Warning ⚠️ ini Novel 🌶️🙈
"Jangan pura-pura, Daniar! Aku tahu kamu masih cinta padaku," ujar Leonard, suaranya bergetar dengan gairah.
"Tolong Mas! Lepaskan aku, ini salah, aku tidak bisa melakukan ini. Aku sudah memiliki anak." Daniar berusaha kabur.
"Aku tidak peduli pada statusmu. Hanya kamu! Hanya kamu wanita yang aku inginkan!"
Cinta lama yang tak terlupakan, gairah yang tak terkendali. Leonard, mantan suaminya, kembali mengisi hidup Daniar. Kenyataannya mereka masih sama-sama saling cinta. Apakah Daniar akan memilih cinta lama atau mempertahankan pernikahan keduanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
15 menit sebelumnya.
“Apa yang kau lakukan?!” teriak Leonard, tiba-tiba saja Calista datang dan duduk dipangkuan nya.
James yang melihat kejadian itu langsung tertawa keras, "Jangan menolaknya, kau juga lagi butuh, lihat saja milikmu sudah bereaksi begitu, biarkan dia membantu mu!" James tertawa lebih keras.
"Ayo kita ketempat lain, jangan ganggu mereka yang sedang asik." seru James kepada ketiga wanitanya, lalu ia pergi meninggalkan Calista dan Leonard.
Rencana liciknya telah berhasil, diam-diam James telah masukan obat perangsang ke dalam gelas anggur putranya. Saat ini Leonard sedang dalam pengaruh alkohol dan obat perangsang, sebentar lagi ia akan kehilangan kontrol, lalu mengecewakan istrinya.
Nafas Leonard jadi memburu, pikirannya sedang melayang karena pengaruh alkohol dan obat perangsang. Calista langsung bergerak cepat, ia mulai membuka dasi yang disusul pelepasan kancing kemeja putih milik Leonard.
Calista menggerakkan pinggulnya maju mundur, mencoba merangsang adik kecil milik Leonard.
“Ck, menyingkir dari tubuhku!” teriak Leonard yang setengah sadar, berusaha mendorong Calista, namun tubuhnya terasa berat dan tak bertenaga.
Sreettt…
Resleting celananya diturunkan.
Calista tersenyum licik, "Masih ada waktu 10 menit, aku akan melakukannya dengan cepat tapi memuaskan," tuturnya sambil membasahi bibir.
Calista yang sejak dulu ahli merayu laki-laki terus melancarkan serangan bertubi-tubi pada tubuh setengah polos Leonard.
"Jangan takut tuan, aku milikmu malam ini, istrimu sudah memberikan ijin, jangan menolak ku, Sayang", bisik Calista sambil bergerak agresif.
Kucing mana yang tak tertarik pada ikan asin, Leonard yang setengah sadar, jadi luluh pada kata-kata rayuan perempuan sundal.
Inderanya lumpuh seketika saat Calista memperlihatkan tubuh polosnya. Leonard ingin menutup kedua matanya, namun yang ada ia malah terpesona dengan tubuh molek itu, bentukannya seperti gitar spanyol, mampu membangkitkan setiap hasrat laki-laki yang melihatnya.
Melihat Leonard yang tak berdaya, Calista melanjutkan aksinya. Tak butuh waktu lama, suara desahan keduanya berkumandang mengisi ruangan yang tadinya sunyi, kenikmatan terlarang mereka rasakan sesaat, namun tidak dalam waktu yang lama, suara teriakkan kemarahan menghentikan mereka.
Daniar berteriak keras, "Leon!"
Suaranya bergetar dengan campuran amarah, sakit hati, dan kecewa. Ia tidak percaya apa yang dilihatnya, suaminya yang seharusnya menjadi tempat ia berlindung dan percaya, ternyata berkhianat dengan cara yang paling tidak ia duga.
Pemandangan itu seperti menghantamnya dengan keras, membuat ia merasa seperti kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Leonard amat terkejut mendengar teriakan istrinya, kesadaran dan tenaganya seketika kembali pulih, ia mendorong Calista yang berada diatasnya dan langsung bangun dari posisi sebelumnya.
"Teganya kamu bisa berbuat seperti ini!" teriak Daniar, matanya dipenuhi dengan air mata.
Calista, yang masih duduk di sebelah Leonard, tersenyum sinis melihat reaksi Daniar. Ia sangat menikmati situasi ini.
Leonard berusaha berdiri tegap sambil membetulkan celananya, "Daniar, tung—"
"Tidak usah menjelaskan apa pun lagi," potong Daniar, suaranya keras dan penuh luka. "Aku sudah melihat semuanya! Sudah cukup!"
Leonard berjalan terhuyung-huyung mendekat, namun Daniar segera melangkah mundur. "Aku tidak ingin ada di sini lagi. Aku minta cerai!"
Kata-kata itu terlontar begitu saja, seolah mengalir tanpa bisa dihentikan. Leonard terdiam, wajahnya berubah pucat. Namun, Daniar sudah tidak peduli lagi.
Daniar memutar tubuh dan berjalan keluar dari ruangan memuakkan itu.
Leonard berlari mengejar Daniar, langkahnya tergesa-gesa, berusaha meraih tangan istrinya yang hampir hilang dari pandangan. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang semakin kencang, dan pikirannya kacau.
Ia sadar, apa yang dilihat Daniar adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Namun, ia yakin ini semua sebuah jebakan yang dibuat untuk memisahkan dirinya dan Daniar..
"Daniar! Tunggu!" teriaknya, suaranya terengah-engah.
Daniar berhenti sejenak, menoleh tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Matanya penuh luka dan kebingungannya begitu jelas terlihat. "Apa lagi yang mau kau katakan!" tanyanya datar.
"Honey, aku tahu apa yang kulakukan tadi sangat buruk! Tapi kamu harus percaya padaku. Aku... Aku ini sedang di jebak!" Leonard mendekat, mencoba meyakinkan istrinya. "Kamu harus percaya padaku, hanya kamu... hanya kamu yang aku cintai, Daniar."
Daniar mengangkat tangannya, seolah menahan ucapkan Leonard. "Sudah cukup, aku tidak mau dengar apapun yang kamu katakan! Yang pasti, aku sudah tidak mau lagi hidup dengan penghianat sepertimu!"
Kata-kata Daniar membuat dada Leonard kian sesak, napasnya terengah-engah. Lagi-lagi ia ciba meraih tangan Daniar, namun istrinya terus menarik dirinya jauh.
"Aku tidak bisa kembali lagi. Ini sudah terlalu jauh, ceraikan aku sekarang, Mas!" pekik Daniar, hatinya dipenuhi rasa frustasi.
"Aku sudah tidak bisa lagi mempercayaimu. Semua yang kita bangun, semua yang kita jalani, sudah salah sejak awal, sudah hancur! Harusnya kamu biarkan aku mati saat itu!" teriak Daniar, tak sanggup lagi mengendalikan kesedihan yang memenuhi jiwanya.
"Aku minta cerai! Ceraikan aku sekarang!" teriak Daniar terus menangis dengan keras.
Leonard terus terdiam, kata-kata yang terlontar dari bibir Daniar seperti sebilah pisau yang menusuk langsung ke jantungnya. "Tolong jangan, Daniar. Aku akan melakukan apa saja untuk memperbaikinya. Aku janji, ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" Leonard memohon sambil berlutut, memegang tangan istrinya.
Daniar terus menggelengkan kepala, air matanya menetes dimana-mana. "Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi, Mas. Aku sudah sangat menderita dengan pernikahan ini. Lepaskan aku, aku tidak mau hidup denganmu lagi!"
Leonard terpaku di tempatnya, matanya penuh dengan rasa bersalah yang mendalam. Ia tak bisa mengubah apa yang telah terjadi, dan ia tahu, mungkin untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia telah kehilangan orang yang paling berarti.
Ilusi negatif kembali muncul, ia teringat kata-kata ayahnya tadi. James menekankan bahwa seorang suami tidak boleh dikuasai istrinya.
Leonard jadi merasa frustrasi dan marah, "Kamu tidak bisa meninggalkan aku, Daniar! Kamu adalah istriku, dan kamu harus tetap jadi milikku, selamanya!"
"Mas! Aku bukan orang bodoh! Baru saja aku melihatmu berselingkuh dengan wanita lain! Wanita yang tidak lain adalah sekretaris mu, wanita yang kamu berikan perhatian lebih. Apa kamu kira aku tidak tahu ada yang tidak beres di antara kalian?" desak Daniar penuh kemarahan.
"Sayang, tolong dengarkan dulu penjelasan ku... apa yang kamu lihat tadi, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku ini sedang jebak!" ucapnya membela diri.
Daniar tertawa pahit, suaranya sarat dengan rasa kecewa. "Dijebak? Jadi ini semua salah Calista, bukan salahmu?" ledeknya.
Situasi ini membuat Leonard terlalu frustasi, mencoba mengendalikan amarahnya, namun tak bisa lagi menahan. Dalam keadaan yang begitu emosional, dan masih dalam pengaruh obat, tanpa sadar ia melambaikan tangan, dan....
PLAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**