NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Crazy Girl

Drake melangkah gontai ke arah kelasnya. Ia ingin segera sampai untuk mengganggu Cherry. Mengganggu gadis itu menjadi alasannya semangat datang ke sekolah. Ia tidak maksud merundungnya, hanya saja ekspresi kesal dan bagaimana gadis itu bereaksi ketika marah itu terasa menyenangkan.

Kakinya telah menapaki lantai kelas, matanya tertuju ke kursi Cherry, namun kursinya masih kosong. Ia melihat ke lorong, barangkali Cherry masih di perjalanan, tapi ia juga tidak menemukan dia di antara murid-murid lainnya.

Sambil berjalan ke arah kursinya Drake melihat jam di pergelangan tangannya. "Ah, mungkin ini masih terlalu pagi," gumamnya.

Selanjutnya, ia duduk di kursinya dengan anteng. Memang, jika bukan karena Cherry ia tidak akan menjadi petakilan.

"Kawan, hari ini kita akan berlatih?" tanya teman di sampingnya.

Drake menoleh padanya, sesaat ia hanya diam menatap wajah dia dengan pikiran yang tiba-tiba terasa kosong. "Aku tidak tahu," jawabnya singkat sembari membuang muka darinya.

"Kita tunggu keputusan pelatih," lanjutnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Zee menepuk pundak Drake cukup kuat, menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya. Matanya tampak kosong.

Drake mengangguk singkat. Ia memijat matanya yang terasa perih. Lalu menopang dagunya sambil menatap kursi Cherry. Bertanya-tanya dalam benaknya kapan gadis itu akan datang? Biasanya di jam ini dia sudah duduk di kursinya dan sibuk berkutat dengan catatannya.

"Apa kau menunggu Cherry?" tebak Zee setelah melihat Drake begitu fokus menatap meja Cherry. Drake saat itu juga kembali menoleh pada temannya.

"Aku dengar hari ini dia tidak akan sekolah," lanjut Zee.

"Kenapa?" tanya Drake tak sabar.

Namun Zee hanya menggelengkan kepalanya. "Aku hanya mendengar sekilas percakapan Abigail dan Kylie. Jika ingin tahu lebih jelas tanya saja pada mereka."

Drake pun menatap meja Abigail. Ia melemparkan pulpen ke arahnya dan itu mengenai tepat sasaran.

"Ack!" Abigail menyentuh kepala belakangnya, sesuatu memukulnya. Tidak sakit tapi cukup untuk membuatnya terkejut. Itu jatuh ke bawah, Abigail langsung mengambil pulpen tersebut.

"Punya siapa ini?" teriak gadis itu, mengangkat wajahnya untuk mencari pelaku yang telah melemparkan pulpen padanya.

"Berikan padaku," ucap Drake sambil mengulurkan tangannya.

"Apa kau gila?" pekik Abigail kesal. Akan tetapi Drake hanya memutar bola matanya seakan tak minat dengan percakapannya.

"Kenapa hari ini Cherry tidak sekolah?" tanyanya langsung ke inti.

"Dia sakit," jawab Abigail sambil melemparkan kembali pulpen tersebut. Drake menangkapnya dengan sempurna.

Drake membuka mulutnya untuk kembali bertanya, akan tetapi tertahan karena guru telah tiba.

"Hari ini Cherry tidak akan masuk kelas. Dia sedang sakit," ungkap sang guru sebelum memulai pelajarannya.

Drake menghela napasnya panjang. Ia tidak melanjutkan niatnya untuk bertanya lagi pada Abigail. Pada akhirnya ia hanya menatap kursi Cherry dengan kecewa.

...----------------...

Besoknya...

Drake berangkat sekolah seperti biasa. Sesampainya di sekolah dia berjalan lumayan cepat karena terlambat. Ia memasuki kelas dan melihat meja Cherry telah kembali terisi. Senyum tipis pun terukir di bibirnya.

Sebelum duduk di mejanya sendiri Drake menyempatkan diri menghampiri meja Cherry.

"Hai!" sapanya sambil menebar senyum.

Cherry mengangkat wajahnya. Tidak ada senyum ataupun niat untuk membalas sapaannya. Pun gadis itu kembali menundukkan kepala.

Drake mengerutkan keningnya. Diamnya Cherry apa karena dia masih sakit atau dia sedang menghindarinya?

"Hei, apa kau masih sakit? Seharusnya kau tidak perlu sekolah jika belum sembuh."

"Bukan urusan mu," sergah Cherry membuat Drake tak mampu berbicara lagi.

Dingin sekali. Drake menepuk pundak gadis itu, mulutnya terbuka untuk kembali bertanya, namun guru yang hendak mengajar telah tiba.

"Hah...." Drake mendengus kesal. Mau tak mau ia harus ke mejanya.

Di tempat duduknya Drake terus memperhatikan Cherry meski di depan sana guru sedang menjelaskan.

Beberapa jam kemudian waktu istirahat pun tiba. Cherry beranjak dari kursinya, namun sebelum dia melangkah pergi Drake lebih dulu menahan tangannya.

Cherry menunduk melihat tangannya yang digenggam Drake. "Drake, aku lelah bertengkar denganmu. Biarkan aku belajar dengan tenang setidaknya untuk hari ini saja," ujarnya seakan pasrah.

"Aku tidak menahan mu untuk bertengkar. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus kita bicarakan," tandas Drake.

Abigail dan Kylie masih menunggu Cherry di ambang pintu.

"Kalian bisa pergi duluan. Aku akan berbicara bersama Drake sebentar," ucap Cherry pada mereka. Pun mereka segera pergi meninggalkannya bersama Drake.

Drake melihat sekelilingnya. Semua murid telah keluar kelas. Ini saatnya ia berbicara empat mata bersama Cherry.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Cherry menarik tangannya dari genggaman tangan Drake.

Drake hanya menatap tangannya yang terlepas. Ia kemudian mengangkat wajahnya, beradu pandang bersama Cherry.

"Singkat saja, apa sekarang kau sudah tahu soal orang tua kita?" tanya Drake ragu-ragu. Ia terus berpikir apakah Cherry akan sedih jika ia membicarakan tentang orang tua, tapi jika hanya diam ia juga tidak bisa melakukan itu.

"Ya," jawab Cherry singkat. "Tapi, setelah aku pikir ulang aku merasa orang tua mu itu sedang berbohong padaku. Logika saja, jika aku benar putri mereka, bagaimana mungkin aku memiliki adik yang usianya sama seperti ku?"

"Jika kamu lahir di tahun yang sama seperti ku seharusnya kamu juga dibuang. Apa aku salah?" Cherry mengangkat dua tangannya, seakan-akan meminta penjelasan.

Drake mengangguk. "Kau memang salah. Kenyataannya aku dua tahun lebih muda darimu."

Anak laki-laki itu tiba-tiba tersenyum. "Kau anak manja, Cherry. Murid yang lain masih berusia tujuh belas hingga delapan belas tahun, hanya kau dan beberapa murid lainnya yang sudah berusia sembilan belas tahun."

"Tapi aku tidak akan menertawakan mu, aku memakluminya. Kau kan anak manja. Pasti sulit bagi ayahmu untuk membujuk mu sekolah."

Bibir Cherry mengerucut kesal. Namun ia tidak bisa membantah karena yang dikatakan Drake memang benar. Huft.

"Jadi, apa alasan mu membicarakan hal ini dengan ku?" tanya Cherry mengalihkan topik. "Jika kau mau berusaha membujuk ku, aku tegaskan bahwa aku tidak akan pernah mau bersama kalian."

"Meskipun kalian memberikan sesuatu yang tak bisa Morgan berikan padaku, aku tetap tidak akan pernah memilih kalian," tegasnya.

"Syukurlah, aku juga tidak berharap kau tinggal bersama ku," sahut Drake santai, membuat Cherry cukup terkejut dengan jawabannya itu.

"Aku tidak membicarakan ini untuk membujuk mu agar mau hidup bersama kami, aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa pilihan mu saat ini sudah tepat."

Mata Cherry melebar tanpa disadarinya.

"Bukan aku takut kasih sayang maupun harta orang tua ku terbagi dua, hanya saja hidup bersama mereka tidaklah seindah yang orang lain pikirkan."

"Jujur saja, jika aku bisa memilih, lebih baik aku terlahir dari rahim wanita miskin yang sayang dan peduli padaku, daripada wanita kaya sepertinya tapi aku tidak pernah dianggap sebagai anaknya. Mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri dan menganggap aku tidak ada."

"Bahkan mereka menyembunyikan ku dari dunia seakan-akan aku adalah aib bagi mereka. Aku tidak berbeda jauh darimu, aku pun merasa dibuang."

"Tidak, tidak, ini kasus yang berbeda," sangkal Cherry. "Kau tidak dibuang, kau hanya disembunyikan dari dunia demi kenyamanan mu sendiri. Mungkin. Kurasa." Cherry mengangkat dua pundaknya.

"Setidaknya kau tinggal di rumah yang besar dan tidak kekurangan apapun, sementara aku dibuang di kardus dan simpan di jalanan. Kita berbeda," tegas Cherry.

"Kau tidak mengerti aku," ungkap Drake. "Baiklah, kita beda. Tapi perbedaannya hanya sedikit."

"Karena itu, aku mendukung penuh atas keputusan mu. Jangan tergiur dengan harta mereka yang banyak. Percayalah, kasih sayang lebih dibutuhkan oleh seorang anak daripada harta."

Cherry tersenyum datar. Hatinya terenyuh. Tiba-tiba saja seorang Drake menceritakan tentang kehidupan pribadi padanya. Rasa benci yang menggunung di hatinya untuk Drake seakan tiba-tiba hilang dan digantikan dengan rasa iba.

"Jangan kasihani aku. Aku terbiasa hidup seperti ini," ujar Drake seakan baru saja membaca pikiran Cherry.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan setelah tahu kita bersaudara? Tapi kau saudara yang buruk, kau terus mengganggu ku, aku membencimu, dan tak mau menganggap mu sebagai adikku," cerca Cherry.

Drake tersenyum. "Itu hakmu mau menganggap ku adik mu atau tidak, akan tetapi aku sudah menerima fakta bahwa kau kakakku."

"Dan mungkin kamu harus tahu tentang ini, bahwa aku selalu mengganggu mu bukan karena aku benci, tapi aku sengaja melakukannya supaya tidak ada anak-anak lain yang berani mengganggu mu."

Drake menggaruk lehernya yang tiba-tiba gatal. "Beginilah caraku melindungi orang yang aku sayangi. Aku tidak tahu bagaimana caranya bersikap penuh kasih sayang karena aku tidak pernah merasakannya dan aku juga tidak pernah diajarkan untuk hal seperti itu."

"Pokoknya, selama aku ada di sekitar mu maka tidak akan ada siapapun yang berani mengganggu mu," tukas Drake.

Cherry terdiam. Sayang? Melindungi? Jadi, selama ini Drake melakukan itu untuk melindungi dirinya dari kejahilan anak-anak lain yang mungkin lebih parah dari Drake?

"Haruskah aku mengakuinya sebagai adikku?" batin Cherry.

"Bye!" pamit Drake, tangannya menarik rambut Cherry hingga wajah gadis itu menengadah ke atas. Ia tertawa puas sambil berlari keluar.

"AARGH!" raung Cherry. Ia berkacak pinggang penuh amarah.

"Kenapa kau harus kasian pada anak laki-laki seperti Drake? Dia itu menyebalkan. Aku tidak perlu mempertimbangkan dia menjadi adikku. Aku tidak akan pernah mau menganggapnya. Dia menyebalkan, paling menyebalkan di muka bumi ini. Tuhan, aku sangat membencinya...Arrrghhh!"

Drake yang berdiri di balik pintu terkekeh mendengarkan Cherry. kembali, dirinya menunjukkan diri. "Hai, anak manja!"

"Eh, tidak,-" ralatnya. "Maksud ku, Gadis gila."

"Drake!" gertak Cherry. "Aku bukan gadis gila. Kau yang gila."

"Hanya orang gila yang berbicara sendiri." Drake tersenyum meledek.

"Itu...," Jari telunjuk Cherry menunjuk Drake yang berdiri di ambang pintu. "Itu karena kau. Kau menyebalkan."

"Laki-laki menyebalkan seperti mu mustahil adikku. Aku tidak akan pernah menganggap kau adikku. Kalian semua menyebalkan."

Drake mengangkat bahunya santai. "Aku hanya menerima fakta bahwa kau kakak ku, aku juga tidak ingin punya kakak gila seperti mu." Ia menjulurkan lidahnya.

"Drake!!!" Cherry sekencang mungkin berusaha mengejar laki-laki itu. Ia bersumpah akan menarik rambutnya juga seperti yang dia lakukan padanya.

Di depan Drake tersenyum lebar, senyum yang ia rasa paling tulus. Jadi begini rasanya memiliki kakak. Menyenangkan sekali rasanya ada anggota keluarga yang bisa ia ajak bercanda. Ia beruntung karena tahu fakta ini sebelum kelulusan sehingga ia punya hari-hari yang bisa dihabiskan untuk terus mengganggu Cherry. Hahaha.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!