Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginap
Satu persatu kaki jenjang Yoona mulai turun dari dalam mobil, namun ketika ia baru saja turun dia melihat Leo yang pergi entah kemana arahnya dan meninggalkan nya sendirian bersama para bodyguard disana.
"Mari Noona, saya antar Noona kedalam." Ujar salah satu bodyguard disana.
"Dia pergi kemana?" Tanya Yoona yang terus menatap ke arah Leo pergi.
"Ke gudang Noona, ada beberapa hal yang ingin ia Pastikan disana, dan tuan Leo menyuruh kami untuk langsung mengantar Noona ke kamar untuk istirahat." Jawabnya.
"Ohhh begitu rupanya."
"Mari Noona." Ucapnya mempersilahkan Yoona untuk berjalan masuk kedalam rumah dan di dampingi oleh beberapa bodyguard di sampingnya.
Langkah kaki Yoona mulai menapak di atas lantai rumah itu, dan ketika ia masuk ia langsung merasakan yang yang begitu berbeda dari dalam rumah itu, ia benar benar terlihat begitu asing dengan desain dan tata letak rumah yang begitu clasik dan moderen, dan beberapa cahaya lampu rumah itupun lebih ke warna kuning kecoklatan sehingga menciptakan Nuansa yang begitu nyaman dimata.
Satu persatu Yoona mulai menaiki anak tangga yang terbilang cukup tinggi dan panjang, bahkan tangga rumah itupun di desain melingkar dan terdapat lampu gantung yang di tengahnya. Sehingga disaat dia naik ke lantai atas dia bisa melihat dengan begitu jelas ruangan ruangan lain di atas sana.
Para bodyguard itu mengantar Yoona ke sebuah kamar pribadi milik Leo yang terletak di lantai atas, dan ketika dia masuk dia melihat ruangan yang begitu luas dengan satu kasur besar serta beberapa interior lain sebagai pelengkap meskipun begitu tempat itu masih begitu luas di tambah lagi dinding kamarnya terbuat dari kaca sehingga menyorot seisi kota.
"Wahh apa pria ini suka tidur sembari melihat pemandangan kota seperti ini." Kagum Yoona karena memang posisi ranjang itu berhadapan langsung dengan kaca jendela miliknya, dan posisi rumah Leo juga terletak begitu strategis di tengah kota.
'Kamarnya bahkan dua kali lebih luas dari kamarku sendiri, pantas saja sulit bagi preman preman itu untuk membunuhnya' batinnya sembari terus menyusuri ruangan itu dan mengamati sebuah vas bunga yang tergeletak di atas meja kaca bundar di depan sebuah sofa disana.
"Apa yang kau lakukan?" Ucap Leo yang tiba tiba masuk dan mengejutkan gadis yang sedari tadi sedang ada disana.
Mendengar hal itu sontak membuat Yoona berpaling dan menatap Leo yang sedari tadi sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. "Ini adalah rumahku, dan sekarang kau sedang berada didalam kamarku jadi bersikap baiklah disini, jangan merusak benda yang bukan milikmu." Ucapnya.
"Kenapa? Itu salah mu sendiri kenapa membawaku kemari." Jawab Yoona.
"Dengar aku membawamu kemari agar kau tidak bisa kabur lagi dari acara pernikahan besok, sebab aku tahu kau adalah tipe tipe wanita yang tidak pantang menyerah." Ucapnya sementara Yoona hanya diam menatap nya.
"Tunggulah sebentar, aku ingin ganti baju, sekalian mencari baju tidur untukmu." Lanjutnya yang langsung masuk begitu saja kedalam ruang ganti miliknya dan meninggalkan Yoona sendirian di sana.
Leo menutup pintu ruangan gantinya sementara sorot mata Yoona belum bisa berpaling darinya, hingga beberapa saat kemudian tiba-tiba terlintas sebuah ide di dalam benaknya yang membuatnya langsung masuk begitu saja kedalam ruangan itu tanpa seizin darinya.
Kriett!!!
Yoona membuka pintu ruang ganti itu dan melihat Leo yang sudah telanjang dada sedang memilih beberapa piyama yang ingin ia kenakan.
"Siapa yang menyuruhmu masuk." Ucap Leo yang menyadari kedatangan tanpa menatap ke arahnya sama sekali sementara yoona mulai berjalan mendekati nya.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu menunggu di luar." Lanjutnya.
Sementara Yoona terus berjalan menghampiri nya dengan senyumannya yang begitu manis di setiap ujungnya. " kau bilang kau ingin mencari piyama untukku, jadi aku kemari untuk membantu mu"
Yoona melingkarkan kedua lengannya pada pinggang ramping milik Leo sehingga telapak tangannya bisa merasakan tekstur sixpack miliknya. "Darling bukankah kau tidak tahu ukuran tubuhku, jadi aku kemari untuk membantumu, sebab aku tidak bisa tidur kalau tidak memakai baju yang pas." Lanjutnya sehingga membuat Leo berbalik menatap nya.
"Benarkah, sekarang ayo coba tunjukan padaku seberapa kecil tubuhmu agar aku bisa memilihkan piyama yang pas untukmu." Ucapnya.
Mendengar ucapannya itu membuat Yoona semaki berjalan mendekat kearahnya hingga kini tidak menyisakan sesenti pun jarak diantara mereka , setelah itu Yoona perlahan membuka jaket tebal yang sedari tadi ia pakai sehingga terlihat baju miliknya.
"Apa ini cukup, apa kau perlu melihat ku lebih dekat lagi hmm. " ucapnya dengan tangan yang mulai meraba pipi mulusnya dan perlahan turun ke area leher dan bidang dadanya.
"Ahh kau sedang berusaha menggodaku rupanya, bukankah kemarin kau sendiri yang bilang kalau kau tidak akan membiarkan ku untuk menyentuh mu, tapi kenapa sekarang kau seperti memintaku untuk melakukannya." Tanyanya
"Kenapa? Anggap saja ini caraku dekat denganmu, lagi pula apa kau tidak mau melakukannya."
Leo tersenyum smirik menatapnya "sepertinya kau lupa tujuanku memasuki kehidupan mu itu apa, pasti kau banyak minum di rumah Laurent iya kan." Tebaknya.
"apa kau melihatku sedang mabuk, ketahuilah aku jarang bersikap seperti ini pada pria manapun dan ini pertama kalinya."
Mendengar hal itu membuat Leo langsung memegang kedua lengan Yoona dan memojokkan tubuh nya di lemari yang sedari tadi ada di belakang nya, dia menarik dan memeluk pinggang ramping Yoona dan perlahan mulai menghisap leher jenjang miliknya, sementara gadis itu perlahan menikmati sentuhannya dan membiarkan dia melakukannya bahkan membalas pelukan darinya.
Leo membelai rambut panjang Yoona dengan tatapan mata yang begitu dalam, "tentu saja aku akan melakukannya, tapi tidak sekarang sayang, bersabarlah kau pasti akan menjadi milikku seutuhnya." Bisiknua seketika membuat bulu kuduk Yoona berdiri kemudia meninggalkan satu ciuman singkat di lehernya.
Setelah itu tangan kanannya pun mulai mengambil salah satu piyama yang ada di lemari belakang Yoona, sementara tangan kirinya masih stay memeluk pinggang rampingnya.
Leo melepas pelukannya. "Ini pakailah, aku sudah mengetahui ukuran mu, kau mau memakainya sendiri atau aku yang memakaikan nya padamu." Tawarnya sembari memberikan piyama berwarna putih dengan motif panda disana.
Yoona mengambil piyamanya "aku akan memakainya sendiri. " jawabnya singkat
"Pakailah disini, aku yang akan keluar." Lanjut Leo sembari mengambil piyama lain miliknya lalu keluar begitu saja dari dalam ruang gantinya itu.
10 menit kemudian Yoona pun akhirnya keluar dengan memakai piyama yang Leo berikan tadi, dan ketika ia keluar dia sudah melihat pria itu sudah memakai setelan lengkap baju tidurnya dan berebah diri di atas ranjangnya sembari memainkan ponsel miliknya.
"Kenapa kau hanya berdiri disana, kau tidak lelah." Tanyanya.
"Apa aku tidur disini? Satu ranjang denganmu?"
"Apa kau lihat ada dua kasur disini?"
"Tidak, ku kira aku akan tidur dikamar lain."
"Kenapa? Kau takut aku akan menidurimu? jika aku membiarkanmu tidur di kamar lain kau pasti akan kabur, sebab aku tidak pernah memperkerjakan bodyguard di malam hari."
"Tidak, aku tidak mau tidur satu ranjang denganmu." Bantah Yoona.
"Kalau begitu terserah, yang penting kau tidak keluar dari sini." Tangkas Leo sementara Yoona mulai berjalan dan duduk di atas sofa besar disana, sementara Leo yang mulai bosan dengan ponselnya itu langsung menarik selimut miliknya dan pergi ke dunia mimpi.
'jangan, kau tidak boleh tidur Yoona, pasti dia merencanakan sesuatu makanya kau dia memaksamu tidur di sini, aku yakin dia pasti merencanakan sesuatu.' Batin Yoona yang terduduk sembari melipat kedua tangannya dan menatap ke arah pria yang baru saja tertidur disana.
Satu jam kemudian Yoona masih di posisinya yang sama sementara Leo sudah benar benar asik dengan dunia mimpinya, Yoona tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk tidak tidur meskipun kini ia benar benar sudah mengantuk berat.
Kedua mata gadis itu masih tersorot tajam ke arah pria di balik selimut itu, hingga beberapa saat kemudian hembusan angin dingin tiba tiba terasa seakan akan memberikan satu ide cemerlang hingga membuatnya langsung bangkit dari tempat duduknya.
Yoona mulai menggeledah tas selempang miliknya dan mengambil sebuah belati kecil yang ada di dalamnya, dia memegang erat belati itu sembari berjalan menghampiri Leo, ketika ia sampai di samping ranjangnya dia mulai memainkan belati itu dan langsung mengarahkannya ke leher pria yang masih tertidur pulas di depannya.
Namun ketika belati itu hampir sana menusuk dan menyentuh kulitnya, tiba tiba saja pemilik leher itu mencekal tangannya dengan begitu kuat sehingga membuat Yoona seketika melepaskan belatinya itu.
"K, kau belum tidur?" Yoona mulai panik saat Leo perlahan membuka kedua kelopak matanya.
"Sudah ku katakan, jangan macam-macam dan bersikap baiklah disini." Ucapnya.
Leo membuka penuh kedua matanya dan menatap tajam ke arah Yoona yang masih berdiri di sampingnya.
"Aku tahu hal semacam ini akan terjadi, makanya aku menunggumu mengeluarkan senjatamu, sebab aku yakin kau hanya bawa satu kan." Tebak Leo sembari bangkit dan dari tempat tidurnya, dia menendang belati itu di bawah kasurnya.
Leo kembali merebahkan tubuhnya diatas kasurnya, "Kalau sudah begini aku baru bisa tidur nyenyak." Leganya.
"Kemarilah, jika kau tidak bisa tidur di sofa, kau bisa tidur di sampingku, kau tenang saja aku tidak akan macam macam dengan mu, lagipula aku bukan laki laki bajingan yang bisa merusak wanita." ujarnya.
"Nggak usah terimakasih," sahut Yoona singkat sembari kembali ke tempatnya sementara Leo tidak kaget akan hal itu dan kembali melanjutkan aktivitas tidurnya.
Waktu terus berjalan malam pun terus berlalu hingga kini hanya terlihat ruangan kamar yang remang remang gelap dengan suara detak jam yang terus terdengar di setiap sudutnya, suasana keheningan malam begitu mencekam seakan akan mempertandakan penghuni kamar itu sudah benar benar pergi ke dunia mimpi mereka.
"Tidak."
"Tidak, kumohon hentikan mobilnya." Ucap Yoona tiba tiba di dalam tidurnya.
"Kumohon hentikan mobilnya." Lanjutnya yang membuat Leo sedikit terbangun dari tidurnya.
"Kenapa dia, apa dia mengigau?" Tebaknya sembari melirik ke arah Yoona yang masih menutup kedua matanya dengan sempurna.
Leo kembali memejamkan matanya dan menganggap semua itu hanyalah igauan mimpi semata, namun baru saja dia menutup kedua matanya dia kembali terbangun karena Yoona yang tiba tiba berteriak.
"PAPA!!!"
"Yoona..." Leo bergegas turun dari ranjangnya dan menghampiri gadis yang benar benar menangis dalam keadaan tidur.
Dengan ekspresi wajah yang begitu ketakutan, keringat yang terus bercucuran di dahinya serta mulut yang terus mengucapkan hal hal yang sama berulang kali dengan di iringi setetes demi setetes air mata yang keluar dari kedua matanya yang masih tertutup rapat.
"Yoona bangun...." Leo berusaha membangunkannya.
"Yoona bangun Yoona, kau ini kenapa huh." Lanjutnya namun gadis itu tetap tidak mau bangun dan membuka matanya.
Tanpa banyak bicara lagi Leo pun langsung meraih dan menggendong tubuh gadis itu dan meletakkan nya di atas kasur miliknya.
"Papa aku takut, kumohon...." igaunya.
"Yoona, kau ini kenapa, ayo bangun." Panggilnya lagi sembari menepuk kedua pipinya.
"Aku benar benar akan membunuhmu jika terus seperti ini, Yyakk Yoona!!!" Bentaknya yang sontak membuat kedua mata gadis itu langsung terbuka begitu lebar seakan akan rasa takut benar benar terus menyelubungi nya, dengan ekspresi wajah yang sama dan menatap ke arah langit langit kamar yang terlihat begitu remang remang gelap.
"Kau baik baik saja, kau ini kenapa Uhh." Tanya Leo.
"Mobilnya melaju begitu cepat, lalu mereka...." Ujar Yoona terpotong ketika ia melihat paras pria yang sedari tadi menatapnya.
"Sudah ini minumlah." Lerainya sembari menyodorkan segelas air putih padanya, melihat hal itu Yoona pun menerima air pemberiannya dan meminumnya.
"Kenapa mimpi itu terus terulang." Ucapnya begitu saja dan lupa kalau Leo masih berdiri disampingnya.
"Apa kau selalu seperti ini setiap malam?" Tanya Leo namun gadis itu hanya diam tidak meresponnya.
"Astaga, aku tidak menyangka kau punya kebiasaan buruk saat tidur," Leo menghela nafas berat "pasti aku akan sering tidak bisa tidur karena mu." Omelnya sembari melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Yoona.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tersiksanya diriku nanti." Lanjutnya.
Leo kembali merebahkan tubuhnya diatas sofa, tempat dimana Yoona tidur tadi. "Kau mau apa?" Tanya Yoona.
"Aku mau tidur, kau tidur saja disana, karena pagi masih sangat lama, aku tidak mau tidurku terganggu karena kau yang terus mengigau tidak jelas." Jawabnya dan mulai bersiap untuk tidur kembali.
Sementara Yoona hanya diam sebab ia sendiri juga bingung dengan dirinya sendiri yang sering mengigau tidak jelas karena mimpi yang sama setiap harinya.
Yoona hanya diam menatap atap langit sehingga lama kelamaan dia akhirnya tertidur diatas ranjang milik Leo itu.
Keesokan harinya, langit masih masih terlihat gelap gulita di beberapa daerah, dengan semburat jingga yang mulai terlihat di ufuk timur. Bintang bintang mulai redup menandakan sang mentari, udara terasa segar dan dingin, dengan embun menyelimuti rumput dan dedaunan. Namun dibalik itu semua terdengar suara ricuh dari sebuah rumah hingga terlihat seorang pria dan wanita yang akhirnya keluar dari dalam sana.
"Yyyakk, lepaskan,,,tidak bisakah kau tidak menarik tangan ku, aku baru saja membuka mataku, lagi pula apa kita tidak bisa pergi dua jam lagi dan biarkan aku tidur sebentar saja." Protes Yoona dengan keadaan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna.
"Aku maunya juga seperti itu, tapi papamu menyuruhku untuk mengantarkan mu pagi sebab ada beberapa hal yang ingin ia siapkan dengan mu, jadi ayo cepat jangan banyak protes biar aku bisa cepat numpang tidur disana." Bantahnya sembari memasukan Yoona ke dalam mobilnya begitu juga dengan dirinya.
Setelah semuanya siap, Leo pun langsung menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari kediamannya menuju ke rumah calon papa mertuanya.
Jalanan kota saat itu masih terlihat begitu sepi, hanya beberapa kendaraan yang melintas di sana dan mungkin hanya ada banyaknya orang yang sedang berjoging di tepian jalan
Mobil Leo melaju begitu cepat menembus siluet pagi yang terus menerpa wajahnya hingga beberapa menit kemudian entah kenapa dia tiba tiba memberhentikan mobilnya begitu saja.
"Kenapa tiba tiba berhenti?" Tanya Yoona ketika mobil itu berhenti di tempat yang begitu sepi.
"Shutt,,,,lihat disana." Bisik Leo sembari menunjuk ke arah mobil dan rombongan motor yang sedang menghadang dan mengepung mobil miliknya itu.
Satu persatu pemilik mobil itu mulai keluar dan terlihat banyaknya pria dengan memakai slayer hitam untuk menutupi wajah mereka.
"Sudah ku duga mereka memang mengikuti ku dari tadi." Ucap Leo.
Melihat hal itu membuat Yoona yang penasaran mulai memegang pembuka cendela untuk memastikan siapa mereka.
"Jangan buka cendelanya Yoona." Larang Leo, namun Yoona yang bersikeras dan penasaran itupun samasekali tidak menghiraukannya dan langsung membuka cendela mobilnya itu, hingga ketika kaca jendela itu baru 50 persen terbuka tiba tiba saja sebuah pedang yang begitu panjang langsung masuk dan mengarah telat di depan matanya.
"ARGHHH!!!" Teriak Yoona yang sontak menutup kedua matanya, namun anehnya benda tajam itu sama sekali tidak menggorek ataupun menyentuhnya, dia sama sekali tidak merasakan sakit atau semacamnya dan malah yang ia rasakan adalah sesuatu yang terus menetes mengenai wajahnya.