NovelToon NovelToon
Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Janda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Gresya Salsabila

Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila

"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."

Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.

Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekecewaan Jeevan

Seorang lelaki dan seorang wanita turun dari mobil, lantas berjalan menuju gerbang sambil melayangkan tatapan tajam ke arah Elsa dan Ezra.

Elsa gemetaran. Spontan dia melepaskan genggaman di tangan Ezra, juga melangkah mundur dan menjauh dari lelaki itu.

Dua orang yang datang adalah Jeevan dan Mauren. Entah bagaimana mereka bisa bersama dan datang ke sana, yang jelas sekarang keduanya menatap tak percaya.

Selagi Elsa masih bergeming, Ezra berjalan menuju gerbang dan membukanya. Dia mempersilakan Jeevan dan Mauren masuk ke kediamannya. Namun, mereka tak segera melangkah, hanya terpaku sambil tetap menatap Elsa.

"Kalian___"

"Kamu tidak ingin menjelaskan sesuatu, Elsa?" tanya Jeevan dengan suara lantang, bahkan Ezra sampai gagal melanjutkan ucapannya.

"Mas, aku ... aku ... ah, ini tidak seperti yang kamu lihat. Ini___"

"Lalu seperti apa?" Jeevan memotong ucapan Elsa sambil melangkah mendekat.

Amarah Jeevan tak bisa dibendung saat melihat Elsa di rumah Ezra, dan lagi Elsa membawa tas besar, yang dapat ditebak isinya adalah baju. Jeevan pun menduga bahwa Elsa tinggal di rumah Ezra. Bekerja di kawasan puncak yang tempo hari Elsa katakan, mungkin hanya alasan untuk mengelabuhi.

"Apa karena aku sudah miskin, maka kamu pergi dan mengencani lelaki yang lebih kaya? Apa cintamu sepalsu itu, Elsa?" Suara Jeevan pelan, tetapi tegas dan gemetaran. Apa yang dia lihat sekarang memang mengguncang jiwanya.

Elsa menunduk, pikirannya buntu dan tak bisa memberikan penjelasan yang baik. Keadaan membuatnya tersudut, hingga tak ada lagi celah untuk membela diri.

"Elsa!" Jeevan membentak sambil mencengkeram lengan Elsa.

"Maaf, Mas, tapi ini bukan mauku. Aku terpaksa," bisik Elsa dengan kepala yang tetap menunduk. Bahkan, kini air matanya mulai menetes dan membasahi pipi.

"Terpaksa? Kamu bukan anak kecil, Elsa, mana bisa dipaksa. Kalau kamu nggak ingin melakukannya, kamu bisa menolak? Apa Ezra menyeretmu dari kontrakan dan membawanya ke sini, lalu mengikatmu dengan tali jadi kamu nggak bisa bergerak. Apa begitu?" ujar Jeevan masih dengan intonasi tinggi.

Elsa mendongak dan memberanikan diri menatap Jeevan. Dia tahu lelaki itu sangat kecewa, terbukti dari panggilannya yang menyebut nama, bukan 'sayang' seperti biasa.

"Aku dijebak, Mas, aku___"

"Kamu membawa barang satu tas penuh dan bilang ini jebakan? Lalu siapa yang mempersiapkan itu, Elsa?" pungkas Jeevan. "Dan lagi, kamu sengaja meneleponku dan memamerkan kemesraanmu, apa maksudmu?"

Elsa tersentak. Dia tidak paham dengan tuduhan Jeevan kali ini. Seingatnya, dalam beberapa jam terakhir tidak menghubungi Jeevan karena Ezra ada di rumah. Lantas, apa maksudnya?

"Apa ini yang kamu maksud kerja kemarin? Yang katamu jadi ART di puncak? Ternyata kamu main gila dengan mantanmu!" Napas Jeevan makin memburu, ingin rasanya melayangkan tamparan keras di wajah Elsa. Namun, dia tak mampu, bagaimanapun juga hatinya sangat mendambakan Elsa.

"Aku kecelakaan dan berhari-hari nggak bisa kerja. Aku merawat diriku sendiri dan tidak menuntutmu pulang, bahkan aku bisa menerima saat kamu bilang sibuk dan menolak teleponku. Aku mencoba mengerti karena kupikir kamu kerja demi memperjuangkan masa depan kita. Tapi ternyata ... kamu membohongiku! Kamu menjadikan hubungan ini seperti lelucon, Elsa!" Jeevan kembali bicara.

"Mas___"

"Kenapa! Kenapa!" teriak Jeevan. "Aku lebih memilih kamu dan rela cerai dengan istriku. Kupikir cintamu setulus cintaku ke kamu, tapi ternyata aku yang terlalu naif. Kamu hanya mencintai harta, Elsa! Kamu nggak berperasaan! Kamu menganggapku seperti mainan!"

Melihat Jeevan yang makin emosi, Mauren berlari menghampiri. Lantas, meraih lengan Jeevan dan menariknya menjauhi Elsa.

"Mas, sudah. Jangan marah-marah terus, kondisimu belum pulih total. Nanti kepalamu sakit lagi, Mas." Mauren berusaha menenangkan Jeevan.

"Kamu jangan memanfaatkan keadaan! Jangan ikut campur urusanku dengan Mas Jeevan!" hardik Elsa.

"Diam, Elsa! Mauren hanya mengkhawatirkan keadaanku," bentak Jeevan.

"Kamu membela dia, Mas?" Elsa menatap Jeevan dan Mauren secara bergantian.

"Bukan tentang siapa membela siapa, tapi tentang benar dan salah. Selama aku kecelakaan, kamu belum sekali pun melihat keadaanku. Ah, jangankan melihat secara nyata, video call pun kamu nggak mau. Katamu sibuk dan nggak enak dengan majikan, heh ternyata karena sedang tidur dengan lelaki lain. Sedangkan Mauren, dia sudah dua kali menjengukku. Bahkan, dia juga membawakan makanan. Padahal, perceraian kami sudah diproses. Aku salah besar menganggapmu lebih baik darinya, Elsa," jawab Jeevan dengan panjang lebar.

"Mas." Bibir Elsa gemetaran, sakit rasanya mendengar Jeevan membandingkannya dengan Mauren.

"Jangan menangis! Aku tahu air matamu palsu!"

"Mas, tahan emosi kamu." Mauren kembali menenangkan Jeevan.

"Aku dikhianati, mana mungkin nggak emosi. Dia keterlaluan, Mauren," jawab Jeevan.

"Aku tahu, tapi marah-marah juga nggak bagus untuk kesehatan kamu. Sudah, ayo pulang saja," ajak Mauren.

Jeevan bergeming, tidak menolak, tetapi juga tidak mengiakan. Begitu pun dengan Elsa, rasa kecewa dan sakitnya terasa nyata, sampai-sampai kesulitan mengucap kata.

"Kamu ke sini untuk mencari jawaban, 'kan? Sekarang kamu udah tahu jawabannya, Mas, jadi ayo pulang. Jangan sampai kamu drop lagi hanya karena ini, kamu sendiri yang rugi," sambung Mauren.

Kali ini, Jeevan mengangguk dan mengiakan ajakan Mauren. Sebelum pergi, Jeevan menatap Elsa dengan lekat sembari melontarkan kalimat keramat.

"Terima kasih sudah menghancurkan hidupku, Elsa. Semoga ke depannya kita nggak bertemu lagi. Kamu tahu, memilihmu adalah kesalahan terfatal. Kesalahan yang akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku." Usai berkata demikian, Jeevan langsung melangkah menjauh

"Mas Jeevan! Mas, tunggu aku, Mas!" teriak Elsa.

"Mas Jeevan masih sakit, tolong mengertilah. Jangan membuatnya tertekan, kecuali kamu memang menginginkan dia kembali drop," ujar Mauren.

"Kamu!" geram Elsa.

"Jangan marah! Kan kamu sendiri yang membuat suasana kacau. Aku tahu hidup sederhana itu nggak enak, tapi nggak gini juga caranya. Kamu bisa jelasin baik-baik kok ke Mas Jeevan, nggak perlu bohong dan ngasih harapan palsu. Kasihan, Mas Jeevan juga punya perasaan." Kalimat panjang yang Mauren lontarkan membuat Elsa makin geram.

"Jaga ucapanmu! Semua ini gara-gara kamu! Kamu yang menjebakku dan membuatku seperti ini. Kamu serigala berbulu domba, Mauren!" bentak Elsa.

"Zra, tenangin dong pacarmu, kok malah diam saja!" Mauren mengabaikan ucapan Elsa dan malah bicara sinis kepada Ezra, yang sedari tadi hanya terpaku di dekat gerbang.

"Iya, sorry." Ezra menjawab gugup.

"Berhenti, Mauren!" teriak Elsa ketika Mauren menyusul Jeevan.

Mauren berhenti sejenak dan kemudian menoleh. Namun, dia tidak menyahut sepatah kata pun, hanya menarik ujung bibir dan melukis senyum miring.

Elsa marah dibuatnya, terlebih saat Mauren mengedipkan sebelah mata, seakan-akan sengaja menertawakan kekalahannya.

"Kamu!" geram Elsa.

"Sudah. Marah dan emosi hanya memperkeruh suasana. Tenangkan diri dulu dan nanti selesaikan dengan kepala dingin. Semua masalah pasti ada jalan keluar, percayalah." Ezra menenangkan Elsa sambil memeluknya.

Elsa tak menolak, saat ini dia memang membutuhkan dukungan, dan pelukan Ezra cukup menguatkan batin yang sempat terguncang. Namun sayangnya, Elsa tidak tahu ada sepasang mata yang menatap nanar dari balik kaca mobil.

Bersambung...

1
Irlindawati
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Azzahra Putri Ar
aku bacanya "Jahena" 🤭😁
IG👉Salsabilagresya: Jahena jahena... 🎤🎼🎹🎶
total 1 replies
Ashila Intan
Luar biasa
Agustina Fauzan
Lumayan
Sity Herfa
rasain..
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂
Ledy Gumay
Luar biasa
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
RENDRA MAUREN
Nafisa Aycan
keren
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
fajar sakit parah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kisah menarik
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
move on membawa kebahagiaan
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa syaratnya itu?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamat jadi orang tua, Maureen & rendra
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
melahirkan anak kembar? semoga Maureen kuat
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
makin cinta Maureen pada suaminya....
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Elsa & jeevan menyesal, tapi Maureen tetap tersenyum bahagia
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
hehehe... ternyata jeevan viral juga yaa
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bahkan sebelum setahun menikah jeevan sudah selingkuh? waaaaaa
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa ya kadonya?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!