Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Febi Kecewa
"Gimana semalam,gagal bercinta ya...?"
Fifian yang baru sampai ke dapur di kagetkan oleh keberadaan Febi...ah kenapa Juga harus kaget, Setan satu ini kan pagi-pagi selalu menampakan diri di rumahnya.
Fifian tak menjawab dan mulai menyiapkan sarapan dibantu Bi Yayan, ART yang khusus memasak.
"Nggak usah sok tegar, Fifian. Mata sembab kamu nggak bisa bohong. Semalam kamu pasti menangis gagal bercinta dengan suami kamu. Gina memang benar-benar anak yang penurut," Febi pun tertawa.
Semalam dia memang menyuruh Gina untuk mengganggu Fifian dan Alex
Fifian masih diam. Sementara Bi yayan gak tahan sekali ingin cakar-kacar wajah Febi. Bi yayan sudah bekerja di rumah ini selama kurang lebih tujuh tahun, tepatnya setelah Alex dan Febi pindah ke rumah ini. Bi yayan juga ikut merawat Gani dan Gina.
Sejak dulu menjadi nyonya di rumah ini Febi memang menyebalkan. Ada sekitar sepuluh ART yang mengundurkan diri karena nggak betah bekerja di rumah ini karena Febi yang banyak mau dan kadang-kadang juga kasar. Alasan utama Bi yayan bertahan karena Gani dan Gina. Bi yayan sudah menganggap mereka sebagai cucunya sendiri.
Sementara saat bekerja dengan Fifian. Para ART betah kerena Fifian memang baik hati dan lembut.
"Fifian aku lagi ngomong! Kenapa dari tadi kamu cuekin aku." ucap Febi ketus
"Nanti aku balas ngomong, kamu bilang nya dibentak, terus ngadu sama Mas Alex dan anak-anak, terus nangis dan lebay. Basi tau nggak !" jawab Fifian santai tapi begitu menusuk hati Febi sampai terasa begitu panas.
"Ppfffttt," Bi yayan menahan tawa.
"Apa kamu yayan! Berani kamu menertawakan aku? Mau aku pecat kamu!" bentak Febi
"Memangnya situ siapa mau pecat saya. Majikan saya kan Non Fifian. Iya kan Non?"
"Betul sekali, Bi," jawab Fifian sambil tersenyum.
Febi mengepalkan tangan kesal. Dia benar-benar marah sekarang, bahkan rasanya dia ingin mencelupkan wajah Fifian dan Febi ke dalam minyak panas. Awas saja, kalau Febi kembali ke rumah ini dan menjadi nyonya, orang pertama yang akan Febi pecat adalah yayan.
"Bi, mending bibi pergi, aku aja yang masak."
"Saya hanya akan pergi kalau Non Fifian yang menyuruh saya pergi," tegas Bi yayan Dengan wajah judes.
Dulu bi yayan selalu menurut meskipun sering dikasari karena dia masih ingin bekerja di rumah ini, tapi sekarang febi bukan siapa-siapa lagi. Bi yayan nggak takut.
"Kurang ajar kamu. Awas kamu kalau saya kembali ke rumah ini, saya pasti akan memecatmu!"
"Pecat aja nggak takut," ejek bi yayan sambil menunjukkan wajah yang super nyinyir.
"Kamu benar-benar."
Febi pun ingin mencengkeram lengan Bi yayan karena kesal, tapi Bi yayan membuat perlindungan dengan menyilangkan spatula yang dia gunakan untuk menggoreng ayam di depan tubuh nya. Sontak saja Febi menjerit karena tangan nya menyentuh spatula yang masih panas dan ada minyak goreng nya.
"PANAS, PANAS," Febi mengibas-ngibaskan tangan nya. Lalu mengalirkan air dari wastafel dan membasahi tangan nya.
"Ada apa ini?" tanya Alex yang tiba-tiba datang. Tadi Alex baru bangun dan melihat istrinya audah nggak ada di samping nya. Karena biasanya Fifian selalu berada si dapur selalu masak, Alex pun ke dapur.
"Drama dimulai," ujar Fifian sambil terkekeh. Bawa asyik aja. Fifian sudah menebak apa yang selanjutnya akan terjadi. Febi akan membuat cerita dramatis, lalu Alex akan percaya dan menuduh Fifian
Menyakiti febi
"Maaf, Tuan, tadi tangan Bu Febi kena spatula saya yang baru saya gunakan untuk memasak."
"Sakit," Febi merengek pada Alex,
"Kamu pecat dia mas. Dia jahat sama aku."
"Bi yayan hanya ingin melindungi diri karena Febi ingin mencengkeram tangan nya, Mas," Fifian berusaha menjelaskan. Biasanya Fifian cuek jika dirinya yang dituduh. Tapi dia tidak bisa tinggal diam jika Bi yayan yang difitnah.
"Bohong. Bi Yayan sengaja menyakiti aku, Mas," Febi mengeluarkan jurus andalan nya yaitu menangis.
Febi tau kelemahan Alex, Alex paling tidak bisa melihat orang-orang di dekatnya menangis.
"Pecat dia Mas Alex," Febi terus mengompori Alex agar menuruti keinginan nya.
"Febi, bisa tolong berhenti drama sehari aja. Nggak capek kamu akting terus," sinis Fifian, kuping nya gerah mendengar rengekan Febi yang menjijikan.
"Aku nggak akting,kenyataan nya, Bi yayan menyakiti aku atau jangan-jangan kamu yang menyuruh Bi yayan untuk melempar minyak panas ke tangan aku. Untung tadi nggak kena muka sku."
"Terserah lah, capek, ayo Bi pergi saja," Fifian menggadeng tangan Bi yayan dan ingin mengajaknya pergi, tapi tiba-tiba Alex menahan tangan nya.
"Aku percaya kamu."
Fifian menoleh pada suami nya bersamaan dengan Febi yang menoleh padanya dengan sorot mata yang tak percaya. Febi mengerjabkan mata beberapa kali. Memastikan apakah tadi dia tidak salah dengar. Tapi tadi Alex memang benar-benar membela Fifian..
"Kamu lebih percaya dia dari pada aku, Mas?" tanya Febi dengan nada semenyedihkan mungkin agar Alex percaya padanya.
"Tentu saja. Fifian adalah istriku."
"Jadi kamu menuduh aku yang berbohong kena minyak. Lihat ini buktinya, Mas. Tangan aku melepuh. Ini sakit banget loh, Mas."
"Aku nggak nuduh kamu berbohong. Tapi mungkin saja Bi yayan memang nggak sengaja."
"Dia sengaja, Mas. Bi yayan memang ingin menyakiti aku. Fifian juga ingin menyakiti aku. Dia-"
"FEBI CUKUP..!!!"
Febi tersentak Alex membentak nya.
"Ka-kamu bentak aku, Mas?" tanya Febi seolah tek percaya
"Aku nggak bermaksud bentak kamu, aku-"
"KAMU JAHAT!"
Febi mengambil tasnya yang ada di stool chair dan langsung lari keluar dapur.
Fifian pikir suaminya akan mengejar Febi, tapi Alex hanya diam.
"Maaf, Tuan, saya menyebabkan keributan pagi-pagi, tapi saya benar-benar tidak ada niat ingin mencelakakan Bu Febi, apalagi melempar minyak. Non Fifian juga nggak pernah menyuruh saya menyakiti Bu Febi atau siapapun. Saya berani bersumpah apa yang saya katakan ini benar, Tuan." ucap bi yayan meyakinkan tuan nya
"Iya, Bi, saya percaya. Bibi silakan pergi, saya ingin bicara dengan istri saya."
"Baik, Tuan. Kalau gitu saya permisi, Non, Tuan."
"Iya, Bi," ucap Fifian dan setelah itu Bi yayan pun langsung pergi.
Setelah kepergian bibi, Fifian menatap suaminya.
"Seperti nya mobil Febi belum pergi, kamu nggak mau mengejarnya, Mas?"
Alex diam. Matanya bergerak gelisah. Meskipun Alex berusaha cuek, raut wajah khawatir nya tidak bisa bohong. Fifian tau, suaminya memang masih khawatir dengan Febi.
"Ikuti kata hati kamu, Mas. Dari pada nanti kamu nyesel," Fifian berbalik badan dan lanjut memotong sayur lagi untuk bahan nasi goreng.
Namun tiba-tiba...