NovelToon NovelToon
Loka Pralaya: The Begining

Loka Pralaya: The Begining

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Dunia Lain / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Margiyono

Prita dihantui mimpi-mimpi samar tentang sosok misterius dan sosok asing bernama Tana' Bulan. Di tengah kesehariannya yang tenang di Loka Pralaya bersama sahabat-sahabatnya, Wulan dan Reida, serta bimbingan bijak dari Nyi Lirah, mimpi-mimpi itu terasa lebih dari sekadar bunga tidur.

Sebuah buku kuno berkulit, Bajareng Naso, menjadi kunci misteri ini. Ditulis oleh Antaboga, legenda di dalamnya menyimpan jejak masa lalu Prita yang hilang—ingatan yang terkubur akibat pengembaraannya melintasi berbagai dunia. Nyi Lirah yakin, memahami legenda Bajareng Naso adalah satu-satunya cara untuk memulihkan kepingan-kepingan memori Prita yang berserakan.

Namun, pencarian kebenaran ini tidaklah mudah.

Akankah Prita berhasil memecahkan misteri mimpinya dan memulihkan ingatannya yang hilang? Siapakah tamu tak diundang itu, dan apa hubungannya dengan rahasia yang dijaga oleh Luh Gandaru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siulan Kode

Kediaman Fonda Ono.

Sementara itu, kedua penyusup itu terus berlari menghindari kejaran dari para penjaga bangunan penelitian milik Panalung Tikan, mereka melompat dari satu atap ke atap yang lain, seperti melayang di udara. Tubuh mereka begitu ringan dan cepat, sehingga sangat sulit dikejar oleh para penjaga itu.

Mereka berdua terus berlari, dari atap berpindah ke ranting-ranting pohon yang mereka temui, hingga beberapa saat kemudian, mereka telah tiba di sebuah bangunan besar yang mewah....

Iya, bangunan besar itu milik Fonda Ono.

Namun mereka tidak langsung turun dan memasuki rumah besar itu, nampaknya mereka sedang mengawasi beberapa penjaga yang nampak masih bediri di gerbang masuk utama bangunan itu.

Setelah berpikir sesaat, mereka kembali meloncat ke atas, tepat berada di dinding pembatas rumah, itu. mereka terus menuju ke halaman belakang bangunan itu melalaui bagian atas dinding itu, gerakan mereka senyap, sehingga tak disadari oleh beberapa penjaga yang berada tepat di bawahnya.

Halaman belakang rumah Fonda Ono nampak lengang, tidak ada penjagaan di sana, dan memang lokasi itu sulit dijangkau oleh orang luar, hanya kalangan tertentu saja yang mampu mencapai area itu, seperti mereka berdua.

Setelah dirasa cukup aman, salah satu dari dua penyusup itu memberikan sebuah kode berupa siulan yang mirip dengan siulan burung  pada malam hari. Demi mendengar siulan itu, tak lama kemudian nampak dari balik pintu belakang, muncullah Fonda Ono, ia membukakan pintu untuk mereka berdua, dan cepat-cepat menyuruh keduanya untuk masuk.

Mereka bertiga melangkah cepat, menyusuri lorong-lorong yang terdapat di dalam bagunan itu, hingga sampailah mereka ke dalam sebuah ruangan yang nampaknya merupakan ruang rahasia.

Setelah sampai di dalam ruang rahasia itu, kedua orang suruhan Fonda Ono itu melepaskan topeng yang menutupi wajahnya, mereka berdua membungkuk sebentar untuk memberi hormat kepada Fonda Ono sebelum akhirnya memberikan keterangan atas hasil yang diperoleh dari tugasnya itu.

“Bagaimana, Dante?” tanya Fonda Ono kepada salah satu penyusup itu.

Pria yang dipanggil Dante adalah seorang Pria yang mempunyai bentuk tubuh agak kecil, tingginya lebih rendah dibanding rata-rata orang di sana, namun walaupun kecil, otot-otot yang menyembul dari kulitnya memperlihatkan bahwa Dante ini adalah seseorang yang mempunyai kekuatan yang besar.

“Berhasil, Tuanku.” Jawab Dante singkat.

“Lalu, bagaimana hasilnya?” tanya Fonda Ono.

Kemudian Dante menceritakan semua yang dilihat dan didengarnya dari dalam ruang penelitian Panalung Tikan, ia menceritakan semua detail yang ada tanpa ada yang tertinggal, dari pengenalan Lima Bakumbai atas dua orang utusan yang bertugas sebagai mata-mata, hingga laporannya mengenai rencana Panalung Tikan yang akan mengutus mereka sebagai mata-mata ke kampung londata.

Semuanya diceritakannya dengan rinci, hingga akhirnya ia menyinggung tentang pengintaian mereka yang akhirnya diketahui oleh Panalung Tikan dan Lima Bakumbai.

“Hah .... ?, kalian bisa kepergok? ... “ tanya Fonda Ono terkejut mendengar bahwa pengintaian mereka diketahui oleh para penjaga.

“Bagaimana bisa?”kata Fonda Ono,

“Bukankah aku sudah memberikan Pammal’na?”

Fonda Ono nampak sangat kecewa mengetahui bahwa pengintaian yang dilakukan oleh anak buahnya itu bisa diketahui oleh Panalung Tikan, seharusnya hal itu tidak terjadi. Karena sebelum mereka berangkat, Fonda Ono sudah membekali mereka dengan sebuah alat yang berfungsi sebagai pengacau radar, dan nama alat itu adalah Pammali’na.

Pammali’na adalah sebuah alat khusus yang berfungsi sebagai pengacau radar. Bentuknya pipih, yang terbuat dari batuan Korundum transparan, tebalnya hanya sekitar satu sentimeter, sedang panjang dan lebarnya adalah sepuluh kali lima sentimeter.

Alat itu sengaja dibawa untuk mengacaukan radar dari beberapa monitor yang terpasang di setiap penjuru bangunan penelitian milik Panalung Tikan yang bernama Siparaga, yaitu Monitor yang dipasang di atas dinding pembatas, terbuat dari batuan topaz putih dan batu korundum, akan mengeluarkan bunyi seperti sirine saat mendeteksi pergerakan musuh, mengeluarkan cahaya seperti ambulan, cahayanya berwarna merah dan putih

Dante dan Samir yang melihat amarah di wajah Fonda Ono segera berlutut memohon ampun kepada atasannya itu, mereka mengaku bersalah dan siap untuk dihukum.

“Hukum kami Tuan!” kata Dante,

“Hukum saya saja tuan,” kata Samir membela temannya, “Dante tidak bersalah, sayalah yang lalai.”

Fonda Ono memandangi kedua anak buahnya itu, mereka masih dalam posisi berlutut memohon ampun, di dalam hati Fonda Ono berpikir untuk menghukum keduanya, namun di sisi lain dirinya masih membutuhkan tenaga kedua orang itu untuk melaksanakan tugas berikutnya.

“Bangunlah!” kata Fonda Ono, “kalian aku maafkan.”

Dante dan samir bangun dari prosisi berlututnya, kemudian dengan memberanikan diri, samir mengemukakan alasan mengapa mereka sampai ketahuan oleh Panalung Tikan.

“Ampuni saya Tuan, semua itu salah saya,” kata Samir,

“sebab sayalah yang menjatuhkan Pammali’na”

Betapa terkejutnya Fonda Ono mendengar bahwa alat itu terjatuh.

“Apa!....” kata Fonda Ono dengan marah, mukanya kembali memerah memendam amarah yang memuncak.

“Alat itu bisa jatuh ke tangan mereka!?”... kata Fonda Ono mengulangi pertanyaannya.

Dengan gemetar Samir berusaha untuk menjelaskan duduk perkaranya.

“Bu .... bukan begitu Tuan..., tapi ...” ia tercekat untuk melanjutkan ucapannya.

“Tapi apa!... jawab!” kata Fonda Ono dengan mata yang melotot menahan marah. Dicengekeramnya kerah baju Samir, hingga posisinya berdiri, Fonda Ono mendekatkan wajahnya ke wajah Samir.

Samir yang ketakutan hanya bisa memejamkan matanya, ia tak berani bertatap mata langsung kepada Fonda Ono.

Sejurus kemudian, Fonda Ono melepaskan cengkeramannya, Samir terhenyak dan merasa seluruh badannya lemas, ia sudah membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya nanti.

“Jelaskan padaku!” bentak Fonda Ono, suaranya menggelegar memenuhi ruang rahasia itu.

Samir menarik napasnya dalam-dalam, ia melakukannya berkali-kali, mencoba mencari kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan atasannya itu.

“Ampuni saya sekali lagi Tuan, ini salah saya,” jawab Samir.

“Awalnya semua berjalan baik-baik saja, kami mampu menyusup dengan lancar ke bangunan itu, kemudian kami mendengar semua pembicaraan mereka.”

Fonda Ono yang masih marah, terpaksa mendengarkan alasan anak buahnya itu, ia menghela napasnya dan berusaha untuk kembali tenang.

“Lalu, ketika kami ingin meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja alat itu terjatuh.” Jawab Samir sambil menoleh ke arah Dante, melihat Samir melihat ke arahnya, buru-buru Dante meneruskan ucapan Samir.

“Benar, Tuan!, maafkanlah Samir, ia tidak sengaja menjatuhkan alat itu, dan beruntung saya bisa mengambilnya kembali.” Jawab Dante. Kemudian ia menyerahkan alat itu – Pammali’na, kepada Fonda Ono.

Fonda Ono nampak agak lega mengetahui alat itu tidak sampai jatuh ke tangan Panalung Tikan, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau alat itu sampai jatuh ke tangannya. Dengan mata yang maasih memerah, namun detak jantung di dadanya mulai agak teratur, Fonda Ono memandangi alat itu.

“Hmm... syukurlah,” katanya.

“Jika sampai alat ini jatuh ke tangan Panalung, aku takkan pernah memaafkan kalian!, camkan itu!” ancam Fonda Ono.

“Baiklah, aku rasa kita tidak punya banyak waktu, malam ini juga kalian harus segera bergegas.”

Dante dan Samir mendengar perintah tuannya dengan seksama. Mereka merasa beruntung malam itu karena Fonda Ono tidak menghukumnya.

“Pergilah malam ini, dan tunggulah mereka di hutan Kalpavana.”

1
Hye Kyoe
Halo aku mampir nih....🤩
Margiyono: thaks..kak..
/Drool//Pray/
total 1 replies
liynne~
semangat, and done ya/Chuckle/
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Prita? Nama yang indah/Drool/
Margiyono: he.he.. trmksh kak.. padahal aslinya itu polypropilen.. loka pralaya itu asli ada di dunia nyata.. cuma seting karakter dan tokohnya saja.. alurnya sama dg yg di dunia nyata
total 1 replies
Andressa Maximillian
plis
Andressa Maximillian
menurutku ceritanya bagus, dunia yang dibangun penuh misteri dan kejutan
Margiyono: terimakasih
total 1 replies
Andressa Maximillian
wah.. seru nih. ditunggu kelanjutannya
Margiyono
siap, terimaksih...
Margiyono
oke
Andressa Maximillian
lanjut
Andressa Maximillian: semangat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!