Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Devan kembali setelah membeli dua kaleng minuman, namun ia tidak menemukan Zeera disana. Semula, Devan mengira kalau Zeera hanya pergi ke toilet, namun belum lama ia menunggu, Devan melihat ponsel Zeera yang tergeletak disana. Perasaannya semakin tidak menentu, rasa panik pun mulai muncul dalam diri Devan.
Ia mengambil ponsel itu dan bergegas mencari Zeera di sekitaran sana, namun hasilnya nihil. Devan segera menghubungi Aldi dan juga Dito untuk membantunya mencari Zeera. Devan berpikir jika Zeera benar di culik, itu pasti karena ulah Celine, karena saat ini hanya dia lah yang kemungkinan melakukan itu.
Didalam mobil lain nya, Zeera melihat Devan yang masuk kedalam mobil, ia mencoba berteriak dan mengirim kaca mobil, namun sangat sulit untuk di lakukannya karena mulut yang tertutup serta kedua tangan yang terikat.
Didalam gudang kosong yang sudah cukup lama terbengkalai, Zeera di ikat pada sebuah kursi dengan mulut yang masih tertutup. Ia menatap Ragil dengan tatapan yang penuh amarah.
"Bagus ya, setelah aku mencampakkan mu, kau malah di nikahi pria kaya raya dan bahkan menjatuhkan ku berulang kali, kamu pikir kamu siapa, Zeera!" Bentak Ragil menjambak rambut mantan istrinya itu.
Kilatan mata Zeera menajam ketika rambutnya di tarik hingga mendongak menatap mantan suaminya. Dengan kasar, Ragil membuka penutup mulut Zeera membiarkan wanita itu bicara.
"Sebaiknya kau lepaskan aku, sebelum kamu menyesal!"
"Menyesal kamu bilang?" Ragil tertawa lepas dengan suara yang menggelegar.
"Siapa yang akan membuatku menyesal? Suami kaya mu?" Ragil mendekatkan wajahnya memegang dagu Zeera.
"Apa yang kau inginkan?"
"Uang, aku hanya menginginkan uang dan salah satu anak perusahaan milik suami mu itu, gimana?"
"Mimpi kamu! Sampai kapanpun aku gak akan pernah membiarkan Devan memberikan apa yang kamu inginkan!" Sahut Zeera.
Plaaakk!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Zeera hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Ragil kembali menjambak rambut wanita di depannya dengan begitu kuat hingga membuat Zeera merintih kesakitan.
"Dua wanita yang aku dekati, ternyata sama seperti mu, mereka hanya sampah yang sama sekali tidak berguna!" Ucap Ragil mendorong Zeera hingga tersungkur.
Sengaja Ragil melakukan itu sambil merekam nya untuk di jadikan sebagai bahan transaksi bersama Devan.
Sudah mencari ke beberapa tempat, namun Devan bersama kedua asistennya belum juga menemukan keberadaan Zeera, sampai dimana, ponsel Zeera berdenting yang menunjukkan nomor baru disana dengan sebuah pesan berisi video tentang keadaan Zeera saat ini.
Devan yang melihat itu mengepalkan kedua tangannya dengan amarah yang sudah memuncak. Ia segera menghubungi nomor tersebut dengan menggunakan ponsel Zeera.
Sambungan telfon pun terhubung, dengan kegilaannya Ragil bicara dengan Devan melalui panggilan tersebut.
["Lepaskan dia, brengsek!"] Ucap Devan.
["Ckckck... Tenanglah tuan, sepertinya kau begitu menyayangi istri mu yang tidak berguna ini."]
["Jangan kau berani menyentuhnya atau kau akan tau sendiri akibatnya!"]
["Ow, takut..."] Sahut Ragil dengan suara meledek.
Ia memberikan ponselnya pada Zeera untuk bicara dengan suami kesayangan nya, Devan yang mendengar suara Zeera semakin di buat cemas oleh nya. Tidak ingin berbasa-basi lagi, Ragil menyuruh Devan datang ke tempat itu dengan membawa sejumlah uang yang sudah di tentukan dan sebuah surat tanah beserta bangunan nya yang merupakan anak dari Asterion group.
Tanpa pikir panjang, Devan menyetujui itu. Ia bergegas menuju tempat yang sudah di beritahukan oleh Ragil dengan membawa syarat yang diminta nya
Bersama dengan koper yang di jinjingnya, Devan melangkah masuk kedalam gudang tersebut mencari keberadaan istri bersama mantan suami gila nya.
"Besar juga ternyata nyali mu." Ucap Ragil yang keluar dari satu sisi.
Devan segera menoleh ke arah tempat dimana Ragil bediri.
"Zeera!" Panggil Devan melihat istrinya dalam genggaman Ragil.
"Jangan mendekat atau kau akan melihat sendiri apa yang akan terjadi." Ucap Ragil menodongkan pisau ke arah leher Zeera, "buka koper nya!" Sambung pria itu.
Devan hanya bisa menuruti apa yang di katakan oleh ragil. Ia menaruh koper uang tersebut di bawah dengan keadaan terbuka, lengkap dengan surat tanah dan bangunan yang diinginkan oleh Ragil.
"Devan jangan lakuin itu, percayalah aku akan baik-baik aja." Ucap Zeera.
"Diam kau! Uang segitu dan perusahaan kecil tidak ada apa-apanya baginya." Sahut Ragil. "Tutup kembali!" Sahutnya.
Devan kembali menutup benda itu dan segera menghampiri Ragil dengan perlahan untuk menukarnya dengan Zeera.
Disaat Ragil lengah ingin mengambil uang tersebut, disaat itu juga Devan menendang tangan Ragil hingga pisau yang di genggamnya terlempar. Tidak hanya sampai disitu, ia menarik Zeera dan kembali menendang tubuh Ragil hingga tersungkur.
"Kau masih begitu jauh untuk menjadi tandingan ku." Ucap Devan membenarkan baju nya.
Aldi bersama Dito pun segera masuk untuk mengamankan Ragil. Sementara Devan, ia langsung memeluk istrinya dengan penuh kecemasan.
"Maaf, lain kali aku tidak akan meninggalkan mu sendirian." Ucap Devan membelai wajah istrinya, "beraninya dia membuat kamu terluka." Sambung Devan melihat sudut bibir Zeera yang sedikit robek.
"Gak papa kok, hanya luka kecil." Sahut Zeera tersenyum.
Devan melemparkan koper berisi uang dengan jumlah 10 milliar itu pada Aldi dan Dito, "ambil untuk kalian, kecuali dengan suratnya." Ucap nya yang kemudian menggendong Zeera membawanya keluar.
"Ternyata kerja mu gak sia-sia, makasih udah membuat kita kaya, dasar gak guna!" Ucap Aldi memukul kepala Ragil yang sudah tidak berdaya, "lain kali pilih-pilih lah dalam mencari lawan, seorang Devanka bukanlah tandingan mu. Bahkan para pebisnis terkenal pun terlalu segan padanya." Sambung Aldi.
"Bukan nya untung yang ada malah buntung, ckckck... Miris sekali nasibmu, kau yang sial kami yang untung besar." Sahut Dito tertawa.
Kedua nya segera membawa Ragil keluar dari sana dan mengantarkannya ke kantor polisi. Memang sudah seperti Upin dan Ipin yang selalu kompak dalam hal apapun.
"Kamu yakin gak mau pergi ke rumah sakit?" Tanya Devan membawa koyak obat.
"Gak perlu, udah ku bilang ini hanya luka kecil."
"Yaudah, biar aku bantu obatin." Devan mulai mengolesi obat di sudut bibir Zeera, "Dia gak berbuat macem-macem kan sama kamu? Selain luka ini?"
"Enggak."
"Baguslah, jika sampai dia melakukan hal lain terhadap mu, aku akan membersihkannya sekarang juga."
"Ha?"
"Bukan apa-apa, lupakan. Kamu pasti lapar, iya kan?"
Zeera mengangguk.
"Akan ku buatkan sesuatu untukmu." Ucap Devan yang bergegas ke dapur.
Selama beberapa menit Devan berkutat di dapur, akhirnya ia kembali dengan membawa satu porsi nasi goreng spesial dalam sebuah nampan.
"Nasi goreng ala chef Devan, ayo makan!" Ucap nya dengan full senyum. "Oh sebentar, biar aku suapin." Sambungnya.
"Aaaa... Buka mulutnya."
Zeera tersenyum dan menuruti dengan apa yang di katakan suaminya. Ia menerima suapan tersebut dan mengunyahnya dengan perlahan.
"Gimana?"
Zeera mengangguk mengartikan bahwa masakan Devan memang selalu enak.
"Kamu gak makan?"
"Lihat kamu aja udah kenyang."
"Modus banget." Ucap Zeera tertawa.
"Ahh iya, kalau gak salah denger, tadi kamu kasih uang itu ke Aldi sama Dito. Kamu beneran serius?"
Devan mengangguk, "uang segitu gak ada apa-apanya buat aku. Kamu gak perlu cemas jatah bulanan kamu aku kurangi karena hal itu, oke?"
"Tch, mulai sombong."
Dan pada akhirnya mereka pun tertawa bersama mengingat terkadang tingkah keduanya yang terkadang random.
***
TBC. . .