah di usianya yang ke 28 tahun.

Dan karena itu Letta sering kali di teror dengan pertanyaan "kapan nikah?" Bahkan keluarga besarnya sampai mengatur sebuah perjodohan dan kencan buta untuknya, tapi dengan tegas Letta menolaknya namun tetap saja keluarganya menjodoh-jodohkannya.

Tanpa keluarga Letta ketahui, sebenarnya Letta mencintai seorang pria namun sayangnya pria itu bukanlah pria yang berstatus lajang. Yah, Letta mencintai seorang pria yang sudah menjadi seorang suami. Meskipun Letta mencintai pria itu Letta tidak pernah memiliki niat untuk menjadi orang ketiga dalam hubungan pria itu.

Lalu bagaimana jika tiba-tiba Letta berubah pikiran? Apa yang menyebabkan Letta berani menjadi orang ketiga di rumah tangga yang harmonis itu? Yuk simak ceritanya!
Selamat Membaca Guy's!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17 (Calon Suami Letta)

Happy Reading (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

⋇⋆✦⋆⋇ 

Keesokan paginya, Letta bangun dengan semangat yang berbeda dari biasanya. Hari ini adalah hari besar—hari di mana ia akan membicarakan rencana pernikahannya dengan Zidan kepada kedua orang tuanya.

Tanpa ragu, Letta turun dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Ia hanya mencuci muka sekadarnya, tak ingin membuang waktu. Dengan masih mengenakan pakaian tidur, Letta keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan.

Sesampainya di sana, Letta disambut oleh tatapan bingung dari Tuan Sebastian dan Nyonya Ana. Putri mereka yang biasanya selalu tampil rapi dan siap kerja, kini terlihat begitu santai dan jauh dari kesan formal.

"Pagi, Pi, Mi," sapa Letta dengan senyum cerah.

Tuan Sebastian dan Nyonya Ana saling melirik heran.

"Kamu nggak ke kantor, sayang?" tanya Nyonya Ana, masih belum bisa menyembunyikan rasa herannya.

"Iya, Princess. Kenapa penampilan kamu masih kayak baru bangun tidur?" tambah Tuan Sebastian.

Letta hanya tersenyum santai. "Hari ini Letta mau istirahat, dan Letta juga mau spa. Mami mau ikut?" tawarnya.

Mendengar ajakan itu, wajah Nyonya Ana langsung berbinar bahagia. Kapan lagi bisa menghabiskan waktu bersama putrinya yang selalu sibuk itu?

"Mau banget!" serunya antusias.

Tuan Sebastian hanya menggeleng pelan melihat antusiasme istri dan putrinya, namun tak bisa menyembunyikan senyum kecil di wajahnya. Ia senang melihat Letta tampak lebih rileks dan terbuka hari ini.

Usai sarapan, suasana di meja makan mulai hening. Letta melirik kedua orang tuanya beberapa kali, berusaha mencari momen yang tepat. Hingga akhirnya ia mengambil napas dan mulai berbicara.

"Pi, Mi... Letta mau ngomong sesuatu," ucapnya pelan namun mantap.

Kedua orang tuanya menoleh dengan penuh perhatian.

"Letta tahu ini mungkin akan mengejutkan Papi dan Mami. Tapi Letta sudah yakin, dan Letta sudah siap seratus persen."

Tuan Sebastian dan Nyonya Ana mulai saling melirik, mencoba menebak arah pembicaraan anak mereka.

"Letta mau menikah."

Sontak, Nyonya Ana berseru bahagia. "Ya ampun, kamu mau nikah? Aduh, kamu mau tipe calon suami yang kayak gimana? Anak-anak temen Mami masih banyak yang single, tinggal bilang aja, nanti Mami yang atur!"

Tuan Sebastian tersenyum lebar, tapi ia lebih memilih diam dan menunggu kelanjutan ucapan Letta.

Letta langsung mengangkat tangan, menghentikan semangat ibunya. "Mi, stop. Letta memang mau nikah, tapi dengan pilihan Letta sendiri."

Senyum Nyonya Ana perlahan memudar. Begitu pula ekspresi wajah Tuan Sebastian yang berubah menjadi serius.

"Kamu sudah menemukannya?" tanya Tuan Sebastian.

Letta mengangguk pelan. "Letta harap Papi dan Mami bisa merestui. Dia orang baik, meski dia bukan pengusaha, bukan dokter, bukan siapa-siapa. Dia hanya orang biasa."

Wajah Nyonya Ana langsung berubah terkejut. "Apa? Sayang, kamu itu bisa dapat yang lebih dari itu. Kenapa kamu—"

"Papi akan merestui," potong Tuan Sebastian tenang, "selama dia tulus dan tidak berniat jahat atau memanfaatkan kamu."

"Pi..." protes Nyonya Ana.

Tuan Sebastian menatap istrinya lembut namun tegas. "Mi, kita bukan orang yang menilai seseorang dari harta atau kedudukan. Jangan larang Letta menikah hanya karena dia memilih orang biasa. Karena pada akhirnya, Letta yang akan menjalani hubungan itu. Dan tidak semua yang bergelimang harta bisa membawa kebahagiaan."

Kata-kata itu membuat Nyonya Ana terdiam. Ada rasa bersalah di matanya.

Tuan Sebastian kemudian menatap Letta kembali. "Kalau kamu sudah yakin, kenalkan dia pada kami. Rumah ini terbuka untuk kedatangannya."

Letta tersenyum lega. Restu yang ia khawatirkan akhirnya ia dapatkan—dan itu jauh lebih berarti dari apa pun.

Setelah pembicaraan pagi itu, Tuan Sebastian pamit berangkat ke kantor, sementara Letta dan Nyonya Ana mulai bersiap-siap. Sesuai rencana, hari ini Letta akan menghabiskan waktunya bersama sang Mami. Sebelum pergi spa, mereka memutuskan untuk belanja terlebih dahulu—sekalian, pikir mereka.

Di sebuah butik, Letta sibuk memilih beberapa gaun ketika Nyonya Ana kembali mengangkat topik yang sudah sejak pagi menggantung di pikirannya.

"Jadi, gimana calon suami kamu itu?" tanya Nyonya Ana, pura-pura santai tapi jelas penasaran.

Letta menoleh sambil tersenyum jail. "Ganteng, pake banget. Awas aja Mami naksir nanti," sahutnya dengan nada bercanda.

Nyonya Ana mencibir. "Heh! Kamu pikir Mami suka daun muda?"

Letta terkekeh. "Siapa tahu? Soalnya menurut Letta, calon suami Letta lebih ganteng dari Papi."

Nyonya Ana langsung menaikkan alis, menatap Letta dengan wajah tak percaya. "Sini, kasih liat fotonya. Bisa-bisanya kamu bilang suami Mami gak ganteng."

Letta dengan percaya diri menunjukkan foto Zidan yang sempat ia ambil diam-diam. Nyonya Ana memerhatikan layar ponsel dengan seksama, dan tanpa bisa disangkal, pria dalam foto itu memang tampan. Warna kulitnya sedikit gelap, tapi justru menambah kesan maskulin dan gagah.

"Eh, jangan lama-lama lihatnya, nanti Mami beneran naksir," goda Letta sambil merebut kembali ponselnya.

Nyonya Ana tertawa kecil. "Enak aja, Papi kamu tetep juaranya di hati Mami."

Setelah puas berbelanja, mereka melanjutkan agenda ke tempat spa. Keduanya sengaja memilih layanan yang sama agar bisa tetap bersama selama perawatan.

Di tengah suasana rileks itu, Nyonya Ana kembali membuka pembicaraan soal Zidan. "Ngomong-ngomong, apa pekerjaan Zidan?"

Letta menjawab santai, "Seperti yang Letta bilang, dia orang biasa. Jadi ya kerjanya serabutan."

Nyonya Ana sampai melotot mendengarnya. Namun Letta menambahkan cepat, "Tapi tenang, Mi. Setelah nikah, Letta bakal kasih dia pekerjaan yang layak."

Nyonya Ana mendengus. "Kalau kamu yang kasih kerja, ya sama aja gajinya juga dari kamu."

Letta tersenyum lebar. "Setidaknya, dia bakal selalu ada di dekat Letta."

Nyonya Ana memutar bola matanya pelan. Oke, tanpa tes DNA pun sudah jelas Letta itu anak gue, batinnya.

"Apa sih istimewanya Zidan? Bisa-bisanya kamu sampai kepincut begitu?"

"Zidan beda, Mi. Itu yang bikin Letta suka dia."

Nyonya Ana hanya bisa menghela napas. "Aduh, jawaban klasik."

Letta tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya sedikit. "Mau Letta kasih tahu satu rahasia?"

"Apa?" tanya Nyonya Ana penuh rasa ingin tahu.

"Sebenarnya Zidan itu cinta pertama Letta waktu SMA."

Nyonya Ana langsung melotot. "Serius?"

Letta mengangguk. "Iya. Dan tahu nggak, Mi? Dia satu-satunya cowok yang pernah nolak Letta. Padahal waktu SMA, banyak yang naksir Letta. Tapi dia? Huh. Untung sekarang udah jadi calon suami Letta," katanya sambil tertawa geli.

"Ada-ada aja kamu," sahut Nyonya Ana, menggeleng sambil tersenyum.

Tapi rasa penasaran masih belum hilang dari benaknya. "Terus... kok sekarang dia bisa mau sama kamu?"

Letta menatap Maminya penuh misteri. "Mau tahu rahasia lainnya?"

"Apa lagi?"

"Zidan itu duda, Mi. Baru cerai kemarin."

"Apa?!" pekik Nyonya Ana, nyaris terlonjak dari tempat duduknya.

Letta hanya tersenyum santai sambil memejamkan mata, menikmati masker wajahnya. Sementara Nyonya Ana masih berusaha mencerna kenyataan yang baru saja diungkapkan putrinya.

TBC...

1
Mira Esih
ditunggu terus update terbaru nya thor
Leo Nuna: siap kak🫡
total 1 replies
Mira Esih
sabar ya letta nnti jg ada perubahan sikap Zidan masih menyesuaikan keadaan
Mira Esih
terima aja Zidan mungkin ini takdir kamu
Leo Nuna: omelin kak Zidan-nya, jgn dingin2 sma Letta😆🤭
total 1 replies
Okto Mulya D.
Zidan Ardiansyah hidupnya pas²an..
Okto Mulya D.: sama²
Leo Nuna: iya nih kak, makasih loh udh mampir😉
total 2 replies
Okto Mulya D.
Kasihan ya, cintanya ditolak
Okto Mulya D.
Zidan Ardiansyah cinta putih abu-abu yaa
Okto Mulya D.
semangat Letta
Okto Mulya D.
udah mentok kalii sudah 28 tahun tak kunjung ada
Okto Mulya D.
Letta coba kabur dari perjodohan.
Okto Mulya D.
jadi pelakor yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!